parenting menyebutkan bahwa pada umumnya seorang adik akan lebih suka mengikuti sang kakak.
Beberapa teoriNamun, ada yang berbeda dengan anak dengan anak sulungku, Sakha. Beberapa waktu ini, ia senang sekali untuk selalu menyamai dengan adiknya. Mulai dari baju, piring makan sampai mainan. Kejadian beberapa waktu lalu ini perkara tentang kaos dalam.
"Hafsah kaosnya warna kuning kan? Jangan yg biru aja, kaos kuning Sakha abis."
Sebetulnya kalau sekali dua kali sih lucu, ya. Namun, kalau ini terjadi setiap hari, setiap waktu. Masya Allah ingin kuteriak "aaaahhh".\
Suamiku pun mengingatkan kejadian ini tidak akan lama. "Akan habis mom, ada waktunya." Kita ga lepas tangan kok, kita tetap memberitahunya bahwa tidak apa berbeda. Tidak harus selalu sama dan sebagainya.
Kalau hati kita jernih, rewelan seaneh apapun akan kita terima dengan ikhlas. Namun, seringnya hatiku mengalami kekeruhan. Beberapa kali aku jadi bernada sumbang atau bermuka asam.
Kemudian kembali sadar bahwa ini hanya sebentar. Mungkin hanya beberapa bulan atau tahun, seperti yang dikatakan suami.
Setelah itu, mungkin dia akan sering menolak untuk samaan. Mulai lebih senang bermain bersama kawannya, memilih apa yang menjadi kesukaannya.
Ingat anak-anak tumbuh begitu cepat, bahkan sangat cepat, seperti kita merasa baru kemarin kita melahirkannya, tahu tahu sekarang sudah mau sekolah.
Maka sekarang nikmatilah waktu kita bersama anak-anak yang masih menganggap kita adalah dunianya, adiknya adalah segalanya. Tidak perlu waktu yang lama, hanya sampai usia 7 tahun saja, karena setelah itu kau tak kan bisa kembali mengulanginya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H