Mohon tunggu...
Seviana As Syaadah
Seviana As Syaadah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Seviana adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Malang yang gemar menulis dan memiliki minat di bidang jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Judul Berita Tolak Ukur Literasi Masyarakat

19 Mei 2022   10:16 Diperbarui: 19 Mei 2022   10:20 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara dari sumber pesan (Source) menuju penerima pesan (Receiver). Seiring berkembangnya teknologi, banyak media yang dapat dengan mudah diakses masyarakat. Media harus berperan sebagaimana fungsinya yaitu menjadi sumber informasi dan pengetahuan masyarakat. Media yang baik adalah media yang aktual, akurat, dan dapat dipercaya.

Semakin berkembangnya era digital membuat perusahaan-perusahaan media mengalami persaingan. Umumnya media akan berlomba-lomba menulis berita serta judul yang menarik. Banyak dari media saat ini hanya mementingkan views sehingga membuat headline yang tidak sesuai dengan isi berita. Clickbait seperti ini menimbulkan keresahan di masyarakat.

Seperti yang kita tahu, Indonesia sempat menempati 60 dari 61 negara dengan tingkat literasi terendah di dunia (UNESCO, 2016). Keadaan ini bahkan belum meningkat signifikan hingga saat ini. Hal ini tentu bukan hal baik terutama untuk penyampaian berita. Pasalnya, masyarakat akan terkecoh jika hanya membaca judul tanpa membaca isi berita sesungguhnya. Hal ini menyebabkan adanya kesimpangsiuran berita hingga perdebatan.

Kasus penulisan judul yang tidak sesuai dengan isi berita sudah sering terjadi. Terbaru ada sebuah artikel yang diunggah oleh KeuanganNews.id pada 7 Mei 2022. Artikel bertajuk "Puan Maharani: Daerah Jateng Terkenal Miskin dan Warganya Nyaris tak Pernah Mandi karena Kesulitan Air" tersebut langsung menimbulkan keributan ketika dirilis. Warga Jawa Tengah berbondong-bondong menanyakan kejelasan dari ungkapan tersebut. Banyak netizen yang bingung daerah mana yang dimaksud kekurangan air sampai jarang mandi. Warganet juga bertanya-tanya kenapa Puan Maharani mengatakan hal tersebut. Padahal, Jawa Tengah merupakan daerah dengan jumlah suara terbanyak untuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang merupakan partai yang mengusung dirinya.

Setelah ditelisik lebih jauh, rupanya ketua DPR RI itu hanya sedang meresmikan fasilitas air bersih di Paranggupito, Wonogiri, Jawa Tengah. Puan Maharani tidak menyangka ada daerah di Wonogiri yang belum mendapat akses air bersih selama bertahun-tahun. Tidak ada ungkapan seperti yang disebutkan dalam judul artikel. Padahal, sudah banyak masyarakat yang terlanjur marah hanya dengan membaca tajuk artikel tersebut.

Kasus serupa juga terjadi pada artikel terbitan Kumparan. Artikel berjudul "NASA Mau Kirim Foto Manusia Telanjang ke Luar Angkasa Buat Pikat Alien" itu langsung diserbu warganet. Banyak yang tidak paham dengan judul berita tersebut. Tak sedikit pula yang mulai berkomentar dengan konotasi negatif. Padahal faktanya, foto telanjang manusia yang dimaksud hanya gambar pixelated atau dalam bentuk pengkodean biner.

Hal ini membuktikan bahwa judul berita bisa menjadi sumber kebingungan dalam masyarakat. Ketidaktahuan masyarakat akan masalah sesungguhnya bisa jadi menimbulkan keributan. Media harusnya dapat memahami hal ini dan memilih mementingkan publik daripada keuntungan sendiri. Karena pada dasarnya fungsi media adalah menyalurkan informasi kepada masyarakat. Tidak hanya itu, media juga dianggap sebagai pengubah pola pikir masyarakat. Maksudnya bisa saja sebuah tajuk berita menjadi penggiring opini publik dari yang tadinya biasa saja menjadi tidak suka, atau sebaliknya.

Dari banyaknya kasus yang terjadi, media perlu introspeksi diri untuk tidak hanya mementingkan jumlah views. Bahkan umumnya minimnya tingkat literasi di Indonesia dijadikan kesempatan untuk menulis judul kurang sesuai. Tujuannya adalah menghasilkan profit dari kunjungan ke laman media tertentu. Media seharus paham bahwa penulisan judul-judul kontroversial justru bisa menjadi alat pemecah persatuan.

Judul yang kontroversial memang bagus untuk menarik minat masyarakat. Namun, media perlu menyadari bahwa penulisan tajuk yang tidak sesuai bisa menurunkan citra dari media tersebut. Masyarakat bisa saja berpikir suatu media tidak lagi bisa dipercaya karena judul yang dianggap menipu. Media harus memutar otak untuk mendapatkan judul terbaik tanpa perlu bertentangan dengan isi berita.

Tentunya bukan hanya media yang perlu memperbaiki cara penyampaian berita. Masyarakat pun harus membiasakan diri membaca keseluruhan isi berita sebelum mengomentari sesuatu. Hal yang bisa dilakukan agar tidak menelan informasi bulat-bulat dari sebaris judul adalah dengan berusaha mencari kebenaran. Masyarakat bisa mengolah informasi yang didapat dengan mencari sumber berita lain yang dianggap lebih tepat. Memastikan kebenaran berita ini sangat perlu dilakukan agar tidak menjadi penyebab perilaku yang salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun