Mohon tunggu...
Sgl Purba
Sgl Purba Mohon Tunggu... -

Aktivitas dukung welfare rakyat dan lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rona Legam Dibatas Langit

14 Oktober 2014   18:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:04 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kalian anak-anakku

kita telah sampai dibatas langit

setelah sekian jauh berjalan memetik hikmah

menulis tapak demi tapak terjejak di belantara

mendengar nyanyian burung dan desauan angin

pilu merambat setiap relung bukit

bahkan tarian pakis-pakis dideru angin di tebing

merenda gundah tidur panjang lembah

juga derai retas buraian air tercurah di ngarai

menikam perut bumi menebar senyap

semua tercatat meronai wajah legam kita

diam dalam kertak gigi menggeram

mari anakku duduk di kaki langit ini

pakailah daun-daun jati untuk alas bersila

sebab dihelainya tercatat keteguhan pohonnya

melewati hujan, badai dan kemarau

membesarkan akar kehidupan

memberimu sajak-sajak ode

enyahkan khianat, perambah harta negeri

buikan penyatron daulat rakyat dan negeri

seharum jati ditangan pengukir tahta keadilan

semedikan sejenak dibingkai merahnya hatimu

lihatlah dalam diangmu

berawal dari simpang jalan negeri

engkau akan mendengar sorak sorai tanpa irama

diantara mereka tegak berjubah khianat

menyeringai bak serigala haus darah

berbendera merah putih

berpalu ketuhanan yang maha esa

bersumpah demi kitab sucinya

mengaku pembawa suara rakyat

tegak melangitkan keangkuhannya

keserakahannya habisi lumbung negeri

bahkan merengkuh nyawa tak bersalah

membiarkan ibu-ibu menangis meratap

anak sibuah hati tumpuan derita

setiap hari sepanjang hayat

anak-anakku

bangunlah dari semedhi

kibaskan daun-daun jati

menderukan anginnya tak henti

meruntuhkan khianat

lalu kita bumi hanguskan

kuburkan dalam-dalam

juga dibatas langit ini

segera......

Belantara Jati, 16 Mei 2014

*atas daulat rakyat yang hilang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun