Tepat jam 11.00, kami memasuki ruang rapat dalam kompleks museum. Iya, jadi kami di Wahanarata akan melakukan audiensi bersama GKR Bendara selaku Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nityabudaya, sebuah divisi yang memiliki fungsi utama mendukung kebudayaan di keraton, seperti bidang pariwisata, kesenian, museum, upacara adat, kearsipan, dan lain-lain.
Pada sesi ini sangat menyenangkan. Ngobrol bermacam-macam, dari pengalaman pribadi beliau kala menempuh pendidikan di luar negeri, aktivitas menjadi juri desa-desa wisata di seluruh provinsi, tradisi ngeteh (menikmati teh) di lingkungan keraton, pasang-surut dunia pariwisata di Jogja, pengelolaan arsip-arsip kuno milik keraton, hingga isu pengembalian barang jarahan kolonial ke NKRI. Sebenarnya, masih banyak lagi yang dibahas siang itu, teman-teman bisa menyimaknya dalam rekaman video di sini.
Saking serunya diskusi yang juga diikuti secara daring oleh teman-teman KOTEKA dari berbagai penjuru Indonesia dan bahkan ada yang di luar negeri itu, waktu jadi seolah bergerak lebih cepat, yang awalnya dijadwalkan hanya satu jam, lantas menjadi hampir dua jam. Saya, sih, senang-senang saja, yang dibahas menambah berbagai wawasan serta pandangan baru.
Berkunjung ke nDalem Benawan untuk Berkenalan dengan UMKM Jogja serta Paket Eduwisata
Sekitar jam 13.00, di bawah sinar matahari yang kian terik, dengan sedikit terburu kami berpindah ke destinasi selanjutnya yang juga merupakan lokasi terakhir, yaitu di nDalem Benawan. Alamatnya berada di sebelah barat Museum Keraton, masih di Jalan Rotowijayan juga, cuma tiga menit dijangkau dengan berjalan kaki.Â
Rupanya, di ndalem yang menjadi kediaman RM Kukuh Hertriasning atau akrab disapa Gusti Aning itu tak sekadar tempat tinggal. Di sana juga sebagai galeri oleh-oleh dan kerajinan khas Jogja. Tak heran kalau kemudian kami beraudiensi dengan beliau selaku Dewan Pembina Faircle Coop membahas mengenai perkembangan UMKM.
Faircle Coop hadir karena keprihatinan akan kondisi UMKM di Jogja kala pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan perekonomian, tak terkecuali para pengusaha kecil. Di bawah pembinaan Gusti Aning, perlahan-lahan UMKM yang ada dalam naungan Faircle kembali bangkit dan mampu menjangkau pasar yang lebih luas.
Produk-produk yang ingin bergabung dalam naungan Faircle akan dikurasi terlebih dahulu. Jika belum lolos kurasi pun tidak serta-merta ditolak, tetapi akan dibina hingga produk tersebut layak dipajang.