Beberapa hari yang lalu saya dan anak-anak harus pergi ke Purwakarta menemani Suami berkerja. Selagi Suami sedang bekerja, selain untuk mengatasi kebosanan anak, kami sudah berjanji akan mengajak Sakha (anak sulung kami) menunggangi kuda. Kebetulan dari lokasi menginap kami tidak jauh dengan Taman Sri Baduga Purwakarta. Di depan taman itu, banyak kuda dan delman yang mangkal mencari pelanggan.
Sakha sudah mengetahui lokasi ini, karena di awal tahun ia pernah ke sini bersama suami. Namun, pada saat itu ia hanya menaiki delman. Kali ini ia sudah sangat menginginkan naik kuda seorang diri. Sesuai perjanjian, Sakha mendapatkan haknya untuk naik kuda. Tanpa disangka ia berani untuk menungganginya meski hanya beberapa meter. Sayangnya, malah jadi ketagihan.Â
Ia merenggek. Bukannya saya tidak rela merogoh kocek selembar rupiah yang berwarna hijau. Di saat anak merenggek begini, harus ada yang ditanamkan. Apalagi value keluarga dan agama.
"Sakha banyak berdoa ya, Semoga Allah memberikan kesempatan ke sini lagi. Sakha bisa naik kuda lagi." Ujarku padanya.
Berdialog, Cara Menasihati Anak Usia Dini
Di usia 6 tahun ini, sang anak tidak diam saja ketika dinasehati. Serabut-serabut saraf di otaknya sudah semakin kompleks, saudara. Dia akan terus bertanya, kenapa? kenapa ga boleh? Di pikiran anak, semua tampak permainan dan menyenangkan. Kenapa aku tidak boleh hanya menaiki kuda lagi. Otaknya sudah penuh pertanyaan dan keingintahuan.
Sayangnya, kebanyakan kita memakai nada ancaman atau alasan ekonomi. "Nanti uang mamah habis."
Rasanya ingin sekali mengucapkan itu, tapi tidak ada nilai kehidupan dong yang ditanamkan. Hidup kan bukan sekadar matematika uang.
Sebagian orang tua yang tidak mau ambil pusing dan alasan ga tega, pasti langsung memberikan alasan renggekan sang anak. Kini, mari kita belajar berdialog untuk menasihati anak-anak kita.
Di sini peran dari Ayah dan Ibu harus berpadu padan dalam sebuah kerjasama. Kadang Sang Ibu ga tegaan dan berucap dalam hati "yaudah naikin lagi aja ya, yaudah beliin aja ya."
Atau ada orang tua yang tidak mau ribet, "ya udah ambil uang lagi."Â tapi sesungguhnya kata-kata ini sangat menggerus rasa pada anak. Dan pada moment ini ada maksud tujuan supaya dia lebih sabar dan paham.
Mengajak Anak untuk Sabar
Sabar itu suatu akibat, kata sifat ini tidak bisa didefinisikan hanya sebuah kalimat atau angka. Sabar ini hanya dapat dirasakan. Sederhananya, segala sesuatu yang perlu usaha tentu lebih diingat kan ya.
Sakha belajar sabar ya, banyakin doa lagi. Doain ayah mamah bisa dikasih rezeki biar ke sini lagi. --Ayah menambahkan sambil berbisik di telinganya.