Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Seharian Berwisata di Kawasan Keraton Yogyakarta, Jadi Mengenal Lebih Dekat tentang Budayanya

29 Agustus 2023   21:07 Diperbarui: 30 Agustus 2023   05:36 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari sekian banyak bangunan, saya paling penasaran dengan Gedhong Prabayeksa. Bangunan yang tertutup untuk umum ini berfungsi sebagai tempat menyimpan pusaka-pusaka milik keraton. Salah satunya, sepasang pelita atau lampu bernama Kiai dan Nyai Wiji yang selalu dijaga agar tidak pernah padam sedetik pun semenjak era Sri Sultan Hamengku Buwono I. Gedhong Patehan juga sangat unik dengan momen yang masih berlangsung setiap hari. Apa uniknya? Nanti, akan saya sebutkan dalam cerita saat mengunjungi lokasi ketiga.

Sekilas Mengenal Peradaban Jawa Era Kasultanan Lewat Ruang Daur Hidup dan Pameran Narawandira

Dari tahun 2021, Keraton Yogyakarta melakukan revitalisasi besar-besaran dalam museumnya, termasuk yang dulunya menjadi Ruang Batik. Saat kami kunjungi kemarin, sudah berupa bangunan baru dan beralih fungsi sebagai Ruang Daur Hidup. Dalam ruangan ini berisi berbagai jenis kain tekstil, seperti batik dan lurik, juga makna dari penggunaan motif-motif batik dalam perjalanan hidup masyarakat Jawa dari lahir hingga dewasa.

Beralih ke bangunan baru lainnya, kebetulan sedang ada pameran temporer yang bertajuk "Narawandira: Keraton, Alam, dan Kontinuitas". Secara garis besar, pameran ini bermaksud menyampaikan esensi manusia dan kontinuitas pelestarian alam. Masyarakat Jawa dalam budayanya, melihat alam dengan begitu kompleks.

Bagian luar dalam Pameran Narawandira (dok. pribadi)
Bagian luar dalam Pameran Narawandira (dok. pribadi)

Keraton pun sebelum berdiri, pada awalnya berupa hutan beringin yang kemudian diubah menjadi lahan perkebunan dan pertanian, juga sebagai tempat tinggal dengan tetap menyertakan penanaman vegetasi yang beraneka ragam serta memiliki banyak manfaat. Pameran ini tak sekadar membicarakan jenis-jenis vegetasi, tetapi juga melihatnya dari berbagai sudut pandang, seperti dari sisi filosofis serta keterkaitannya dengan peradaban manusia, khususnya masyarakat Jawa.

Perkenalan dengan Museum Wahanarata yang Baru

Puas berkeliling Museum Keraton, jam 10.45 kami mulai beranjak menuju lokasi berikutnya, yaitu Museum Wahanarata yang diresmikan kembali pada Juli lalu. Museum ini dulunya dikenal sebagai Museum Kereta Keraton yang uzur dan singup, kini menjelma cantik dan jauh lebih modern dengan berbagai sentuhan teknologi yang tentunya akan semakin menarik pengunjung dari kalangan muda.

Menjajal AR photo booth (dok. Museum Wahanarata)
Menjajal AR photo booth (dok. Museum Wahanarata)

Meski tujuan utama ke Wahanarata bukan untuk tur museum, tetapi kami sempat berkeliling sebentar dan menjajal AR photo booth yang disediakan. Seru sekali, serasa jadi orang gaptek karena merupakan pengalaman baru. Kapan-kapan mau ke sana lagi, penasaran dengan teknologi lainnya yang disediakan untuk pengunjung.

Bincang-Bincang Menyenangkan dengan GKR Bendara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun