Masa muda sengsara
Tua diterkam habis semesta
Disia-siakan kedua orang tua
Dikawinkan diusia muda
Hidupnya digantungkan pada seorang lelaki gila wanita
Diam, mendekap luka
4 manusia terlahir dari rahim sucinya
1 mati, dirampas tumor ganas menyelubungi tubuhnya
Merenggut kebahagiaannya, merengut masa jayanya
Hidup dibelenggu salah seorang prajurit militer angkatan udara
3 tahun setelahnya, berjuang menghidupi buah hati
Seorang bayi dari putrinya yang telah mati
Nyawa, harta, dipertaruhkannya
Hutang terbendung dimana-mana
Ia pertaruhkan untuk buah hati dari putri kesayangannya
Kesana, kemari, rela dibenci
Tetangga, sanak saudara ikut serta merenggut jiwa
Berhati baja demi buah hati putri kesayangannya
"Terlalu kau manja" kata mereka
Tak dihiraukannya cemooh mulut tak berguna
Menjelang setengah tua, sang belahan jiwa kembali bermain wanita
Tak ada lelahnya, dikira puas sudah dimasa muda
Hati hancur, nyawa sasarannya
“Biarkan saya mati saja!” bentaknya
Sang buah hati diam tak berdaya, berharap tak jadi hilang nyawanya
Semalam tak jadi,
Malam yang hampir merenggut nyawa si nona
Meski begitu, ia menjalani hidup tak lagi bersuka cita
Memendam luka akibat perselingkuhan sang prajurit negara
Bediri ia di jalanan desa,
Berharap bus bagong datang menghampiri nya
Tas merah dilengan kanan, tangan kiri sang buah hati digandengnya,
Ia pergi meninggalkan rumah kejayaannya
Luka perselingkuhan tertutup waktu,
Namun begitu, tak akan sembuh dalam batinnya yang lusuh
62 sudah, tak lagi bisa berpura-pura perkasa melawan dunia
Bajingan itu mulai hidup dilehernya
Tiroid sialan setahun belakangan menggerogoti tubuhnya
Si tua meminta pertolongan jua
Harap-harap tuhan mendengar rintihannya
"Tolong sembuhkan aku" katanya,
"Tolong gus, bantu aku" ucap pada salah satu menantunya
"Bu, belum waktunya" bajingan itu menjawabnya
Entah si tua pun tak tau apa maksud cemoohnya
Sejak muda ia berdiri sendiri di kakinya
Melawan hidup yang tak pernah merasa bahagia
Lagi-lagi dunia tak berperilaku adil padanya
Sampai di hari terakhir detik-detik kematiannya
Tak seorang pun ada menemani disisinya
Terbaring sendiri, sakaratul maut dihadapannya
Malaikat menanti-nanti saat ini tiba
Berhenti sudah nyawanya
Tuhan membawanya pergi, si nona tua
Jumat, 06 Oktober 2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI