Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - @shalluvia

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dengan Friendly Logistic, JNE Tak Lagi Sekadar Jasa Pengiriman Barang bagi UMKM

4 Oktober 2019   14:37 Diperbarui: 5 Oktober 2019   11:08 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
para narasumber dalam jne kopiwriting jogja (dok. pribadi)

Kalau ada yang menyebutkan Jogja merupakan gudangnya kreativitas, itu memang benar adanya. Berbagai daya tarik yang dimiliki, mulai dari pariwisata, kuliner, kesenian, kerajinan, dan sebagainya, secara tidak langsung turut membuka banyak peluang munculnya industri kreatif. Dari Jogja, apa pun bisa laku dijual. Hal ini yang kemudian dibidik oleh JNE pada Hari Batik Nasional (02/10) lalu, dengan kembali menggelar talk show JNE Kopiwriting di Kota Jogja.

Bertempat di Silol Kopi & Eatery, acara yang mengangkat tema "Menangkap Peluang Industri Kreatif di Era Digital" tersebut merupakan kali ke-5 setelah sebelumnya sukses berlangsung di Bandung, Padang, Banjarmasin, dan Malang.

JNE yang menggandeng Kompasiana dalam talk show kemarin menghadirkan tiga narasumber, yaitu Bapak Adi Subagyo selaku Branch Manager JNE Express Yogyakarta, Ibu Ch. Lucy Irawati yang menjabat Kepala Dinas Koperasi & UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Yogyakarta, serta Ibu Tunjung Pratiwi yang merupakan pemilik usaha Abekani Jogja.  Acara dibuka oleh Bapak Marsudi, Head Office JNE Jateng dan DIY yang sempat menyinggung tentang perkembangan UMKM, khususnya di Jogja, pada era digital ini. UMKM kalau tak ingin ketinggalan, mau-tidak mau harus menguasai digital marketing, karena nantinya ilmu tersebut akan sangat mendukung dan membantu memperluas jaringan pemasaran.

Komitmen Dinas Koperasi & UKM Yogyakarta untuk Terus Membina dan Mendampingi Pelaku UMKM

Berdasarkan hasil pendataan Dinas Koperasi & UKM Yogyakarta pada 2017, jumlah UMKM di Kota Jogja mencapai 23.000. Dan kalau dikelompokkan menjadi tiga besar, maka urutan UMKM yang tersebar di Jogja ini umumnya bergerak dalam bidang fashion, kuliner, dan kriya atau kerajinan.

Menurut Ibu Lucy Irawati, angka tersebut masih terus diperbaharui mengingat pergerakan usaha lokal sangat dinamis. Selain itu dari pihak Dinas Koperasi & UKM  juga memberikan pembinaan dan pendampingan UMKM seperti pelatihan produksi, manajemen kewirausahaan, hingga legalitas usaha. Iya, pembinaan dan pendampingan memang sangat diperlukan, karena kebanyakan pelaku UMKM di Jogja ini tipikalnya cepat merasa puas dengan hasil atau produknya. Sebenarnya kreativitas mereka sangat tinggi, tapi memang harus selalu didorong agar terus berinovasi. 

Legalitas usaha juga sangat penting, mengingat tingginya kreativitas dari para pengrajin misalnya. Jangan sampai produk yang dihasilkan sudah bagus dan laku keras, tapi kemudian idenya dicuri oleh orang lain. Tak jarang juga Dinas Koperasi & UKM mengadakan berbagai pameran industi dan kerajinan, baik di dalam kota maupun di luar kota, provinsi, pulau, bahkan hingga luar negeri. Dengan menggelar pameran atau event sejenisnya, para pelaku UMKM sangat terbantu dalam pemasaran produknya.

Jalan Panjang Abekani Meraih Kesuksesan

Awalnya, Ibu Tunjung Pratiwi menjalankan usaha kuliner yang pada masa itu memang sedang menggeliat. Hanya bertahan setahun karena  banyak kendala yang terjadi, salah satunya karena minimnya pelanggan, hingga kemudian usaha tersebut pun ditutup. Tak lama kemudian, di tahun 2009  ia dan suaminya bertekad memulai usaha baru, kali ini di bidang kerajinan. Bermodal uang tabungan 2 juta dan semangat, keduanya membuat produk berbahan kulit. Karena sang suami menggemari fotografi dan memiliki komunitas, maka awalnya produk yang berupa tali kamera dan tempat ponsel atau laptop tersebut dipasarkan sebatas dalam komunitas. Dari sana, mulai ada beberapa yang request dibuatkan tas.

Adanya permintaan-permintaan  customize tadi, Ibu Tunjung memberanikan diri memproduksi lebih banyak dan mulai menitipkan ke beberapa toko (konsinyasi) yang ada di Jogja. Sayangnya, seperti usaha kulinernya, produk-produk tersebut tidak laku.  Tak ingin rugi kedua kalinya, Ibu Tunjung mencoba memasarkan produknya melalui online di sebuah forum jual-beli yang difasilitasi oleh komunitas berbasis online. Tak disangka, dalam forum tersebut produknya laku keras. Ia pun tersadar, ternyata permintaan di luar sana sangat pesat, dan ia harus mampu memanfaatkan media digital itu untuk memasarkan produknya agar dikenal lebih luas lagi.

serius menyimak (dok. riana dewie)
serius menyimak (dok. riana dewie)

Tak heran jika pada awal-awal booming, Abekani justru lebih dikenal di Jabodetabek, karena ya itu tadi, pemasaaran melalui online memang sangat berpengaruh. Kini, Abekani telah dikenal di seluruh Indonesia, bahkan memliki pasar khusus di luar negeri. Abekani memiliki fans garis keras atau kalau dalam istilah sepak bola disebut ultras yang bernama Abekanian. Hingga saat ini, ada 16 komunitas wilayah, termasuk yang di Qatar, di Hongkong, dan khusus pelanggan di atas usia 50 tahun, yang menjadi fans loyal Abekani. Semuanya terakomodasi dalam grup member yang ada di Facebook. Dan, mereka ini rutin mengadakan meet-up di kota yang berbeda-beda. lho. Pantas saja, aura kekeluargaannya terasa sekali.

Mengapa Abekani bisa memiliki pelanggan yang sebegitu setianya? Ini sangat menarik, karena menurut Ibu Tunjung, pada awalnya menjadikan customer agar loyal adalah kendala utama dalam menjalani usahanya. Ia dituntut selalu kreatif dengan terus update inovasi dan terus melakukan komunikasi pada para pelanggan untuk mengetahui produk seperti apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh mereka. Inilah value yang menjadi kelebihan Abekani. Menariknya lagi, Abekani selalu melibatkan anggota komunitasnya--yang tercatat mencapai 23.000 lebih--dengan mengadakan polling setiap akan membuka pre-order, sehingga seperti yang saya sebutkan tadi... lebih paham seperti apa dan bagaimana permintaan pasar. 

Solusi Anti Ribet untuk Pelaku UMKM

Pada acara yang berlangsung santai kemarin, Bapak Adi Subagyo mengawali sharing dengan sedikit flashback, membeberkan kalau pada mulanya di rentang tahun 1990 hingga awal 2000-an, pengiriman melalui JNE yang paling banyak berupa surat dan dokumen. Dengan munculnya dunia e-commerce, pengiriman mulai beralih dalam bentuk paket, hingga kini yang kian hari semakin banyak. Berdasarkan hasil pendataan, barang-barang yang paling banyak dikirim melalui JNE berupa produk fashion, makanan, dan kriya.

