Barangkali banyak yang bertanya-tanya seperti saya terkait riwayat hasil pertandingan para atlet kita di beberapa pertandingan ini. Mengapa performa atlet kita tampaknya jalan di tempat?
Bahasan utama tulisan saya ini lebih pada cabang olahraga sepak bola. Rasanya sudah tidak heran lagi bila kita mendapati lawan mengungguli tim sepak bola kita. Bahkan performa permainan lawan tampak memukau.
Mari kita lihat sedikit riwayat hasil pertandingan (dalam peringkat) Indonesia vs Thailand di SEA Games dari tahun ke tahun, dalam hal ini adalah cabang olahraga sepak bola.Â
Pada tahun 2009, Indonesia berada di peringkat 3, Thailand peringkat 1. Tahun 2011, Indonesia peringkat 1, Thailand peringkat 2. Pada tahun 2013, Indonesia tidak mendapat peringkat, Thailand peringkat 1. Pada tahun 2015, Indonesia dan Thailand mendapati hasil yang sama dengan tahun 2013. Pada tahun 2017, Indonesia peringkat 5, Thailand peringkat 2.
Dari data riwayat hasil pertandingan Indonesia vs Thailand dari tahun ke tahun tersebut, bisa kita lihat bahwa Thailand cukup mampu menjaga, bahkan meningkatkan performa para atlet sepak bolanya. Lain halnya dengan performa atlet sepak bola dalam negeri yang sempat unggul, namun mengalami kemerosotan.
Barangkali ada perbedaan treatment dan pembinaan terhadap para atlet Indonesia dengan Thailand, serta adanya prioritas dalam cabang olahraga di dalam negeri. Mungkin saja di Indonesia prioritas utama adalah cabang olahraga bulu tangkis, sedangkan Thailand lebih memprioritaskan cabang olahraga sepak bola. Sehingga wajar kita melihat bulu tangkis dirajai oleh para atlet dalam negeri, sedangkan dalam cabang olahraga sepak bola kita tidak heran bila mendapati kekalahan.
Bila dibilang atlet dalam negeri kekurangan event, tidak juga demikian. Ada banyak event yang tersedia dan diikuti oleh atlet dalam negeri. Barangkali ada target yang keliru dalam memandang event yang diikuti. Mungkin bukan penguatan dan peningkatan performa yang menjadi fokus dari partisipasi di event tersebut. Seperti try out, bukan untuk memenangkan uji tersebut, tapi mengukur kapasitas dan kompetisi diri. Juga melihat performa para atlet. Untuk apa menjadi juara dalam try out, sedangkan di UN malah tidak demikian?
Cenderung mendapati hasil yang memuaskan dalam uji coba membuat kita merasa puas diri, sehingga persiapan untuk menang di ujian sesungguhnya tidak diprioritaskan.
Namun, terlalu sering mengikuti kompetisi/event sebenarnya juga tidak baik. Para atlet cenderung mengalami kejenuhan mengikuti pertandingan. Sehingga performa baik banyak terbuang dalam pertandingan uji coba, dan saat pertandingan yang sesungguhnya performa tersebut sudah surut.
Pembinaan dan memberi pemahaman pada para atlet mungkin juga mengalami kekeliruan. Target dari adanya uji coba mungkin bagusnya adalah dengan membuat target capaian, bukan serba menang. Bila menang, tapi performa turun tidak disadari, maka akan menjadi jebakan bagi para atlet.