"Kan harus e matur nuwun. Tapi panggah matur suwun. Iku sebener sudah kesalahan umum. Tapi kalo kita arek jurusan wis dikandani lek matur suwun itu salah."
Berdasarkan kesalahan yang umum dilakukan tersebut, ia menjelaskan bahwa ketika belajar bahasa daerah Jawa di kursi pendidikannya, dosennya pernah memberitahukan terkait kesalahan tersebut. Ia juga sempat menjelaskan dengan cukup rinci sebagai berikut.
"Matur suwun artin kan mengucapkan meminta, sedangkan lek matur nuwun iku mengucapkan terima kasih. Nuwun iku artine terima kasih."
Ia juga menjelaskan definisi kata 'nuwun' dalam bahasa daerah Jawa yang tercantum pada Kamus Pepak Basa Jawa oleh Badan Pekerja Kongres Bahasa Jawa dengan editor bernama Sudaryanto dan Pranowo memiliki dua definisi. Definisi pertama berupa verba 'njaluk' dan kata tugas 1) 'mratlakak pakurmatan; 2) pangucap minangka atur sakwis diwenehi, ditulungi. Kemudian, ia menjelaskan lebih rinci lagi kurang lebih seperti ini.
"Dadi lek matur nuwun itu lebih tepak dikarenakan artinya itu memberi penghormatan, perkataan yang diucapkan setelah diberi sesuatu atau  pertolongan gitu."
Berdasarkan rincian penjelasannya tersebut, maka kita dapat belajar bahasa daerah Jawa lebih baik lagi baik dari segi pelafalan maupun ketepatan penggunaan kalimatnya.Â
Dari film Hati Suhita, kita tak hanya mendapatkan suguhan sinematik yang indah, alur cerita romansa dengan segala gejolak permasalahan, maupun latar tempat dengan berbagai bangunan bersejarah, tetapi juga belajar bahasa daerah Jawa.Â
Bagaimana bisa begitu? Ya, karena dalam film tersebut kita mampu mendengarkan dan mendapatkan cukup banyak kosakata bahasa daerah Jawa yang ternyata masih terdapat kesalahan penggunaan kalimatnya. Sungguh sangat menarik, bukan? Kita mampu mendapatkan dua bahkan lebih pengalaman dan tak sekadar hiburan tontonan dari film yang digarap oleh Archie Hakegery tersebut.