Pagi ini, memoriku mendadak terlempar ke masa kecil, ketika hampir setiap hari bolak-balik ke toko kelontong di dekat rumah. Entah karena diminta ibu membelikan sesuatu atau untuk jajan camilan yang murah-meriah. Sekarang walaupun jarang, masih ke toko kelontong juga, tapi cuma jajan es krim atau membeli kerupuk. Memang, sih, toko kelontong biasanya cenderung kecil dan sederhana, tapi jangan ditanya kelengkapannya, apalagi kenangannya. Hehehe...
Beberapa waktu lalu, tepatnya Rabu di pekan terakhir November (27/11), saya bersama 9 Kompasianer lain berkesempatan mengikuti Kompasiana OnLoc dengan kegiatan mengunjungi beberapa toko kelontong SRC masa kini yang inspiratif di Yogyakarta.
Iya, jadi sekarang toko kelontong tidak dianggap kuno lagi, lho, karena sudah banyak toko kelontong yang bertransformasi menjadi toko kelontong kekinian. Seperti apa  toko kelontong kekinian itu? Pastinya tak kalah dengan retail-retail modern yang semakin banyak bak jamur di musim penghujan.
Oh iya, mungkin masih banyak yang belum kenal atau bertanya-tanya apa SRC, kan? Baiklah, agar lebih enak dalam membaca artikel ini karena SRC bakal sering disebut, maka akan saya jelaskan di awal, ya. SRC merupakan komunitas retail lokal atau sering kita sebut dengan toko kelontong, di mana kita bisa menemukan berbagai kebutuhan sehari-hari dengan pelayanan yang ramah dan harga bersahabat.
Filosofi Laron dari Pak Wanto
Setelah berkumpul dan briefing di titik yang telah ditentukan, jam 07.30 WIB kami memulai perjalanan. Tujuan pertama berada di selatan Yogyakarta, tepatnya di kawasan Pantai Parangtritis. Ialah SRC Rukun yang dikelola oleh Pak Iswanto. Awalnya toko milik pria yang akrab disapa Pak Wanto ini lebih mengutamakan menjual sembako.
Pada tahun 2013 pernah diajak bergabung SRC, namun karena saat itu masih dikelola oleh orang tuanya, mereka menolak karena ribet mengurusnya dan sudah cukup bersyukur dengan pendapatan tokonya walaupun tidak banyak. Dasarnya memang berjdoh, di tahun 2017 Toko Rukun kembali ditawari bergabung dengan SRC, Pak Wanto yang saat itu sudah menjadi pengelola tak menolak kesempatan yang kembali menghampiri tersebut.
Hal wajib yang diberlakukan oleh pihak SRC untuk toko-toko kelontong yang dibinannya yaitu menerapkan konsep bersih, rapi, dan terang. Nah, yang menarik di sini, Pak Wanto menganalogikannya dengan filosofi laron. Itu, tuh, serangga yang gemar berkerumun di bawah lampu (tempat yang terang). Jadi, kalau tokonya bersih dan terang, pasti akan semakin banyak pelanggan yang berkunjung, dan hal tersebut memang terbukti.
Ada Ketulusan yang Terasa Dalam Bawang Goreng Bu Rina
Dari pesisir Pantai Parangtritis, kami melanjutkan perjalanan kembali ke kota. Kali ini yang akan kami kunjungi bukan toko kelontong, melainkan rumah produsen SRC yang memproduksi brambang goreng atau bawang merah goreng yang nantinya akan disetor ke toko-toko kelontong SRC.
Terletak di tengah permukiman padat penduduk, Kampung Prawirodirjan, rumah Bu Rina tak hanya sebagai tempat tinggal saja. Sejak 11 tahun lalu, rumah sederhananya juga berfungsi sebagai pengepul pundi-pundi rupiah lewat bisnis bawang gorengnya yang bermerek seperti namanya, BuRina.
Meski sudah 10 tahun lebih menjadi produsen  bawang goreng, baru di 2019 ini ia mendistribusikan produknya ke toko-toko SRC. Hingga saat ini, total sudah ada 3 toko di Yogyakarta, 1 toko di Surabaya, dan 1 toko di Jakarta yang turut memasarkan produknya.
Jika dulu per hari mampu memproduksi 10 hingga 15 kilogram bawang merah, ini setelah ada kenaikan hingga 2 kali lipat setelah ada jaringan ke toko-toko SRC. Bu Rina juga membagikan cerita tetang hubungan baiknya dengan para pemilik toko SRC yang terus mendorongnya untuk jadi lebih baik.
Contohnya saja, dulu pengemasan bawang goreng hanya menggunakan plastik, kemudan disarankan oleh pemilik toko menggunkan toples agar lebih praktis dan higienis. Bu Rina yang sangat terbuka terhadap kritik serta saran ini pun menerima usulan tersebut dan mulai mengemas produknya dalam toples dengan ukuran 110 gram dan 350 gram.
Tentu saja, setelah memperbaiki kemasannya, permintan bawang goreng dari tiap toko pun meningkat. Kalau soal rasa, tak perlu diragukan lagi, bawang goreng miliknya dijamin gurih dan renyahnya bikin tak ingin berhenti menyomotnya dari toples.
Niat awal Bu Rina berjualan bawang goreng, tulus untuk membantu mencari nafkah keluarga dan membangkitkan kembali semangat suami yang divonis sakit, tapi kini malah menjadi bisnis yang sangat menjanjikan.
Belajar lewat Tante Sukma yang Tak Pernah Lelah Menebarkan Energi Positif
Puas mendengar kisah Bu Rina hingga mencucurkan air mata--bukan, bukan karena kisahnya yang mengharu-biru, tapi mendengarkan kisahnya sembari melihat proses mengiris bawang merah dalam jumlah banyak menggunakan alat khusus sungguhlah merangsang kelenjar air mata berproduksi lebih banyak---kami  menuju ke lokasi ke-3 yang terletak di Jalan Kyai Mojo, Yogyakarta, yaitu SRC ACDC.
Setiba di lokasi, Tante Sukma sebagai pemilik sekaligus pengelola toko menyambut kami dengan sangat ramah dan bersahabat. Ia langsung mempersilakan kami untuk mengeksplor tokonya, juga berbagi cerita bagaimana SRC membimbing para mitranya agar lebih maju dan berkembang. Mulai dari penataan toko, display, dan termasuk memperkenalkan pada distributor dan supplier berbagai produk yang sudah ternama dan bisa lebih dipercaya.
Selain itu, dengan mata yang selalu berbinar ia menceritakan kalau hobinya adalah merangkul sekaligus mendorong para pelaku UKM dengan cara memberikan berbagai kritik dan saran  agar produknya lebih layak jual, baik dalam segi rasa maupun kemasannya. Ketika salah satu teman bertanya, apa kepanjangan dari ACDC? Tante Sukma menjelaskan dengan bangga kepanjangan nama tersebut, Asal Cekatan Dapat Cuan. Yes, siapapun yang mau berusaha, rezeki pasti menghampiri.
Dari situ saya belajar, untuk menjadi berguna tak melulu harus melakukan hal besar. Dengan membagi sedikit pengetahuan atau ilmu yang dimiliki pun akan mampu memberikan perubahan besar pada sesuatu atau seseorang. Banyak toko kelontong dan pelaku UKM yang menjadi lebih berkembang setelah dibina Tante Sukma. Ia memiliki metode harus selangkah lebih maju dan kreatif dalam melayani pelanggan.
Bersama SRC Ribuan Toko Kelontong di Yogyakarta Berubah Menjadi  KekinianÂ
Sengatan sinar matahari yang kian menusuk kulit menunjukkan waktu yang semakin siang, kami bersama para pemilik toko SRC dan para produsen SRC pun menuju Silol Kopi & Eatery untuk makan siang, istirahat, dan dilanjutkan dengan sesi berbagi  dengan para narasumber--lebih tepatnya diskusi santai untuk membahas hal yang sempat terlewat ketika interview di lokasi-lokasi sebelumnya.
