Sumber:Â http://www.gunungkidulkab.go.id
KETIKA Jakarta mengadakan Pemilukada untuk memilih Gubernur yang akan menduduki jabatan 2012-2017, masyarakat Gunung Kidul dan sekitarnya sebenarnya sudah tahu jika Jokowi-lah yang akan memenangkan pertarungan itu. Persis ketika tiga Pemilukada akan digelar di Kabupaten Sleman, Bantul, dan Gunung Kidul pada tahun 2010 yang lalu. Masyarakat Gunung Kidul sudah bisa menduga siapa yang akan memenangkannya. Ini memang klenik, nak nik nak nik tapi pas. Tapi begitulah ‘nalar’ bawah yang kadang kita susah memahaminya.
Tepat pada 17 September 2012 malam atau menjelang 18 September 2012 dini hari di Desa Girisubo, Gunung Kidul dilakukan pembukaan kain kafan yang menutupi cupu. Cupu ini dikenal dengan cupu Panjala yang terdiri dari tiga cupu yaitu Kyai Semar Tinandu, Kyai Kalang Tinantang, Kyai Kentiwir. Dari sejarah yang diceritakan penduduk setempat, cupu yang ada saat ini sudah turun-temurun sampai generasi ketujuh. Masih dari penuturan masyarakat setempat, cupu ini adalah pemberian Sunan Kalijaga.
Pada malam saat pembukaan kain kafan yang dipakai untuk membungkus cupu tersebut biasanya akan keluar berbagai macam gambar. Dahulu kala, gambar-gambar yang keluar ini akan ditafsirkan dan akan dikaitkan pada kehidupan pertanian. Artinya mereka akan menanam apa yang muncul pada saat pembukaan kain cupu, hasil panen akan seperti apa, bagaimana musim satu tahun ini, dan sebagainya. Sebagai informasi, kain yang dipakai membungkus cupu ini berjumlah ratusan. Setiap lapis kain tidak selalu muncul gambar atau petunjuk tertentu.
Setiap tahun itu pula, ribuan orang berbondong-bondong ingin melihat upacara pembukaan cupu ini. Bahkan untuk tahun-tahun terakhir ini, pengunjung tidak hanya datang dari kawasan Gunung Kidul saja, tetapi juga dari beberapa daerah yang lain. Ketika dibuka dan diucapkan apa yang terlihat di kain itu biasanya orang-orang akan saling menafsirkan apa maksudnya. Hal ini karena juru kunci tidak memberi tafsir apapun atas apa makna simbol yang keluar di kain. Hanya mengatakan apa yang terlihat saja. Tentunya bisa saja orang mengatakan bahwa jika demikian semua sangat tergantung juru kunci akan menafsirkan gambar yang keluar itu apa. Bisa jadi begitu.
Tahun ini ada beberapa gambar yang keluar di masing-masing kain menurut yang dikatakan juru kunci. Kain ke-2 sampai ke-54 muncul gambar atau tanda tertentu, 14 kain berikutnya bersih sama sekali, dan 25 kain berikutnya kering. Beberapa yang menarik adalah keluarnya angka 3 sebanyak tiga kali di kain sisi sebelah barat. Sangat tepat dengan nomor calon Gubernur DKI, Jokowi. Kebetulan. Boleh dikatakan begitu. Tetapi pada saat ini keluar, banyak orang diam saja. Tidak ada celetuk tafsir yang keluar. Tapi ketika keluar gambar laki-laki memakai jas dari timur ke barat, hampir secara bersamaan orang-orang yang hadir berseru: Jokowi!
Ini memang otak-atik gathuk. Sayangnya orang-orang yang hadir pada waktu itu tidak menalar semacam itu. Pertanda yang sebenarnya menurut mereka sudah sangat jelas. Hal yang sama mereka rasakan ketika pembukaan kain cupu Panjala di tahun 2010. Pada waktu itu muncul gambar perempuan di timur, barat laut perempuan, dan di sebelah utara muncul gambar laki-laki dan perempuan. Ternyata hasil Pemilukada di Kabupaten Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman dimenangkan pasangan laki-laki dan perempuan. Kebetulan. Bisa saja begitu. Berpikir memang bebas, kenyataan juga bebas berlaku. Nalar setiap orang juga berbeda-beda.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, beberapa gambar lain yang keluar dari kain pembungkus cupu Kyai Panjala antara lain Pulau Sumatera terbalik, wayang Raden Samba, Bathara Narada, Petruk di sebelah selatan, tokoh wayang Raden Wisanggeni, tokoh wayang Kunti, gambar darah segar di barat, pasir di sebelah timur, kulit padi di sebelah timur, dan sebagainya. Tentunya setiap orang bisa memberi tafsir atas masing-masing gambar tersebut. Silahkan. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H