Mohon tunggu...
Senorita Andria Septy
Senorita Andria Septy Mohon Tunggu... -

Sanguine-melancholia, Mujer la soñadora (Wanita Pemimpi), Penikmat serta Pengagum Espanola dan Amerika Latin. Kunjungi juga blog saya di : www.seventhautumn.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia yang Selalu Merasa Paling Benar

3 Juni 2016   19:59 Diperbarui: 3 Juni 2016   20:12 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia yang mengaku tak pernah salah ini, cukup menarik untuk di ulik. Mereka persis kayak bisul di pantat! #maap.

Akupun bertanya kenapa bisa begini-begitu kepada seorang sahabat. DIa hanya bilang singkat, mungkin ini terkait dengan masa lalunya. . .dahulu.

"Maksudnya...?!" kataku.

"Ya bisa jadi hasil didikan orang tua, juga hasil lingkungan sekitar,"

Akupun bisanya hanya garuk-garuk kepala. Rupanya masa lalu seperti apa kita dahulu begitu penting. Sehingga apapun bentuk kita sekarang merupakan proses/kejadian ketika kecil. Contohnya, seseorang yang punya ketakutan berlebihan dengan seekor kucing, mungkin dahulu kala pernah dicakar kucing sampai berdarah-darah dan membuatnya trauma. Dan trauma tersebut terbawa-bawa sampai dewasa. Kejadian-kejadian buruk dan tak mengenakkan begitu sangat membekas sehingga sangat mempengaruhi perilaku dan karakter kita.

 Lalu otakku mulai usil. Sekiranya apa yang membuat perilaku manusia-yang-tak-pernah-salah-ini menjadi demikian? Aku menjadi penasaran. Apa dulu kala dia pernah diperlakukan serupa sehingga ia pun melakukan hal yang sama di masa yang akan datang?! Atau jangan-jangan dia tak pernah puas dengan dirinya sendiri? Akhirnya aku hanya bisa terheran pada perilaku orang dewasa yang semacam ini. 

Aku menduga-duga (Bukan berarti buruk sangka)

Penderitaan bisa menjadikan seseorang tersesat, meskipun berada di jalan lurus. Lho kok bisa?!

Mereka beranggapan patut menjadi contoh. Lalu apapun yang dilakukan orang lain tak pernah sesuai dengan pandangan mereka. Dan seratus persen mereka adalah sosok pemimpin yang bijak. Dan tak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Mereka telah menciptakan ide-ide brilian yang patut diperhitungkan, direspon dan didengar. Jikalau tidak, mereka akan mulai menjalankan aksinya, yaitu melalui perdebatan-perdebatan sengit yang tak berkualitas.

 Bernuansa egoisme serta bertabur kesombongan. Nge-judgeorang pun hal lumrah. Membusungkan dada dan mengangkat dagu tinggi-tinggi tabiatnya nan menggemaskan. Kayaknya peribahasa yang dulu ada disampul buku "TONG KOSONG NYARING BUNYINYA" Cocok sekali untuk kasus ini. 

foto saya ambil di sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun