Sayup-sayup ku dengar suara biola itu masuk sesela jendela,Â
Memaparkan kesedihan,
Hanyut bersama detak jam dinding,
Telah siap pikiranku menari-nari dalam sengsara,Â
Sial! Kepalaku pun terikut gatal bukan main,
Tak pernah ada yang menggodaku segampang ini,
Nyamuk-nyamuk berdesis disamping telinga,
Padahal aku telah setia pada hening,
Mataku sudah sangat lengket,
Tak rela melewatkan kesenyapan malam,
Haruskah ku salahkan biola itu?
Apa rasa kantukku?
*Efek Menunggu Pertandingan Owi-Butet Barusan*
Buat puisi ternyata tak bisa dipaksa-paksa dia datang dengan sendirinya...