Mohon tunggu...
Safira Ruhama
Safira Ruhama Mohon Tunggu... Lainnya - Aku Bukan Siapa-siapa, hanya musafir yang mencari RidhoNya

"Berbungalah dimanapun kamu ditanam"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kamu Vs Pikiran Menderita (Part 1)

9 Januari 2022   19:09 Diperbarui: 9 Januari 2022   19:27 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam waktu beberapa jam aku khusyuk mencoret, menggambar, menulis hingga akhirnya menyelesaikan suatu "peta diri" singkat yang menggambarkan perjalanan hidupku setahun sebelumnya. Dalam waktu beberapa jam itu aku mendedikasikan diri untuk mendengarkan hidup, mendengarkan dan mengamati kembali. 

Dan ketika melakukannya aku menyadari bahwa ternyata hidup selalu mengirimkan pesan kepada kita setiap detik, namun mungkin saja kita yang jarang berinteraksi dengannya, jarang memperhatikan sapaannya, dan jarang secara ramah mendengarkan suaranya yang mungkin terlalu lembut, karena pikiran kita ramai dan sibuk memutar musik mengenai ilusi kehidupan yang membuat kita tenggelam dalam depresi, putus asa, kecemasan, atau apa-apa yang harus dikejar dan diselesaikan melalui suara dalam volume maksimal.

Malam itu, waktu dimana aku menyadari bahwa segala perasaan  menderita, perasaan tidak cukup, kecemasan, prasangka buruk akan kehidupan, dan kekhawatiran akan masa depan hanyalah sesuatu yang dapat diamati layaknya kereta yang melaju cepat ketika kita berdiri di depan pintu penghalang di tepian rel kereta api.

Semua kebisingan yang membuat kita menderita tersebut hanyalan konser band dadakan dari soundsistem yang diputar terlalu keras di kepala kita sehingga kita merasa itu semua sesuatu yang nyata. 

Padahal semuanya hanya drama yang diputar dalam mind di dalam kepala kita. Drama dari masa lalu dan masa depan yang sesungguhnya tidak nyata. Karena masa lalu telah terjadi dan kita lewati, sedangkan masa depan yang belum terjadi, sesungguhnya hanya bayangan di dalam kepala kita.

Kita duduk di dalam gedung teater di dalam kepala kita percaya bahwa semua drama yang diputar oleh pikiran kita sendiri adalah sesuatu yang nyata, kita berfikir bahwa peran setan di drama itu nyata hingga kita benar-benar merasakan ketakutan. Padahal jika kita keluar dari gedung teater, segala sesuatunya baik-baik saja, matahari masih bersinar terang, setan yang kita lihat tidak ada, dan nyatanya kehidupan sama sekali tidak sama dengan drama yang barusan kita tonton.

Selanjutnya bisa kamu baca di part 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun