Padahal bila diamati, kondisi di kampung sangat mengkhawatirkan. Jauh dari kata makmur, damai dan sejahtera dalam arti seluas-luasnya terlepas dari kemelaratan.
Masyarakat semakin hari semakin tak berdaya hidupnya. Berbagai masalah kekurangan konsumsi karena persediaan dan pembagian yang kurang teratur, distribusi bantuan yang tidak berjalan sebagaimana fungsinya, upah pekerja yang semakin rendah nilai pendapatannya, serta pertanian yang selama ini tidak berujung mendapat bantuan.
Semuanya itu adalah masalah yang pemecahannya mengatasi kesanggupan dari sumbangan pendapat dan petunjuk arah dari kaum intelegensia.
Bertahun-tahun masyarakat kampung digoda oleh berbagai macam penyakit, kesehatan masyarakat yang jauh dari kata terpelihara akibat besarnya biaya pengobatan. Jauh dari pelosok ibu kota negara, kadang masih banyak dijumpai ketiadaan klinik di perkampungan.
Para lulusan sarjana kedokteran yang lebih senang hidup di kota ketimbang desa, apakah keadaan seperti ini sesuai dengan rasa tanggungjawab pemuda dokter yang dalam uratnya mengalir darah patriot?
Di bidang lain, para kaum intelegensia yang dihadapkan dengan peristiwa menyolok mata itu, rasa tanggung jawab terhadap bangsanya sendiri dirasa kurang sekali adanya.
Semua itu tentu ada penyebabnya. Hal yang harus diselesaikan, penyelesaiannya tidak serta merta harus tunduk dan pasrah kepada para pemangku kebijakan untuk mendidik para teknokrat, ekonom, dokter tetapi juga pada perasaan tanggungjawab moral kaum intelegensia untuk terjun melenyapkan permasalahan yang berangsur-angsur timbul.
Gejala-gejala yang meracuni jiwa pemuda dan pelajar, yang biasa disebut dengan proses demoralisasi, tidak boleh lenyap dalam pandangan visioner kaum intelegensia. Gejala ini mengancam keberlanjutan peradaban, arus globalisasi yang tanpa batas, sedikit banyak mempengaruhi pola pikir dan adab sopan santun yang berlangsung.
Di hari-hari yang akan datang, hal yang tidak disadari ini akan mempengaruhi perilaku manusia sekarang. Mereka yang dikatakan sebagai bibit di masa depan, harus dicarikan cara untuk memperbaiki yang rusak sebagai jaminan pertumbuhan masyarakat nantinya.
Kewajiban manusia sekaranglah, untuk menyerahkan tanah pusaka bangsa ini kepada generasi yang akan datang dalam keadaan yang lebih baik dari yang diterimanya sebagai peninggalan generasi yang lalu.
Oleh karena itu, berdiam dirinya melihat kesalahan dan keruntuhan masyarakat berarti telag menghianati dasar kemanusiaan, yang seharusnya menjadi pedoman hidup bagi kaum intelegensia.