Terminologi miras, merujuk akronim dari minuman keras. Kenapa bisa keras, apakah terbuat dari air keras atau batu yang keras? Nyatanya bukan itu kan maksudnya.Â
Yang keras adalah efeknya, karena mengandung alkohol yang jika diminum berlebihan bisa membuat mabuk, ketika mabuk kita bisa melakukan perbuatan apapun diluar kontrol otak kita. Bagi saya, haram minum minuman beralkohol. Namun di tulisan saya ini saya tidak mau meributkan pasal haram atau halalnya. Saya mau menelisik tingkat faedah atau un-faedahnya.Â
Kata-kata alkohol sudah sangat familier di masa pandemi Covid-19 belakangan ini, dia salah satu bahan hand-sanitizer yang di oleskan ke tangan sebagai pengganti cuci tangan pakai sabun. Bahan kimia dalam alkohol adalah Etanol.Â
Sedangkan untuk tubuh, apakah ada manfaatnya? Hal ini kontroversial. Di satu sisi alkohol dalam kadar kecil (katanya) bermanfaat, namun kecanduan terhadapnya membuat banyak penyakit mengintai.Â
Jika saya telusuri sumber jejak referensi nya adalah beberapa website medis seperti MayoClinic, WebMD dan LiveStrong. Ya beberapa orang yang membacanya akan tersugesti untuk mendapatkan efek baiknya. Kabar baiknya dia juga menyebutkan efek negatif jika mengkonsumsi berlebihan.
Perlu kita ingat, meminum alkohol atau miras di kalangan kita lebih banyak sebagai teman bergaul (seperti kopi) dan biasanya sering mengiringi acara-acara pesta yang penuh kegembiraan.Â
Artinya kadar yang mereka minum tidak akan terpikirkan atau terukur. Dan ada kecenderungan meminum secara berlebihan hingga mabuk. Hal ini sangat merugikan kesehatan tubuh.Â
Efek dosis kecilnya bisa berubah menjadi bencana. Meminum racun dalam dosis sedikit, secara berulang-ulang dan bahkan rutin, akan membuat racun itu menumpuk dalam tubuh kita.Â
Memang sih, beberapa kalangan ilmiah mengatakan dalam dosis kecil alkohol bermanfaat bagi tubuh. Namun namanya juga minuman yang bikin candu atau ketagihan gak mungkin cuman diminum seteguk dua teguk, bisa lebih bahkan ada yang sampai bergelas-gelas.Â
Efek berlebihan nya bisa membuat seseorang kehilangan kontrol atas dirinya, alias mabuk, berujung pada tindakan kriminal contohnya pemerkosaan dan kekerasan, serta nyetir mobil gak karuan bisa menyebabkan kecelakaan, belum lagi bisa pingsan karena keracunan akut.Â
Di Dunia Barat, minum minuman ber-alkohol adalah menjadi bagian dari budaya. Yang pada awalnya tujuannya untuk menghangatkan badan di kala musim dingin. Bahkan wine atau anggur yang disimpan hingga usianya puluhan hingga bahkan ratusan tahun, harganya fantastis.Â
Ini bagai pisau bermata dua, apakah kepentingan melestarikan kearifan lokal, dan menghidupkan bisnis tersebut jauh lebih berharga daripada mencegah efek merugikan miras/ alkohol bagi masyarakat?Â
Kita bisa ambil analogi, jika sebuah pabrik besi memproduksi golok untuk berburu/ membersihkan lahan, tapi ternyata beberapa orang memesan golok untuk  tindakan kriminal. Yang salah pabriknya atau pembeli golok atau orang yang memodali pabrik golok?Â
Meskipun di golok itu tertulis, jangan dipakai untuk kriminal ya, pakai untuk berkebun. (Hehehe)
Referensi:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI