Fenomena ini memicu krisis makna dalam kehidupan manusia. Ketika validasi dan kebahagiaan bergantung pada jumlah pengikut atau interaksi di media sosial, manusia kehilangan hubungan dengan nilai-nilai mendalam yang seharusnya menjadi fondasi kehidupan mereka.
Krisis ini memunculkan beberapa masalah:
Kecemasan dan Depresi -- Ketergantungan pada pengakuan digital menyebabkan banyak orang merasa tidak cukup baik ketika tidak mendapat perhatian yang diharapkan.
Kehilangan Identitas -- Orang lebih fokus pada bagaimana mereka dipersepsikan oleh orang lain daripada mengenali diri mereka yang sebenarnya.
Kehilangan Nilai-Nilai Moral -- Banyak orang yang rela mengorbankan prinsip moral demi popularitas, bahkan jika itu berarti menyebarkan konten negatif atau menyesatkan.
Mengembalikan Spiritualitas dan Makna
Untuk mengatasi dampak negatif dari "Agama Social Media,"Â penting bagi individu untuk merefleksikan kembali apa yang benar-benar memberikan makna dalam hidup mereka. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
Digital Detox -- Mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial dan memberikan ruang untuk refleksi diri.
Membangun Koneksi Nyata -- Fokus pada hubungan yang autentik di dunia nyata daripada interaksi digital yang superfisial.
Memperkuat Nilai-Nilai Spiritual -- Mengembalikan nilai-nilai spiritual yang mengajarkan keikhlasan, rasa syukur, dan hubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.
Menemukan Makna di Luar Validasi Digital -- Mengembangkan hobi, belajar hal baru, dan terlibat dalam kegiatan yang memberikan kepuasan intrinsik tanpa perlu pengakuan eksternal.