Mohon tunggu...
Dwi Sardjuningsih Setya Wardhani
Dwi Sardjuningsih Setya Wardhani Mohon Tunggu... -

tamat universitas Indonesia jurusan arkeologi tahun 1980 1982 beaswiswa di Leiden, Belanda 1983 menikah. sampai sekarang tinggal di Hamburg, Jerman

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan Ada di Mana-mana, Bumi hanya satu

13 Juni 2011   09:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:33 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Judul di atas merupakan inti kepercayaan suku Mohawk. Kesadaran akan hidup di satu dunia dengan semua makhluk hidup yang Tuhan ciptakan membuat mereka sangat menjaga alam. Tidak hanya suku Mohawk, tapi juga suku-suku Indian lainnya berpendapat serupa.

Tatanga Mani atau Walking Buffalo (1871-1967) pernah berkata: "Tahukah kamu kalau pohon-pohon itu berbicara? Ya, mereka berbicara. Di antara mereka sendiri dan denganmu, kalau kamu mau mendengarnya. Tetapi orang-orang kulit putih tidak pernah mau mendengarkan. Mereka tidak merasa perlu mendengar apa yang kami, orang Indian, katakan. Saya takut mereka tidak akan mau mendengar suara-suara lainnya di alam ini. Saya sendiri mengetahui banyak dari pohon-pohon, kadang-kadang tentang cuaca, kadang-kadang tentang binatang, kadang-kadang tentang Roh Agung".

Dari penelitian modern, ilmuwan sekarang mengetahui dengan pasti bahwa diantara pohon-pohon terjadi dialog. Memang tidak dengan bahasa seperti manusia, atau suara-suara lainnya seperti binatang-binatang, tetapi dengan bahan kimia yang diproduksi pohon-pohon itu sendiri.

Beberapa tahun yang lalu, di Afrika Selatan terjadi banyak kematian satu jenis rusa. Setelah diadakan autopsi, diketahui bahwa mereka semua mati karena dosis tinggi racun yang diproduksi oleh pohon-pohon sejenis turi. Pohon-pohon ini saling memberi signal bila daun mereka dimakan. Dengan cara begini mereka bisa bertahan hidup, tidak cepat dimakan habis oleh binatang-binatang.

             -----------

Kesadaran sebagai bagian dari bumi atau alam ini sangat kelihatan pada saat orang-orang Indian berburu. Tidak pernah mereka berburu hanya karena mereka ingin membunuh. Major James McLaughlin, yang pernah bekerja pada "Indian Service" (akhir abad 19), pernah berkata: "Tidak pernah saya melihat seorang Indian membunuh binatang begitu saja tanpa alasan apapun. Dan saya juga melihat pemburu-pemburu kulit putih yang tidak pernah berhenti membunuh binatang, selama masih ada binatang".

Tidak pernah orang Indian berburu tanpa berdoa dulu. Kalau binatang buruan sudah mati, maka mereka akan segera meminta maaf atas perlakuan mereka. Doa ketika mereka membunuh seekor rusa : "Maafkan aku, karena aku harus mematikanmu, Adikku. Aku membutuhkan dagingmu. Anak-anakku kelaparan dan minta makan. Maafkan aku, Adikku. Aku menghargai keberanianmu, kekuatanmu dan keindahanmu. Lihat, tandukmu kugantung di pohon ini. Aku akan menghiasinya dengan pita-pita merah. Kalau aku melihatnya, aku akan ingat kamu dan menghormati Rohmu. Maafkan aku, karena aku harus mematikanmu. Maafkan aku, Adikku. Lihat, aku menghisap pipa ini dalam mengenangmu. Aku bakar tembakau ini (untukmu)"

             -----------

Pete Catsches, "Medicineman" (dukun) suku Dakota pernah berkata:"Semua makhluk hidup mempunyai kekuatannya sendiri, termasuk semut yang terkecil, kupu-kupu, pohon, bunga, batu --, karena Roh Agung tinggal di dalam mereka. Cara hidup modern orang putih menjauhkan kita dari kekuatan-kekuatan ini, dan melemahkannya. Untuk dekat dengan alam, dan untuk mendapat bantuan alam, membutuhkan Waktu dan Kesabaran. Waktu untuk berfikir dan mengerti. Kalian mempunyai waktu begitu sedikit untuk melihat dan berdiam memperhatikannya. Kalian selalu sibuk, selalu mau cepat, selalu seperti diburu. Ini semua yang membuat manusia miskin".

Orang-orang suku Yokut mempunyai doa sebagai berikut:

"Bantulah aku! Kata-kataku terikat dengan gunung-gunung tinggi, dengan tebing-tebing curam, dengan pohon-ponhon besar. Mereka meyatu dengan tubuhku dan dengan hatiku. Bantulah aku dengan kekuatan adikodrati ; dan kau Siang dan kau Malam, kalian semua menyaksikan aku - bersatu dengan dunia"

Rasa bersatu dengan dunia ini juga ditemukan dalam doa suku Objibwa :

"Bapak, melalui matahari kau tunjukkan kekuatanmu menyingkirkan malam, mendatangkan hari baru, hidup baru dan waktu baru. Bapak, kami ucapkan terima kasih melalui matahari untuk cahayamu dan kehangatanmu.

"Ibu. Dari dadamu kau berikan makan, dengan tanganmu kau peluk aku. Cintaku untukmu. Bumi. Ibuku. Di dadamu kutemukan makan. Di dalam mantelmu kucari perlindungan. Bagimu pujaku"

           ----------

John Mohawk Sotsisowah dari suku Seneca pernah berkata:

"Bagi kalian istilah "Natur" (alam) lebih merupakan satu istilah romantik dan idealismus. Natur sering tidak dianggap sebagai bagian dari dunia nyata. Yang dianggap realitas di Barat tidak lebih dari dunia bisnis. Natur bukanlah bagian dari realitas dan manusia modern.

"Beberapa orang di antara kalian mempunyai hubungan dengan pohon-pohon dan gunung-gunung...perasaan kalian dan hubungan dengan binatang terbatas pada binatang peliharaan atau binatang kesayangan. Apa yang kurang pada kalian, kultur kalian, peradaban kalian adalah hubungan alami dengan semua hidup yang bukan manusia. Apa yang kurang pada kalian adalah segala yang kami anggap sebagai spiritualitas (kerohanian)". 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun