Pengembaraku kini berkelana dengan kapalnya
Biri-biri tak lagi jadi pengikut di buntutnyaÂ
Nahkoda pun jadi kedudukan tak bermahkota
Bertarung melawan bena
Menyeberangi tiap daratan bentala di ujung samudra
Menyusur dengan terombang-ambing,Â
terbengkalai dimakan bayu bahar
Ia rapuh, terkadang
Layu sebab api diantara luasnya bayu dunia
Gelap pekat, tanpa rembulan
Hanya menggenggam kusuma yang harap kanberi rembulan
Dingin menggigil
Menghujam bagai hujan yang di rindu Juni
Ia pun bersandar pada kawan yang ia bawa-aku bahkan semesta berharap itu tak hanya sesaat namun hingga penjelajahannya tuntas usia-
Ia takluk pada kusumanya
Dan ia juga menakluk pada kembaranya
Semoga sukses, Kapten-sebut saja begitu, bukankah itu diksi yang tepat untuk sepertinya-
Selamat pada hari keberangkatanmu,Â
sejarah muda dalam pengarunganmu
Lanjutkan pengarunganmu,Â
akan kutemani hingga tuntas usaiku
-adsv.15/Sep/2019
In living memory
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H