SRC memiliki tagline dekat, hemat, bersahabat. Dekat karena lokasinya ada di tengah-tengah kita, di perkampunga, di pinggir gang, atau di pinggir jalan raya juga ada. Harga yang ditawarkn pun hemat, berbeda jauh dengan harga retail-retail modern yang kini lebih sering jadi tempat jujugan belanja. Dan, yang tak ketinggalan, berbelanja di toko SRC memberikan pengalaman yang berbeda karena akan dilayani dengan ramah dan bersahabat.
Sejak 2008 SRC memberikan pembimbingan pada toko-toko kelontong agar lebih tumbuh dan berkembang. Toko kelontong yang bermitra dengan SRC otomatis akan bertransformasi menjadi toko kelontong masa kini yang memiliki tampilan rapi, bersih, terang, dan nyaman. Berawal dari kota Medan dengan 57 toko, kini jaringan SRC telah tersebar luas di seluruh Indonesia dan berjumlah hingga 100.000 lebih. Di Yogyakarta sendiri, SRC berawal dari 34 toko, dan pada 2014 semakin berkembang  hingga kini talah mencapai sekitar 2.000 toko yang tersebar di seluruh provinsi DIY.
Dalam membina mitra-mitranya, SRC menerapkan sistem berkelanjutan. Â Jadi tak hanya dibantu dan dibina saat awal bergabung saja. Â Di Yogyakarta juga ada paguyuban yang berisi para mitra SRC yang bernama JOISsmart.
Dengan adanya paguyuban tersebut, diharapkan mampu saling menebar semangat untuk berkembang bersama. Bagi para pelaku UKM atau produsen SRC pun lebih efektif dan efisien dalam mempromosikan barangnya, karena tidak perlu promosi dari toko ke toko, cukup presentasi dalam paguyuban saja maka banyak toko akan mengenal produknya.
Syarat bermitra dengan SRC hanya satu, kemauan untuk berkembang. Keuntungan lainnya lagi ialah, akan diikutsertakan dalam berbagai even seperti Festival SRC yang digelar di kota-kota besar di Indonesia.
Kemudahan yang Ditawarkan Toko SRC Bagi Pelanggannya
Untuk para pelanggannya, selain lokasi yang banyak, harga yang hemat, dan peayanan yang bersahabat, SRC juga menawarkan Pojok Lokal. Menurut saya, ini sangat menarik. Setiap toko SRC memiliki rak khusus bernama Pojok Lokal yang berisi produk-produk dari para UKM lokal.
Ketika saya mengecek harga yang tercantum, selishnya jauh berbeda dengan yang dijual di toko oleh-oleh. Tentunya jauh lebih murah ya, bukan lebih mahal. Soal kemasan pun sangat menarik dan praktis, serta higienis, kok.
Memangnya tak rempong harus cari-cari toko SRC sementara tak hafal jalan kota yang sedang dikunjungi? Hei, namanya juga toko kekinian, pasti ada cara yang memudahkan, dong. SRC punya aplikasi khusus bernama AYO SRC untuk memudahkan para pelanggannya.
Mulai dari cek promo yang sedang berlaku di toko-toko mitranya, pengumpulan kupon undian, hingga untuk mendapatkan info SRC yang terdekat dengan lokasi kita. Saya iseng mencari lokasi toko SRC yang terdekat dari rumah saya, dan WOW... yang berjarak kurang dari 1 kilometer saja ternyata ada sekitar 20 toko, banyak banget ternyata. Ke mana saja saya selama ini?
Mungkin selama ini ada yang lebih suka belanja di retail modern karena alasan di toko kelontong tradisional tak bisa bayar tagihan macam-macam? Tak perlu khawatir, karena di toko SRC punya layanan bernama Pojok Bayar, di mana kita bisa membeli pulsa, bayar tagihan telepon, tagihan PLN, hingga tagihan BPJS.Â
Mulai sekarang tak ada salahnya untuk beralih berbelanja dekat rumah seperti masa kecil dulu, di toko kelontong kekinian SRC. Selain banyak keuntungan  yang kita dapatkan, juga ikut mendukung ekonomi kerakyatan yang disangga oleh para pelaku UKM. Sesuai dengan pernyataan Bapak Presiden, UKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, karenanya kita harus turut menopangnya agar selalu kokoh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H