Para kaum terpelajar yang sudah tamat studinya dalam tahun yang sudah dan sekarang akan kembali ke lingkup asalnya (masyarakat), sedikit banyak memiliki cerita dan kenangan indah terhadap upaya dan perjuangan selama di bangku kuliah.
Dunia yang penuh kebesaran dan keagungan, tinggalah gelagatnya sendiri perlahan mulai menghilang, kembali ke dalam dunia penghidupan sehari-hari dengan pandangan yang jauh berbeda dengan sebelumnya.Â
Alam persiapan selama mengemban gelar "mahasiswa" ditinggalkan, alam bertugas mulai dimasuki. Diantara hal indah selama 5 tahun berakademisi, seakan lenyap didalam jiwa untuk selama-lamanya.
Wadah latihan bertanggungjawab yang dialami dengan bersusah payah. Asam, manis, pahitnya berjuang, memang dengan bersusah payah hidup akan menjadi lebih indah.
Tibalah saatnya, latihan bertanggungjawab sudah berlalu. Kini saatnya melaksanakan tanggungjawab itu kepada masyarakat di kehidupan nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, kenangkanlah apa-apa yang pernah terjadi.
Dimana gelar yang diraih, ialah mencitrakan bentuk pengharapan bangsa kepada puteranya yang telah sarjana. Kepadanya diharapkan, sepanjang nafas berhembus, kedepan akan menjadi pemimpin di dalam lingkup masyarakat yang butuh pengayoman akan sosok yang berpengetahuan.
Sosok itu adalah pemimpin yang syarat akan moralitas dan intelektualitas.
Dalam memulai tanggungjawabnya, menghadapi kehidupan kondisi kampung, berbagai jenis usaha dalam perjuangan hidup telah dilakukan guna mencapai penghidupan yang lebih sejahtera dengan dikerjakan bersama-sama.
Masyarakat yang terbagi kedalam berbagai macam kelompok besar dan kecil, selama ini berusaha dalam pembagian pekerjaan yang semuanya itu perlu akan pimpinan.
Jika tidak ada sosok resi atau pujangga, pimpinan akan diserahkan pada mereka yang saat ini berkuasa dengan cara yang biasa saja. Dalam hal ini, seorang pimpinan mesti ada !
Dalam masyarakat kampung yang terkesan sinisme menuju pragamatisme, tenaga ahli untuk memimpin suatu generasi dirasa kurang sekali.