Mohon tunggu...
Sevilla Maharani
Sevilla Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa pariwisata yang suka membahas mengenai kepariwisataan terutama yang terjadi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

L'Union Pizza: Seni di Atas Adonan dan Saus

11 September 2024   16:56 Diperbarui: 11 September 2024   16:58 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Pada sore yang cerah di tengah-tengah antusiasme merayakan kemerdekaan Indonesia ke-79 Agustus 2024, muncul panggilan untuk petualangan kecil. Sebuah kegiatan yang jauh dari hiruk-pikuk akademik, namun begitu dekat dengan kehangatan manusiawi: membuat pizza. L'Union Pizza, tempat yang menjadi tujuan kala itu, hanya berjarak sekitar 500 meter dari kosku. Tempat ini akan menjadi lokasi dari sebuah program kerja himpunan mahasiswa pariwisata, divisi minat dan bakat, yang diberi nama "Nyeni Bareng." Kali ini, nyeni bareng tidak melibatkan kuas dan kanvas, melainkan adonan dan saus. Tentu tidak akan kulewatkan kesempatan ini, dan dalam waktu yang bersamaan pula temanku mengajakku untuk menjadi partnernya.

Hingga penghujung Agustus datang, April, sahabatku, tiba di depan kos dengan senyum lebar dengan pakaian serasi denganku, kemeja flanel kotak-kotak. Ia menjemputku dengan motornya yang berderu lembut, mengantarkan kami menuju tempat yang akan menjadi laboratorium rasa kami. Setibanya di L'Union Pizza, kami disambut oleh suasana yang asri. Meskipun tempatnya tidak terlalu besar, pepohonan yang rindang dan berbagai tumbuhan hijau yang tumbuh subur di sekitarnya memberikan kesan tenang dan damai. Udara sore itu tidak terlalu panas, menciptakan kombinasi sempurna antara suasana alam dan cita rasa yang akan segera kami ciptakan.

Di bawah kanopi pepohonan, sekitar sepuluh pasangan lainnya sudah berkumpul, siap untuk memulai petualangan. Kami memilih pizza pepperoni, pilihan klasik yang tak pernah gagal menggugah selera. Dengan harga 87.000 untuk dua orang, kami merasa ini adalah kesepakatan yang tidak mengecewakan.

Langkah pertama dimulai dengan adonan. Aku dan April berdiri di depan meja kayu yang sudah terbubuhi tepung. Pekerja di sana, dengan ramah, memberikan kami sepotong adonan. "Mulailah dengan membentuknya menjadi bulat," katanya, sembari memperlihatkan caranya dengan cekatan. Kami mengikuti, mencoba meniru gerakan tangannya yang lihai. Tangan kami, yang biasanya hanya menyentuh keyboard laptop atau menggenggam gelas kopi, kini terasa sedikit kikuk saat merasakan tekstur lembut dan elastis dari adonan. Pernah menyentuh kulit nenek atau kakek kalian yang sudah keriput namun terasa lembut? Mungkin sensasinya kurang lebih seperti itu. Memang sebuah perumpamaan yang tidak biasa, tapi aku mengatakannya dengan makna yang baik.

Setelah adonan berbentuk bulat sempurna, langkah selanjutnya adalah meratakan saus. Kulihat bagaimana saus itu tampak merah segar, tidak terlalu pekat merah namun terlihat menggugah. Di sinilah percakapan kecil namun penting terjadi. Aku bertanya pada pekerja itu, "Apakah ini saus khas L'Union?"

Ia tersenyum, bangga sembari menginstruksikan kami menuang tiga sendok saus ke atas adonan. "Benar, saus ini homemade, dibuat dengan resep khas L'Union. Kami menggunakan tomat segar yang dipilih langsung oleh para petugas sebelum toko dibuka."

Mendengar penjelasannya, aku merasa semakin penasaran dengan rasa pizza yang kami buat. Warnanya yang merah menyala seakan membawa nyawa ke dalam adonan yang semula hanya putih pucat. Kemudian kami beralih fokus menata mozzarella dan pepperoni di atasnya. Keju yang lembut dan daging yang gurih disusun dengan penuh cinta, menambah keindahan visual dari pizza yang akan segera kami nikmati. Beberapa kali teman kami juga mengambil foto maupun video, meski dengan belepotan tepung putih di apron maupun tangan, kami tetap tersenyum lebar selagi tombol kamera ditekan. Pengambilan video kami tanggapi dengan serius seakan kami adalah master pizza yang siap membuat sebuah mahakarya.

Setelah semua topping tersusun rapi, pekerja itu kembali, kali ini untuk membantu kami memanggang pizza. Kami menyaksikan dengan antusias saat pizza kami dimasukkan ke dalam tungku oven berbahan yang tampak seperti igloo yang tak jauh dari tempat kami berkreasi, aroma hangatnya segera memenuhi udara membawa gairah kami semakin tinggi untuk segera melihat produk akhirnya.

Menunggu pizza matang, kami mengambil tempat duduk di bawah pohon, di mana meja-meja kecil sudah disiapkan. Kami bercakap-cakap dengan pasangan lain yang ada di sana sembari sesekali bermain dart. Suara tawa, cerita ringan, dan harapan tentang pizza yang sedang dipanggang menyatu dengan suasana alam yang menenangkan. Hanya beberapa menit berlalu, namun terasa seperti waktu sengaja dihentikan,

Pizza keluar dari oven, namaku dipanggil, dan kami memberikan gigitan pertama, suasana hati kami semakin riang. Keju yang meleleh sempurna, saus yang kaya rasa, dan pepperoni yang gurih, semuanya berpadu dalam harmoni yang luar biasa. Setiap suapannya penuh dengan rasa, saus khas L'Union benar-benar memberikan sentuhan yang berbeda, melengkapi pepperoni dan mozzarella dengan harmoni yang sempurna. Bahkan ketika teman kami datang untuk bertanya mengenai rasa, kami hanya bisa diam memberikan ekspresi puas dan jempol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun