Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - @shalluvia

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gelar Tari Klasik Yogyakarta

28 April 2011   05:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:18 5040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_105722" align="aligncenter" width="640" caption="Manggala Retna (photo by: annisaprasetio on flickr)"][/caption] Setelah sebelumnya saya dan Ika menyaksikan pagelaran tari di nDalem Pujokusuman, Selasa malam lalu (26/04)kami kembali menyaksikan sebuah pagelaran tari yang bertema Gelar Tari Klasik Yogyakarta. Bertempat di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, pagelaran tari yang diselenggarakan oleh Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa tersebut digelar untuk memperingati 15 tahun wafatnya KRT. Sasmintadipura. Beliau yang akrab dipanggil Romo Sas merupakan empu seni tari klasik gaya Yogyakarta yang menghadirkan nuansa tersendiri dalam dunia tari klasik Indonesia. Perannya dalam pengembangan tari klasik gaya Yogyakarta menjadikan tari klasik Jawa digemari oleh masyarakat nasional dan internasional. Beliau juga lah yang mendirikan YPBSM. Pagelaran yang dibuka untuk umum tersebut dijadwalkan mulai pukul 20.00 WIB tepat, namun pukul 19.30 masyarakat sudah memadati ruang tempat berlangsungnya acara. Untuk menyaksikan pagelaran ini memang sama sekali tidak dipungut biaya, sehingga antusias masyarakat pun cukup bagus. Pukul 19.50 pintu utama dan pintu darurat yang berada di sebelah kanan-kiri panggung ditutup rapat. Dalam hal ini bagian keamanan sangat tegas, karena saat ada beberapa orang yang mencoba masuk melalui pintu darurat, mereka diusir dan tidak boleh masuk. Suara gending gamelan yang dimainkan oleh kelompok Karawitan dari ISI menjadi penanda dibukanya Gelar Tari Klasik Yogyakarta semalam. Setelah itu sebuah sambutan dari Sri Sultan HB X yang disajikan dalam bentuk rekaman. Dalam sambutannya Sultan berharap, dengan diselenggarakannya pentas tersebut dapat menggelorakan kembali semangat juang Romo Sas dalam berkesenian khususnya tari klasik gaya Yogyakarta. Selain itu juga untuk memperkenalkan pada khalayak umum bahwa di Yogyakarta masih menyimpan sebuah kesenian adiluhung yang dewasa ini semakin terpuruk. Sehingga perlu dijaga, dilestarikan serta dikembangkan agar tetap dapat eksis di era modernisasi ini. Sebelum pentas benar-benar digelar, terlebih dahulu diputar rekaman testimoni-testimoni kepada Romo Sas dari para rekan, sahabat, dan para murid-muridnya. Salah satu testimoni yang menarik adalah dari seorang guru tari (lupa namanya) yang merupakan rekan Romo Sas. Beliau mengatakan, suatu ketika pernah mendapati Romo Sas mengantuk di dalam mobil, dan ketika mengantuk itu, gerakan kepala (teklak-tekluknya) Romo Sas juga berirama seperti ketika menari [caption id="attachment_103798" align="aligncenter" width="300" caption="Untukmu Sang Guru (photo by: annisaprasetio on flickr)"]

13039691241394371382
13039691241394371382
[/caption] Untukmu Sang Guru menjadi tarian pertama yang dipersembahkan kepada penonton. Tari yang diciptakan oleh Suwantoro, S.Pd ini khusus dipersembahkan kepada Romo Sas sebagagai wujud terima kasih. Ditarikan oleh tujuh pria, tarian ini hanya berdurasi 10 menit saja. Selanjutnya adalah Tari Golek Ayun-ayun yang diciptakan oleh Romo Sas pada tahun 1976. Tarian yang ditarikan oleh 27 penari putri asal ISI, UNY, SMKI dan siswi-siswi YPBSM ini mengisahkan gadis-gadis yang tengah beranjak dewasa, di mana mereka sedang senang-senangnya berdandan atau mempercantik diri. [caption id="attachment_103800" align="aligncenter" width="500" caption="Golek Ayun-ayun (photo by: annisaprasetio on flickr)"][/caption] Sebelum beranjak ke tarian ketiga, rekaman beberapa testimoni kepada Romo Sas kembali diputar. Salah satunya adalah testimoni dari Ibu Siti Sutiyah yang notabene adalah istri Romo Sas. Dulunya mereka adalah murid dan guru sampai akhirnya menikah pada tahun 1983. Mereka bersama-sama mengembangkan sanggar tari klasik di nDalem Pujokusuman yang sejak 1992 memiliki nama Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa. Sejak Romo Sas meninggal pada 26 Februari 1996, istrinya lah yang kemudian melanjutkan perjuangan beliau untuk meneruskan kepemimpinan YPBSM. Lampu panggung kembali menyala dan di panggung sudah berdiri patung Romo Sas yang diletakkan di atas sebuah undakan yang kira-kira setinggi 2 meter. Gending yang mengalun sangat pelan mengiringi tarian selanjutnya , yaitu Manggala Retna karya Ibu Siti Sutiyah. Tarian ini mengungkapkan petuah alm. Romo Sas, bahwa untuk menjadi seorang pemimpin atau manggala, orang harus menempa diri melalui kemampuan fisik maupun menjalani laku atau kekuatan spiritual. Karena seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahir dan batin. Dan menurut Romo Sas, dalam tari memiliki kekuatan lahir dan batin. Ditarikan oleh istri alm. Romo Sas dan delapan wanita lainnya. Namun Ibu Siti hanya menari di bawah patung Romo Sas saja. Beranjak ke acara selanjutnya adalah pemberian penghargaan Sasminta Mardawa Award yang diberikan kepada RM Dinu Satomo (KRT Pujaningrat), beliau merupakan sahabat sekaligus rekan Romo Sas dalam mengembangkan dan nguri-uri tari klasik Yogyakarta. [caption id="attachment_103803" align="aligncenter" width="500" caption="Klana Topeng (photo by: annisaprasetio on flickr)"][/caption] Tari Klana Topeng menjadi tari keempat , kalau di nDalem Pujokusuman lalu hanya ditarikan oleh satu lelaki, pada malam kemarin ditarikan oleh sembilan lelaki bertopeng merah dan lima lelaki bertopeng putih yang berlaku bak perempuan. Tarian ini diambil dari Cerita Panji, yang mengisahkan Prabu Klana Sewandana dan Panji Asmara Bangun yang sedang jatuh cinta pada Dewi Sekar Taji. Setelah tarian ini langsung dilanjut dengan Beksan Menak Putri yang ditarikan oleh beberapa perempuan dengan kostum warna-warni menyala. Tari ini mengambil cuplikan cerita dari Serat Menak yang menggambarkan perseteruan antara Dewi Rengganis dan Dewi Widaninggar. [caption id="attachment_103804" align="aligncenter" width="500" caption="Beksan Menak Putri (photo by: annisaprasetio on flickr)"]
13039695951013003338
13039695951013003338
[/caption] Pada tahun Romo Sas 1975 Romo Sas menciptakan sebuah tarian bernama Klana Alus Sumyar. Tari inilah yang dipersembahkan selanjutnya, menggambarkan Dewi Arimbi yang menyamar menjadi Srisuwela yang sedang mencari Bima. Dalam penyamarannya itu Dewi Arimbi merasa gembira dan bahagia yang diperlihatkan melalui gerakkan dalam tarian tersebut. Lampu panggung padam dan layar di kiri panggung kembali menampilkan testimoni untuk Romo Sas, kali ini salah satunya berasal dari Mas Ali (lupa nama panjangnya) putra alm. Romo Sas dan Ibu Siti Sutiyah yang menceritakan masa kecilnya berlatih menari bersama ayahnya. Menyaksikan sebuah pagelaran tari klasik memang terkadang butuh 'kesabaran', karena gerakan-garakan dalam tariannya begitu pelan namun indah. Ditambah gending-gending Jawa yang mengiringi begitu memanjakan telinga, kalau tak ada iringan visualnya mungkin sudah membuat terkantuk-kantuk saking nikmatnya, hehehe... :D Akhirnya pagelaran yang berdurasi 90 menit itu pun selesai. Ditutup dengan tarian penutup yang ditarikan oleh beberapa lelaki dan putra alm. Romo Sas. Ada babak yang menarik, yaitu ketika tiba-tiba patung romo Sas yang berada di atas undakan tiba-tiba bergerak dan ikut menari, sampai kemudian naik ke tempat semula dan berlaku bak patung kembali. Yang memerankannya adalah Mas Ali, putra Romo Sas sendiri. Dengan selesainya tarian penutup, maka selesai juga lah gelaran tari klasik gaya Yogyakarta malam itu. Seluruh penari berada di atas panggung, memberikan salam penghormatan kepada penonton yang dibalas tepuk tangan meriah dari seisi gedung. *foto-foto diambil dari: annisaprasetio on flickr

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun