Satu bulan lebih aku absen dari Kompasiana. Menulis maupun membaca dan menyapa sahabat-sahabat Kompasioner, terabaikan semuanya.
Berawal dari terpaparnya anak dan mantu sehingga aku harus ikut terkarantina. Disambung dengan pekerjaan yang tertunda, sehingga baru malam ini niatku bertumbuh lagi untuk berkompasiana, membuka kembali lembar-lembar dan cerita-cerita dari sahabat-sahabat Kompasioner tercinta.
Ya, pandemi bener-bener merubah berbagai hal, hampir seluruh segi kehidupan. Maka kebiasaan baru harus kujalani, yang lama kutinggalkan. Tak mudah aku meninggalkan kebiasaan lama itu untuk menerima kebiasaan baru, sebagaimana kuceritakan:
Pukul 11 malam atau lewat, aku biasanya memasang gembok dan mengunci gerbang. Kadang juga pukul 10, atau saat-saat tertentu pukul 09 malam. Kemudian aku matikan lampu-lampu dengan menyisakan beberapa titik yang perlu saja. Aku tak ingin ruang tamu gelap gulita ketika tamu datang. Aku tak ingin gerbang sudah terkunci ketika ada tamu. Kurang enak rasanya membuka (kembali) gembok di hadapan tamu yang sudah menunggu.
Itu adalah kebiasaan lama pada masa normal, sebelum serangan pandemi covid-19. Pada masa normal itu, biasanya aku baru masuk rumah sekitar pukul 09.30 malam atau bahkan lewat. Selasa malam aku bernyanyi bersama warga lingkungan 2 & 4. Rabu malam bernyanyi bersama warga lingkungan 5. Kamis malam bersama warga Asisi. Dan Jumat malam bersama WongWolu. Empat malam dalam seminggu terisi acara bernyanyi, biasanya berlangsung antara pukul 20.00 sd. 21.30. Tinggal tiga malam yang kosong, namun sering pula terisi kegiatan-kegiatan yang tidak terjadual. Sesekali memang sejak sore pulang kerja aku di rumah saja, tak ada acara/kegiatan khusus. Tapi ini jarang terjadi.
Sekali lagi, itu dulu, pada masa normal sebelum pandemi. Namun kini, jam 8 malam aku pasti sudah kunci gerbang. Kadang jam 7 pun aku sudah menguncinya dan mematikan lampu ruang tamu dan tempat lain yang kurang perlu. Pasti tak akan  ada tamu datang sebagaimana pada masa normal.
Pandemi benar-benar merubah segalanya. Berbagai kegiatan dibatasi. Kegiatan sosial, ekonomi, bahkan keagamaan.
Semula aku merasa jenuh, merasa bosan, dan merasa tidak nyaman dengan banyak mendekam di dalam rumah saja. Tak pernah lagi bernyanyi bersama. tak pernah lagi bercanda bersama. tak pernah lagi makan bersama. Dulu, selalu saja ada acara yang mesti dihadiri. Dan apabila kebetulan di rumah, masih juga berharap ada sahabat atau tamu datang. Maka sebelum akan beranjak ke peraduan, aku belum mematikan lampu dan mengunci pintu. Tapi sekarang, jam 7 atau 8 malam aku sudah kunci pintu dan matikan lampu. Memang semula terasa tidak enak dan tak lazim apabila masih sore sudah kunci pintu, sudah matikan lampu. Namun ketidak laziman itu akhirnya menjadi biasa, dan semakin lazim. Â
Ya, kini semuanya berubah. Menjadi terbiasa mengunci pintu dan mematikan lampu pada jam 7 malam, bahkan sebelum itu. Kemudian mengurung diri di rumah, menonton sinetron (yang dulu tak pernah), asyik berhape, atau asyik di depan laptop bersama sahabat-sahabat Kompasioner. Dan semakin merasa tak enak dan tak lazim apabila pintu masih terbuka hingga larut malam. Takut korona masuk.
Sebuah kebiasaan baru yang semakin dimiliki dan dinikmati, new normal habit.
Jambi, 03 September 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H