Mohon tunggu...
SFebrianti P
SFebrianti P Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ruang Kesempatan untuk Anak Jalanan

12 Agustus 2018   19:41 Diperbarui: 12 Agustus 2018   20:11 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2003 ketika saya baru saja kelas 3 SD, saya mulai berkativitas di jalanan untuk mengamen dan berdagang. Keadaan ekonomi yang tidak stabil menjadikan kehidupan di jalan menjadi kebiasaan dan kebutuhan. Kerap kali hasil dari mengamen dan berdagang dipergunakan untuk membayar segala kebutuhan sekolah, juga uang makan sehari-hari untuk keluarga.

Saya anak pertama, dari 3 bersaudara. Bapak saya adalah buruh bangunan, dan Ibu seorang asisten rumah tangga yang tidak menetap. Pendidikan merupakan hal yang orang tua saya tekankan, sekolah harus terus berlanjut sampai dengan SMA meski dengan perjuangan yang banyak menyesakkan dada. 

Kehidupan di jalan memang keras dan rentan mengalami banyak masalah. Pergaulan bebas adalah salah satu yang dapat terjadi di jalanan. Minuman keras dan mabuk-mabukan menggunakan lem aibon misal menjadi mudah dilakukan. Belum lagi rentan terjadinya perdagangan manusia, eksploitasi seksual, juga kekerasan. Hal-hal demikian telah terjadi kepada beberapa kawan-kawan saya di jalanan.

Sedang saya pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh kawan sendiri, dan orang tua. Beruntungnya saya belum pernah mencoba minuman keras, atau menjadi korban perdagangan manusia. Saya membatasi diri saya dengan rasa penasaran terhadap minuman keras/rokok, saya masih memiliki rasa malu kepada tetangga dan sodara-sodara saya untuk tidak mencobanya.

Situasi-situasi tersebut mengakibatkan adanya perhatian dari para aktivis anak. Salah satunya adalah Yayasan Bahtera Bandung. Sebuah yayasan yang mengajar dan memberdayakan anak jalanan melalui berbagai macam kegiatan. Misalnya kegiatan belajar menulis, berlatih alat musik, belajar membuat lagu, belajar membaca, keterampilan dan kegiatan lainnya. 

Pada saat saya kelas 3 SMP saya mulai menemukan potensi saya. Kala itu saya gemar dalam memainkan alat musik gitar dan menulis lagu, alhasil saya membentuk sebuah band bersama dengan kawan-kawan saya di jalan lainnya yang dimentori oleh kakak pendamping dari Yayasan Bahtera.

Band tersebut berhasil manggung di beberapa acara yang difasilitasi oleh Yayasan, atau mendapati undangan dari sebuah perusahaan, universitas, juga instansi pemerintahan. Paling hebat kala itu, band kami menjadi musik pengiring pada sebuah teater yang di mana para aktornya adalah kawan-kawan jalanan saya pula.

Itu adalah projek sebuah organisasi sosial dari Belanda yang bekerja sama dengan kelompok teater di Bandung dan Yayasan Bahtera. Sebuah pertunjukan yang mengisahkan kehidupan di jalanan itu berhasil tampil di 20-an tempat di Kota Bandung. Momen itu membuat kami merasa jadia artis hehehe.

Apresiasi dari penonton yang antusias untuk menonton pertunjukan teater sangat luar biasa. Kami merasa dihargai dan diberi kesempatan untuk menaikan rasa percaya diri kami untuk tampil di depan banyak orang. 

Anak jalanan telah mendapatkan stigma buruk dari masyarakat, kerap kali mereka dikucilkan dan dianggap sebagai sampah masyarakat. Barangkali karena penampilannya yang kotor dan dekil, atau karena prilakunya yang bandel. Tapi bukan kah setiap anak itu memang ada yang bandel?

Penerimaan masyarakat yang memandang sebalah mata kepada meraka, membuat diri mereka merasa asing ketika berada di luar komunitasnya. Hal tersebut yang juga saya rasakan, saya merasa malu untuk tampil atau masuk dibeberapa tempat dengan masyarakat luar. 

Namun, Yayasan Bahtera hadir untuk memotivasi dan meningkatkan kembali rasa percaya diri anak-anak. Seperti kegiatan yang tadi telah dijelaskan. Anak jalanan ternyata butuh sosok yang mau mendengar segala keluh kesah anak jalanan, sosok yang sabar untuk mendampingi mereka di tengah "kenakalannya".

Mereka butuh sosok yang mau memberi kesempatan untuk mengasah potensi-potensinya dengan memfasilitasi kegiatan dan ruang-ruang berekspresi. Dan saya sebagai anak jalanan merasa hal tersebut telah dilakukan oleh para pendamping Yayasan Bahtera. Ternyata sangat bermanfaat terhadap hidup saya, apa yang dilakukan oleh Yayasan Bahtera adalah energi baik untuk diri saya. 

Seringkali saya diberi kesempatan untuk tampil di depan banyak orang melalui musik, membaca puisi, bercerita pengalaman saya ketika di jalanan. Diberikan kesempatan untuk mengasah potensi saya dalam hal perfilman. Saya diberikan fasilitas untuk kursus bidang tersebut. Hingga akhirnya saat ini saya bisa kuliah di Jurusan Televisi dan Film Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, dan telah sampai pada tingkat akhir. 

Berkat energi baik dari para pendamping Yayasan Bahtera, saya belajar bahwa kita tidak boleh menghakimi diri sendiri apalagi orang lain dengan kata-kata yang merendahkan. Anak jalanan juga berhak memiliki kehidupan yang lebih baik, dengan mereka diberi kesempatan "tampil".

Anak jalanan itu perlu didampingi, tidak sekedar dicacimaki. Suara-suara anak jalanan mesti didengarkan, tidak untuk dimarjinalkan. Anak jalanan juga memiliki potensi, asal kita mau peduli dan mengarahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun