Mohon tunggu...
Mesha Christina
Mesha Christina Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengumpul kepingan momen.

Menulis juga di blog pribadi www.shalluvia.com || Kadang jalan-jalan, kadang baca buku, kadang menulis, dan yang pasti doyan makan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keluarga Favorit Orang Gila??

15 Oktober 2010   04:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:25 1989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_286155" align="alignleft" width="300" caption="orang gila pinggir jalan (menggergajibatu.blogspot.com)"][/caption]

Keluarga saya bisa dikatakan unik, kalau tak boleh dikatakan unik, aneh juga tak apalah. Hampir semua anggota keluarga saya memiliki pengalaman yang berhubungan dengan orang gila, termasuk saya sendiri.

Mulai dari cerita masa kecil yang masih tersimpan dalam memori otak saya. Ketika itu saya berusia 5 tahun dan adik (yang memiliki gigi kera) 3 tahun. Seperti biasa, setiap bulannya ibu selalu mengajak kami melihat Parade Senja yang diadakan tanggal 17 setiap bulannya di Istana Negara Gedung Agung.

Suatu sore di sepanjang pagar istana penuh dengan kerumunan orang. Saya, ibu dan adik pun ada di sana. Saat asyik menyaksikan atraksi drumband AAU, adik saya yang tidak digendong ibu tiba-tiba dari arah belakang diangkat oleh orang tak dikenal, orang gila.

Mulanya ibu tak sadar salah satu anaknya digondol orang gila, untung saja seorang ibu disampingnya memberitahu. Sontak saja ibu saya berlari mengejar orang gila yang sudah hampir sampai di dekat tugu jam kawasan 0 Km Jogja sambil berteriak, "He...anakku arep digowo nengndi kui??! Kene-kene balekke anaku...!!"

Orang gila itu menengok dan mau melepaskan cengkramannya pada adik saya. Hmm...untung saja, ternyata orang itu hanya iseng, dasar orang gila...

Pengalaman kedua adalah saat saya dan ibu menonton film di salah satu bioskop yang sekarang sudah ditutup. Kalau tak salah, film yang kami lihat saat itu adalah Robin Hood. Di tempat lain, bapak dan adik tengah mengelilingi kota dengan motor. Sebelum film selesai, bapak dan adik sudah menjemput saya dan ibu. Mereka menunggu di bengkel teman bapak yang letaknya tak jauh dari bioskop.

Bapak asyik ngobrol tentang motor dengan temannya, sedangkan adik berlari kesana-kemari di trotoar. Tiba-tiba (lagi) ada orang gila yang menggendong adik saya. Dan kali ini adik saya berontak dan menangis, sehingga bapak segera mengetahui dan mengejarnya.

Tak mau 'kalah' dengan adik, saya pun memiliki pengalaman tak terlupakan bersama orang gila. Waktu itu saya masih duduk di bangku SMP. Suatu hari Bapak, Ibu dan kedua adik saya pergi ke pernikahan salah satu teman Bapak. Saya sebagai anak tertua sengaja tidak diajak dan dipasrahi menjaga rumah atau lebih tepatnya menjaga warung.

Sedang asyik menjaga warung sambil membaca, tiba-tiba ada orang gila perempuan lewat dan menyambar sapu yang ada di depan rumah saya. Entah mengapa, refleks saya berdiri dan berusaha merebut sapu itu dari si orang gila. Jadilah kami saling berebut sapu. "Iki sapuku, ojo digowo tho!!" Teriakku masih tarik-menarik sapu dengan si orang gila. Ternyata orang gila itu kuat juga dan begitu kukuh mempertahankan sapu yang ada di tangannya.

Tak sampai lima menit kemudian, dia menyerah. Akhirnya dia mau juga melepaskan sapu itu, ahh...untung saja. Ketika akhirnya dia berjalan meninggalkan depan rumah, saya pun berteriak, "Wooo...dasarr wong edyan!!" dia menengok dan saya cepat-cepat berlari ke dalam rumah dan menutup pintu. Tak lupa sambil membawa sapu tentunya :D

Pengalaman 'berinteraksi' dengan orang gila masih dialami keluarga saya sampai sekarang. Di lingkungan rumah saya ada seorang gila yang sering berkeliaran, tapi dia tidak mau mengganggu warga sekitar. Saya dan keluarga menyebutnya Si Gimbal.

[caption id="attachment_286156" align="aligncenter" width="225" caption="si gimbal (dok. pribadi)"][/caption]

Saya tak tahu awalnya bagaimana, ibu saya sering memberi makanan pada si gimbal. Dia ini paham kalau dirinya diajak bicara, meskipun tak ada kata balasan dari dia. Suatu kali, bapak saya pernah menawarinya rokok dan tak disangka ternyata ia mau. Sekali diberi rokok, ia ketagihan. Ia sering tak mau kalau diberi makanan, tapi ketika ditawari rokok ia langsung mau dan beranjak mendekat. Terkadang dia juga ikut menonton TV  dengan berdiri di depan pintu rumah. Awalnya kami takut tapi lama-lama terbiasa juga.

[caption id="attachment_290404" align="aligncenter" width="300" caption="bapak membantu si gimbal menyalakan rokok (dok. pribadi)"][/caption]

Gimbal ini sepertinya berasal dari luar Jawa, meskipun dia jarang bicara namun terkadang dia menjawab saat ada orang yang iseng mengajaknya bicara. Dan dia selalu menggunakan bahasa Indonesia. Bila ada yang mengajaknya bicara dalam bahasa Jawa dia paham juga tapi tak pernah menjawab. Pernah, pagi-pagi ia mengamuk, berteriak-teraik tak jelas sambil berjalan. Ibu saya yag kebetulan sedang menyapu menegurnya. "Ora bengak-bengok, mbribeni wong turu..." Ia hanya tersenyum dan berjalan lagi. Ketika sudah agak jauh dari rumah saya, ia kembali berteriak-teriak lagi.

Sebenarnya aneh juga 'berinteraksi' dengan orang gila, orang gila yang  memang benar-benar gila. Tapi ketika niatnya tulus untuk menolong, tak apa-apa kan? Asalkan orang gilanya jangan seperti yang 'menggondol' adik saya atau yang berebut sapu dengan saya, hihihi... ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun