Mohon tunggu...
Setyo Ari Cahyono
Setyo Ari Cahyono Mohon Tunggu... Dokter - A man who love Literatures that trapped inside doctor's body.

Penggemar sains dan sastra klasik, pemerhati politik, pemerhati semesta alam, dan penulis curahan hati.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kematian Itu Sakral, Tidak Mengerikan

21 Februari 2021   21:54 Diperbarui: 21 Februari 2021   21:59 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahir, hidup, menua dan mati adalah siklus tak terbantahkan yang dialami semua makhluk termasuk manusia. Mati adalah rahasia Ilahi yang tak tahu kapan akan tiba, namun dengan kemajuan teknologi kedokteran masa kini kita bisa memperpanjang usia harapan hidup itu, setidak nya untuk
menunda nya beberapa saat.

Namun apakah kamu tahu bagaimana sejarah (cara menghadapi) kematian yang ini dialami ribuan bahkan mungkin jutaan manusia sebelum masa kita. Bagi sebagian masyarakat kondisi sekarat adalah sakral bukanlah mengerikan seperti sekarang. 

Cara manusia menyingkapi kematian telah berubah secara dramatis selama beratus-ratus tahun.

Pada Zaman Pertengahan, kematian adalah urusan publik. Berkelompok orang berkumpul di ranjang menyaksikan seseorang menghadapi kematian. Tidak hanya itu saat orang ini sekarat dengan terbuka mewariskan semua harta bendanya kepada ahli warisnya, tetapi itu juga merupakan kesempatan untuk menyelesaikan perselisihan keluarga yang sebelumnya terjadi.

Menjelang masa modern, keadaan kematian seseorang menjadi jauh lebih terkontrol. Orang yang sekarat tidak lagi menjadi pusat perhatian. Fokusnya saat itu beralih pada kesedihan orang-orang terkasih yang ditinggalkannya.

History.com
History.com

Di era Victoria, kematian menjadi bagian dari kehidupan (pribadi) keluarga dan rumah. Kematian terjadi di kamar tidur keluarga, lalu jenazahnya diletakkan di ruang keluarga; namun tidak semua kerabat atau teman hadir, hanya anggota keluarga dekat yang ada di sana untuk menyaksikan kematian orang tersebut. 

Pada abad ke-20 kematian hampir seluruhnya dikeluarkan dari konteks rumah dan dialihkan ke fasilitas medis. Perubahan ini terjadi paling dramatis setelah Perang Dunia II. Ketika kematian pindah dari rumah (keluarga) dan keluar dari siklus alami kehidupan keluarga, makna kematian menjadi sama sekali baru. Itu menjadi acara medis, dan ditakuti oleh semua orang. 

Earth.com
Earth.com

Lahir dan Mati 

'Tubuh' kita mengetahui bagaimana akan mati dengan cara yang sama bagaimana kita akan dilahirkan. Kita kembali ke (dunia) roh secara alami. 9 dari 10 kasus kematian, bidang energi bercahaya (Luminious Energy Field) kembali ke dunia roh dengan mudah.

Di jaman modern ini , 9 dari 10 kelahiran terjadi tanpa komplikasi. Karena kelahiran alami secara umum direncanakan dan dilakukan di rumah sakit atau klinik ditolong paramedis — sebagai upaya persiapan jika timbul komplikasi. 

Di jaman dahulu, ibu memiliki ketrampilan serta bisa melahirkan bayinya sendiri, meskipun dibayangi resiko tinggi terjadinya perdarahan atau bayi yang tidak selamat. 


Quilette.com
Quilette.com

Dilansir dari dyingconsciously.org, selama sekarat, hanya 5-10% orang tidak melakukan perjalanan ke Roh secara alami dan menjadi Earth-bound (terikat di Bumi). Artinya, hanya sebagian dari mereka di akhir masa hidupnya menyadari dia akan mati dan menyiapkan diri dalam menghadapi perjalanan rohnya. Jika hal ini terjadi, maka bantuan orang lain diperlukan untuk membantu dia memulai perjalanan. Kita bisa ambil kesimpulan mungkin 90-95% manusia (ketika ajal menjemput nya), masih merasa hidup dan tidak menyadari kematiannya.


Yiyangnhy.com
Yiyangnhy.com

Well, meskipun demikian, mati masih menjadi misteri besar kehidupan umat manusia, bahkan kita tidak bisa meramalkan (secara tepat) kapan itu terjadi.

Referensi:

dyingconsciously.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun