Semenjak virus covid-19 menyebar ke berbagai negara, banyak negara gencar berlomba-lomba dalam membuat vaksin untuk meng-counter covid-19. Baru-baru ini telah beredar kabar mulai disebarkannya vaksin sinovac dari China.Â
Sebanyak 1,2 juta vaksin sinovac tiba di Indonesia dari China. Hal ini tentu menjadi pembuka pintu harapan bagi kita semua untuk dapat kembali menjalankan kehidupan yang normal seperti sebelum pandemi.Â
Namun, kedatangan vaksin tersebut tidak semata membuatnya dapat langsung didistribusikan ke masyarakat. Vaksin tersebut akan menghadapi pengujian keamanan klinis terlebih dahulu oleh BPOM selaku badan pengawas berwenang di Indonesia. Setelah vaksin tersebut lolos uji BPOM, barulah vaksin tersebut dapat didistribusikan ke masyarakat.Â
Tak hanya BPOM yang terlibat dalam pengujian vaksin sinovac, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga akan terlibat. MUI akan melakukan pengujian untuk melihat apakah vaksin tersebut memenuhi syarat secara agama Islam, sehingga nantinya akan dikeluarkan fatwa terhadap vaksin tersebut, lolos atau tidak secara agama Islam.Â
Keterlibatan MUI dalam pengujian ini merupakan hal penting mengingat Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.Â
Bila lolos BPOM maka vaksin tersebut aman secara klinis, secara dunia umum di dunia medis. Sedangkan bila lolos uji dari MUI berarti vaksin tersebut aman untuk dipergunakan oleh umat Islam. Bila lolos uji BPOM dan MUI maka distribusi vaksin sinovac akan bisa berlangsung tanpa kendala.Â
Persoalan yang akan membenak di pikiran kita setelahnya bila vaksin ini telah lolos uji dari BPOM dan MUI adalah mengenai harga jualnya. Apakah vaksin ini nantinya akan dapat diterima oleh masyarakat secara gratis ataukah berbayar?Â
Tentunya menjadi kekhawatiran juga bila vaksin sinovac ini nantinya dijadikan sebagai salah satu tunggangan politik, mengingat Indonesia pun tengah memasuki pesta politik.
Kekhawatiran lainnya adalah akan adanya sejumlah oknum nakal yang memanfaatkan keadaan ini untuk korupsi pada proses produksi dan distribusinya nanti. Mengingat pelaku korupsi selalu pandai melihat celah-celah kecil.Â
Disamping mengenai akankah vaksin tersebut gratis atau berbayar, serta akankah menjadi tunggangan politik dan celah untuk korupsi, barangkali ada yang mengkhawatirkan persoalan keampuhannya.Â
Tentu bila soal keamanan secara klinis, bila telah lolos uji dari BPOM, masyarakat tidak perlu hawatir. Mengingat bahwa BPOM termasuk badan yang sangat cerewet dalam memberikan izin penggunaan label.Â
Namun, bagaimana dengan keampuhannya? Tentu keampuhannya tidak bisa kita banyak berharap, karena vaksin sinovac masih terbilah produk perdana. Seperti vaksin-vaksin lainnya, vaksin sinovac akan terus berada dalam penelitian, sampai nanti tercipta jenis vaksin baru yang lebih efektif dari generasi sebelumnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H