Â
pagi masih berselimut embun
kicauan burung-burung bersahutan
memanggil mentari diantara kepak-kepak sayapnya
lalu bertengger didahan
mengintai langit dari celah dedaunan
sebentar lagi sang fajar semburatkan cahaya emas
ketika 'ku buka jendela
syair rumah kita
Â
burung-burung terbang menjauh
bersama sirnanya embun pagi
sinar mentari menerobos jendela rumah kita
cahayanya menyinari potret kita didinding
dan senyum itu selalu hidup dibias mentari
disapu angin hamparan danau
Â
kemudian....
engkau berjalan ke tepi danau
duduk diatas batu
kakimu terendam air danau
tubuhmu dibalut kain panjang
kecipak seeeer
kecipak seeeer
engkau nikmati siraman air danau
gayung demi gayung
Â
diantara guyuran air danau ditubuhmu
lalu engkau berteriak memanggilku
"dang maridi ho sgl!" (*)
aku hanya melambaikan tangan dari jendela
'ku sahut "jolo sae ma ho!" (**)
aku masih menikmati tepian danau
setiap pagi
dari jendela rumah kita
demikian kita merangkai rumah kita
di tepi danau toba
Â
Jambi, 30 Desember 2015
(*) dang maridi ho sgl = tidak mandi kamu sgl
(**) jolo sae ma ho = tunggu selesailah kamu
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H