Mohon tunggu...
Git Agusti
Git Agusti Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger Cianjur

Suka menulis apapun yang diinginkan untuk ditulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jaga Hati dan Jaga Jari di Bulan Puasa

17 Mei 2019   20:38 Diperbarui: 17 Mei 2019   21:08 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebulan menjaga hati di media sosial, Jaga hati jaga jari di bulan puasa

Bulan Ramadhan telah tiba, hampir separuh perjalanan dari satu bulan puasa dilewati. Umat muslim mengetahui bahwa tujuan daripada puasa adalah untuk meraih takwa. 

Berpuasa tidak sekedar menahan lapar dan haus saja, melainkan menahan diri dari segala sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan pahala berpuasa itu sendiri. 

Berpuasa di bulan Ramadhan diwajibkan bagi semua umat muslim yang mampu. Selain dari tujuan untuk melaksanakan perintah Allah SWT, berpuasa juga berperan sebagai salahsatu langkah untuk mendidik diri agar menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. 

Memberikan pelatihan kepada diri sendiri untuk dapat mengendalikan diri sendiri atas nafsunya. Berpuasa untuk lebih mendekatkan diri agar lebih khusyuk dalam memohon ampunan atas segala dosa. 

Berpuasa juga bertujuan untuk membersihkan tubuh dari segala macam hal yang kurang baik bagi tubuh yang berasal dari makanan yang kurang sehat selama 11 bulan dan membuat badan lebih sehat.

Selain itu, selama berpuasa umat muslim diharapkan dapat mengambil hikmah-hikmah selama melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan kemudian memanfaatkannya sebagai momen untuk mengevaluasi diri serta menjadikannya sebagai salahsatu pembentukan akhlakul karimah, akhlak yang mulia di hadapan manusia sebagai sesama makhluk dan sebagai hamba dari Sang Pencipta. 

Banyak mengambil pelajaran dari rasa lapar dan haus, menjadikan diri sebagai hamba yang lebih bersyukur serta dapat memupuk sikap empati untuk orang-orang yang memiliki taraf kehidupan yang lebih rendah dalam hal materi sehingga dapat tercipta kerukunan dan saling menyayangi satu sama lain.

Dengan segala kemajuan zaman, kehidupan seolah terbagi menjadi dua bagian yang memiliki dimensi berbeda. Yang pertama adalah kehidupan nyata yang memang benar-benar terjadi komunikasi antar personal secara langsung tanpa sekat jarak dan waktu. Sisi kedua yang saat ini menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan manusia adalah kehidupan dunia maya yang dikenal dengan istilah media sosial.

Media sosial sendiri merupakan media online dimana orang-orang yang memiliki akses dapat dengan mudah ikut berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi jejaring sosial. 

Dengan media sosial, orang dapat dengan mudah untuk saling, menciptakan interaksi, berbagi ragam hal, membuat dan memperluas jaringan, dan berbagai kegiatan lainnya termasuk memanfaatkannya sebagai salahsatu penunjang penting dalam pekerjaan yang digelutinya.

Media sosial mengubah cara pandang banyak orang terhadap komunikasi yang biasanya harus dilakukan dengan kontak langsung. Namun tidak lagi demikian dengan terciptanya sistem yang membuat komunikasi bisa ditingkatkan dalam cara yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Di mana setiap orang dapat kembali menemui teman yang sudah lama tidak berjumpa, bertegur sapa dengan kerabat dan anggota keluarga yang jarak tempat tinggalnya bahkan sangat jauh berbeda negara sekalipun.

Media sosial menjadikan seseorang dapat memiliki banyak teman baru ketika di tempat tinggalnya sendiri temannya hanya dalam hitungan jari. Untuk beberapa orang media sosial menjadi tempat bertemu dengan jodoh yang diinginkan. Semua karena media sosial yang memiliki banyak manfaat yang seringkali membuat orang merasa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dibanding sebelumnya.

Namun demikian, media sosial ternyata bagaikan pisau bermata dua, memiliki dampak positif namun dibayang-bayangi dengan dampak negatif yang mengkhawatirkan. Bagaimana tidak?

Media sosial menjadi tempat yang efektif untuk menjadi media penyebaran informasi yang begitu cepat. Dengan hebatnya dalam waktu beberapa menit setelah suatu kejadian berlangsung, kita telah bisa mendapatkan informasi tersebut. Tentu pada dasarnya sistem seperti ini sangat bermanfaat bagi manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di era digital seperti sekarang ini. Namun lain halnya ketika media sosial dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak menggunakan media sosial sebagaimana harusnya.

Di tangan orang-orang yang tidak bijak, media sosial menjadi semacam tempat sampah yang digunakan untuk menyalurkan keluh kesah tentang kehidupan pribadi yang seharusnya tidak diketahui orang lain karena merupakan aib. Bagaimana media sosial menjadi alat senjata bullying bagi para pelaku bullying tanpa ampun. 

Sindir menyindir, menghina, menyudutkan bahkan meyerang orang yang tidak disukai bahkan untuk orang yang sama sekali belum pernah ditemuinya di dunia nyata. 

Belum lagi saat ini seringkali media sosial dijadikan sebagai tempat untuk membohongi orang lain dengan menyebarkan hoax yang seringkali berakhir dengan menyudutkan pihak-pihak tertentu baik secara pribadi maupun kelompok. Diperparah dengan si pengguna lugu dan seringkali mudah terprovokasi kemudian menyebarkannya tanpa mengkaji kebenaran informasi yang didapatkannya terlebih dahulu dan berperan menjadi penyebar hoax.

Lantas apa hubungannya bulan puasa dengan media sosial?

Media sosial dapat menjadi cermin bagi kehidupan seseorang. Menjadi cerminan karakter dan sifat dari orang tersebut dengan memperhatikan apa yang ditulis, apa yang dibagikan, bagaimana cara dia menanggapi kiriman orang lain, bagaimana caranya berkomentar atas apa yang disukai dan apa yang bersebrangan dengan pendapatnya, bagaimana sebenarnya dia berkata tentang keluarga, sahabat, teman, rekan kerja, kolega dan tetangganya di status yang dibagikannya, serta apa yang dituliskan dalam kiriman-kirimannya mengenai setiap hal yang ditemuinya dalam berinteraksi di dunia nyata. 

Membagikan kebaikan, motivasi, dukungan, hinaan, gunjingan bahkan umpatan-umpatan yang menggambarkan ketidaksukaan terhadap sesuatu atau seseorang. Semua terlihat dengan jelas dan terekam dengan baik secara digital yang sewaktu-waktu dapat dibuka kembali oleh siapapun yang menginginkannya.

Kembali pada makna berpuasa, menahan diri dari segala sesuatu yang tidak baik bagi diri baik secara lahir maupun batin. Memperbaiki akhlak dan mengubahnya ke arah yang lebih baik. 

Dengan berpuasa, diharapkan seseorang yang tadinya selalu membiarkan dirinya untuk dengan mudah berkata tidak baik di media sosial kemudian di bulan puasa ini dapat meredamnya. Kebiasaan buruk yang tadinya seringkali membagikan informasi dan kiriman provokatif tanpa diketahui kebenarannya lalu dapat menghilangkan kebiasaan buruk tersebut dan menggantinya dengan sikap tabayyun.

Menjadi harapan kemudian setelah bulan puasa berakhir maka kebiasaan-kebiasaan buruk ditinggalkan dan kebiasaan-kebiasaan baik hasil pembiasaan di bulan Ramadhan dibawa serta ditingkatkan. 

Dengan tertatanya sikap dan etika diri sendiri, maka secara perlahan akan diterapkan dalam caranya berkomunikasi melalui media sosial dengan orang lain kemudian menularkan sikap-sikap positif dengan kiriman-kirimannya yang sejuk dan menenangkan. 

Menjadikan media sosial sebagai ajang silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan. Jika sudah demikian, kehidupan media sosial yang baik akan memberikan keseimbangan pada kehidupan di dunia nyatanya yang lebih baik.

Yang perlu dilakukan dalam bulan puasa adalah memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan untuk memperbaiki diri dengan senantiasa menjaga hati dalam mengendalikan jari di media sosial, merawat sifat husnudzon, memupuk sifat sabar, menanamkan kebiasaan tabayyun serta menggandakan sifat memaafkan. Kemudian membawa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari demi ketentraman lahir batin diri sendiri dan oranglain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun