Ketua Umum PSSI, Erick Thohir membahas investasi dan perkembangan sepak bola Indonesia yang memerlukan komitmen tinggi. Untuk membangun Sepak Bola Indonesia, Erick Thohir mempersiapkan seluruh akomodasi pemain, pelatih dan program yang membutuhkan nilai yang cukup besar hingga 500 juta sampai 1 miliar.
Sebagai contoh Timnas Indonesia Putri menjelang beberapa turnamen mendatang hingga Desember tahun ini, diperkirakan biaya yang dikeluarkan mencapai sekitar 38 miliar rupiah. Tim nasional telah berlaga melawan Hongkong dan Singapura di Timur Tengah, serta saat ini tengah menjalani pelatihan di Jepang.Â
Meskipun biaya tersebut cukup besar, nilai yang tidak dapat diukur dengan uang, yaitu marwah dan martabat Sepak Bola Indonesia semakin meningkat.
Hal ini menciptakan harapan nyata bagi publik dan netizen, yang kini merasa bangga dengan prestasi Timnas. Di tengah antusiasme ini, terdapat tantangan yang perlu dihadapi. Kita harus mengedepankan harapan yang realistis dan tidak terjebak dalam harapan palsu.
Sejumlah netizen kini mengakui bahwa mereka adalah pendukung Timnas dengan semangat positif. Bahkan, dalam beberapa media menyatakan bahwa dukungannya terhadap Timnas Indonesia dibayar dengan prestasi yang membanggakan. Dukungan ini harus dijaga agar tetap dalam koridor yang positif, tanpa menyebar kebencian atau perpecahan di antara suporter.
Salah satu masalah yang perlu disikapi adalah sikap negatif yang terkadang muncul, terutama terkait rasisme dalam dukungan terhadap Timnas Indonesia. Kita harus mencegah sikap tersebut, baik terhadap pemain maupun suporter lain, agar tidak ada kata-kata kasar yang menciptakan ketegangan.
Dukungan haruslah dilakukan dengan etika yang baik. Selain itu, kita perlu menjaga ekspektasi yang realistis terhadap performa Timnas Indonesia. Banyak momen di masa lalu, seperti ketika gagal lolos ke Olimpiade, menjadi pembelajaran bahwa tidak semua target dapat tercapai. Pemain telah berjuang keras meski harus melewati waktu-waktu penting bersama keluarga.
Media juga memiliki peran penting dalam membentuk pandangan publik. Kita harus waspada terhadap pemberitaan media asing yang bisa mengganggu stabilitas tim. Menjawab tudingan media asing tentang proses naturalisasi yang dianggap melanggar hukum, bergabungnya pemain yang berkarier di luar negeri ke Timnas Indonesia sudah sesuai dengan aturan FIFA, dan PSSI tidak ingin menjual mimpi tanpa dasar yang kuat.
Dalam konteks transformasi yang terjadi di PSSI, kita juga harus introspeksi diri. PSSI perlu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik di tingkat pusat maupun daerah, dan terus melakukan evaluasi untuk mengejar ketertinggalan. Berbagai perubahan harus dilakukan untuk memperbaiki liga dan menyiapkan tim nasional secara menyeluruh.
Kepemimpinan PSSI juga harus berkomitmen untuk menciptakan struktur yang kuat, dengan memastikan bahwa setiap pemimpin yang datang setelah masa jabatan Erick Thohir bisa melanjutkan program yang sudah ada. Transformasi dan perbaikan yang terus menerus akan menjadi fondasi bagi kemajuan sepak bola Indonesia.