Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Lain dari Garebeg Sawal Ehe 1956, Ada Pasukan Penari dalam Salah Satu Bregada

1 Mei 2023   22:22 Diperbarui: 8 Mei 2023   20:56 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang prajurit Dhaeng meniup pui-pui (dok. IG @kratonjogja)

Para penari dalam Bregada Nyutra (dok. IG @kratonjogja)
Para penari dalam Bregada Nyutra (dok. IG @kratonjogja)

Saat melewati Sitihinggil hingga Pagelaran, pasukan penari berjalan sembari melakukan tayungan. Bagi yang belum mengetahui, penjelasan simpelnya, tayungan merupakan gerakan dasar dalam tarian klasik putra gaya Yogyakarta, berupa melebarkan langkah kaki ke samping serta posisi tubuh mendhak (merendah) ketika berjalan, untuk memunculkan persona gagah dan berwibawa. Lebih jelas bagaimana gerakannya, bisa dilihat di sini.

Mengapa Prajurit Nyutra harus bisa menari? Hal ini sesuai dengan asal-usul mereka, dahulu merupakan prajurit yang paling dekat dengan Raja. Bertujuan mengelabui musuh, seolah-olah Raja dikelilingi para prajurit yang "hanya" bisa menari, padahal sesungguhnya dikawal kesatuan prajurit yang trengginas dan selalu siaga jika Raja terancam bahaya.

Mengutip dari situs resmi Keraton Yogyakarta, nama Nyutra berasal dari kata dasar sutra yang mendapat awalan "n", dalam bahasa Kawi berarti unggul atau tajam. Sedangkan dalam bahasa Jawa Baru, mengacu pada kain sutra yang halus.

Sebagai pengawal pribadi Raja, makna filosofis Nyutra yaitu prajurit sehalus sutra yang selalu mendampingi serta menjaga keamanan Raja, tetapi memiliki ketajaman rasa dan keterampilan yang unggul. Tak heran kalau bregada ini memiliki persenjataan terlengkap. Ada bedhil (senapan), tombak, towok dan tameng, serta jemparing (panah).

Bregada Nyutra berjalan sambil tayungan (dok. IG @kratonjogja)
Bregada Nyutra berjalan sambil tayungan (dok. IG @kratonjogja)

Itulah sekelumit kisah sisi lain dari Garebeg Sawal tahun ini. Di balik keseruan serta antusiasme masyarakat dalam merayah gunungan, ada nilai seni yang juga menarik dan tak kalah seru kalau digali lebih dalam. Semoga kapan-kapan bisa menuliskannya secara mendetail.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun