Hari ini 20 Oktober 2014 Jokowi Resmi dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke 7. Keberhasilan Jokowi ini tidak lepas dari keseriusannya dalam bekerja untuk masyarakat. Sebelumnya Jokowi dianggap berhasil membangun Kota Surakarta dalam dan Propinsi Jakarta oleh berbagai kalangan. Karena keseriusannya dalam bekerja tersebut sudah menumbuhkan harapan baru bagi masyarakat untuk memiliki pemimpin yang serius bekerja untuk masyarakatnya.
Peristiwa hari ini mengingatkan saya akan sebuah acara yang diselenggarakan oleh PATTIRO Surakarta pada suatu sore sekitar bulan Mei 2005. Pada saat itu, Jokowi baru saja terpilih menjadi Walikota Solo. Jokowi hadir bersama istrinya dalam sebuah pertemuan yang digelar oleh PATTIRO Surakarta bersama kelompok masyarakat mitranya. Acara tersebut diadakan secara sederhana, lesehan, dan dengan sajian teh dan gorengan. Acara tersebut sengaja diadakan untuk mendekatkan masyarakat dengan calon kepala daerahnya. Karena waktu itu Jokowi belum dilantik menjadi Walikota Surakarta (Solo). Masyarakat yang hadir sore itu merupakan perwakilan dari berbagai elemen masyarakat Mitra Kerja PATTIRO Surakarta. Perwakilan Paguyuban Pengemudi Becak, Perwakilan Paguyuban Pedagang Kaki Lima, Perwakilan kader Posyandu, Perwakilan tokoh masyarakat, perwakilan tokoh agama, perwakilan pemuda, dan masyarakat sekitar sekretariat PATTIRO Surakarta.
Pada pertemuan tersebut, Jokowi bersama istrinya tidak banyak berbicara. Setelah berkenalan dengan peserta pertemuan, Jokowi mengungkapkan tentang banyak ketidak-tahuannya tentang masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat Kota Surakarta waktu itu. Dalam acara tersebut, Jokowi justru ingin mendengar dan menggali banyak masukan dari masyarakat. Termasuk dari kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi mitra kegiatan PATTIRO Surakarta pada waktu itu.
Cukup banyak masukan yang disampaikan oleh masyarakat yang hadir dalam pertemuan sore itu. Salah satunya adalah masukan dari beberapa perwakilan pengemudi becak di Kota Surakarta. Perwakilan paguyuban pengemudi becak yang hadir sore itu tergabung dalam Forum Komunikasi Keluarga Becak (FKKB) banyak menyampaikan masukannya berkaitan dengan penataan parkir becak di area-area publik, pelibatan komunitas becak dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan lalu lintas, pelibatan paguyuban becak dalam penataan komunitas becak di Kota Surakarta, pelibatan komunitas becak dalam perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah, dan beberapa masukan lainnya.
Masyarakat yang hadir pada sore itu hampir semuanya memberikan masukannya sesuai dengan fokus bidang masing-masing. Baik pendidikan, kesehatan, lingkungan, kerukunan umat beragama, maupun pemberdayaan ekonomi masyarakat. Masukan dari masyarakat yang hadir sore itu didengar dan dicatat dengan cermat oleh Jokowi dan Istrinya.
Sesekali Jokowi melontarkan pertanyaan untuk mendapatkan penjelasan yang lebih jauh kepada masyarakat yang hadir pada sore itu. Jokowi menyampaikan kalau silaturahmi kepada masyarakat seperti acara yang dia hadiri sore itu akan dilakukannya terus menerus selama dia menjabat Walikota. Selain untuk menggali permasalahan yang dihadapi masyarakat dan upaya solusinya, juga karena dia menyadari ketidaktahuannya terhadap masalah yang dihadapi masyarakat saat itu. Menurutnya cara tersebut merupakan cara yang paling bisa dia lakukan, saat itu.
Ternyata apa yang dia dia sampaikan tersebut, dikemudian hari memang dia lakukan. Baik dengan cara menghadiri undangan-undangan pertemuan yang diadakan warga masyarakat Kota Surakarta, maupun dengan cara yang lain. Seperti cara mider projo di Kota Surakarta, atau cara blusukan di Propinsi DKI.
Ketidaktahuan yang dibarengi dengan kerendahan hati untuk mendapatkan masukan dari masyarakat ternyata menjadi senjata yang sangat ampuh bagi Jokowi di kemudian hari. Konsep memperlakukan masyarakatnya sebagai manusia yang ingin didengar, dilihat, disapa, diajak berbicara, dikunjungi, dan lain-lainnya, senantiasa dia lakukan.
Ingatan akan kejadian di sore itu memberikan pelajaran sangat berharga bagi saya dari Jokowi. Meskipun tidak banyak bicara waktu itu, namun kejujuran akan ketidaktahuan terhadap masalah yang sedang dihadapi masyarakat, dibarengi dengan kerendahan hati untuk mendapatkan masukan dari masyarakat untuk menyelesaikannya menjadi pelajaran yang patut diamalkan.
Namun, Jokowi juga bukan malaikat yang tidak memiliki kesalahan dan kekurangan. Selama menjabat sebagai walikota dan gubernur, dia juga memiliki kekurangan dan kelemahan. Dan dalam kerangka “tawasau” atau saling mengingatkan, maka tulisan-tulisan saya yang lain akan mencoba melihat Jokowi dalam berbagai sudut pandang. Saya berharap tulisan-tulisan saya nantinya tidak dipandang sebagai upaya menjatuhkan, namun sebagai upaya sama-sama memperbaiki dan berusaha untuk tidak menjadi manusia yang merugi.
Mengakhiri tulisan pertama tentang Jokowi ini saya menyampaikan kepada beliau, “Selamat Menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019 dan Selamat Menjalankan Amanah Rakyat Indonesia selama 5 tahun mendatang.” Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H