Menurut Bapak Adi Subagyo, UMKM adalah sendi dari perekonomian Indonesia. Karenanya, sebagai bentuk komitmen untuk mendukung serta mendorong munculnya peluang dan memberikan kemudahan kepada pelaku UMKM di Jogja, JNE menghadirkan Friendly Logistic. Ialah layanan untuk mempermudah pelaku industri kreatif, termasuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam menjalankan bisnis. Melalui layanan tersebut, salah satunya JNE mengajak agar para pelaku UMKM melek teknologi, dengan mengadakan edukasi tentang digital marketing yang menghadirkan berbagai market place yang ada di Indonesia sebagai pembicara. Apa saja yang diajarkan di sana? Macam-macam, mulai dari pembekalan ilmu untuk berjualan di media sosial dan market place, hingga mengajarkan bagaimana packaging yang baik dan menarik.

Kalau sudah mendapat pasar dari dunia online, otomatis omzet akan semakin melambung yang kemudian diikuti oleh permintaan barang yang semakin banyak. Iya, kalau punya gudang sendiri enak. Masalahnya, kebanyakan pelaku UMKM di Jogja ini belum memiliki tempat khusus untuk menyimpan produknya, sehingga saat banjir pesanan, stok barang asal ditumpuk di berbagai sudut rumah dan segala sesuatunya masih dikerjakan sendiri. 

penyerahan kenang-kenangan berupa maskot joni kepada para narasumber (dok. jne jogja)
penyerahan kenang-kenangan berupa maskot joni kepada para narasumber (dok. jne jogja)

Dari permasalahan di atas, layanan Friendly Logistic juga menyediakan tempat menyimpan barang (warehousing), proses packaging, pun membantu mengelola stok dan informasi masuk serta keluarnya barang. Semuanya dijamin aman, misalkan ada selisih barang, hal tersebut akan bisa dideteksi oleh sistem yang disediakan. Karena, pengelolaan warehousing oleh Friendly Logistic dilakukan secara profesional dan terintegrasi langsung dengan layanan pengiriman.

Bisa dikatakan, layanan tersebut merupakan solusi untuk para pelaku usaha agar tidak ribet lagi dalam pengaturan barang. Dengan layanan tersebut pula, kini JNE tak hanya sebagai media penghubung antara penjual dan pembeli atau antara produsen dan konsumen saja. JNE lebih dari sekadar jasa pengiriman, tetapi juga penyediaan tempat dan proses penyimpanan, update stok, serta packaging atau pengemasan yang selama ini dinilai paling merepotkan dan menyita banyak waktu para pelaku usaha.

foto bersama selepas acara selesai (dok.kompasiana)
foto bersama selepas acara selesai (dok.kompasiana)

Memang ya, hari gini kalau punya usaha atau bisnis, lantas semua hal ditangani sendiri, termasuk  urusan logistik, lelah dan pusingnya juga ditanggung sendiri jadinya. Saya sebagai pedagang online yang barangnya belum seberapa banyak pun seringkali mengalaminya, dan memang perlu tenaga lebih untuk menjalankannya.  Karena itulah Friendly Logistic dihadirkan untuk membantu UMKM, agar mereka dapat fokus dan berkonsentrasi pada sektor produksi, pengembangan atau inovasi produk, serta sales. Urusan sisanya, serahkan saja pada JNE.

terima kasih, jne! (dok. riana dewie)
terima kasih, jne! (dok. riana dewie)

Saya memang belum memanfaatkan layanan Friendly Logistic, tapi kalau untuk pengiriman, dari awal berdagang sudah meggunakan JNE sebagai jasa pengiriman. Kalau dulu mengantar sendiri paket ke agen, tahun ini mulai menggunakan layanan pick-up yang disediakan oleh JNE. Dengan adanya layanan jemput barang tersebut, saya merasa sangat terbantu, meski barang yang dikirim belum sebanyak Abekani milik Ibu Tunjung Pratiwi yang selama ini juga sama-sama terbantu dengan adanya layanan pick-up. Terima kasih, JNE, yang terus bersinergi membangun bangsa dan terus berinovasi untuk selalu menebarkan semangat connecting happiness, karena kegembiraan itu menular.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun