Kritik itu bagaikan dua mata pisau yang bisa melukai diri sendiri atau bahkan melukai orang yang dikritik. Karena instrument yang dimiliki oleh seorang kritikus itu adalah mulut, mulut bisa menjadi bumerang bagai yang memakainya dengan semena-semena lost control karena mulut itu seperti bisa yang menyengat lansung kedalam aliran darah.
Imbas dari sebuah demokrasi adalah munculnya para kritikus-kritikus dadakan yang tidak pernah mau membaca bahkan mentelaah sebuah kebijakan, para kritikus yang hanya mendengar dengan satu telinga tanpa mau membandingkan dengan telinga lainnya.
Terpujilah para kritikus yang ingin merubah dunia tidak hanya dengan mulutnya, tapi juga dengan otak, tangan dan juga kaki nya, menjadi objektif itu bukan sesuatu yang mudah tapi berada di tengah-tengahnya adalam sesuatu yang bukan mustahil.
Â
                                                                                                                                      Batusangkar, 27 Juli 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H