Dulu begitu kau puja kecantikan bunga bungaku
Dulu begitu kau kagumi warna indah hijauku
dan dulu kau tak pernah lepas dari nafas hidupku
Tapi, lihatlah kini
kau sakiti tubuhku
dengan benda-benda tajam dan tangan kekarmu
Â
Andai aku bisa mengadukan tindakan aniayamu wahai manusia
tapi pohon sepertiku tak punya tempat mengadu selain Tuhan
Kau hanya menjawab tertawa rintihanku
Hahahaha...aku kini sudah menemukan pengganti dirimu
Karna dia lebih kaya darimu
hatiku sangat sakit mendengar pengakuan khianatmu itu
Aku kenal dia si sawit yang rakus itu
Akibat kerakusannya akan air, membuat alam dan manusia mengalami kekeringan
Â
Oh betapa teganya dirimu
Demi pundi rupiah, dollar dan ringgit
Kau campakkan aku yang telah setia mendampingimu
Kau semakin marah hingga membakar diriku
Arghhhhh! tolong hentikan tindakan brutalmu itu
Tapi kau tak menggubrisku hingga terus melakukan aksimu
Di tengah rintihanku, aku hanya bisa berdoa agar kau mendapatlan ganjaran dari kekejamanmu padaku
Â
Tuhan mendengar doaku
akhirnya kau mati tercekik asap karena ulahmu sendiri.
Â
Untuk direnungkan bersama-sama bahwa pohon juga makhluk hidup yang telah memberikan banyak manfaat bagi kita
Â
Bogor 20 sep 2015
 Hidup Laskar Pena Hijauku
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H