Mohon tunggu...
Dwi Sardjuningsih Setya Wardhani
Dwi Sardjuningsih Setya Wardhani Mohon Tunggu... -

tamat universitas Indonesia jurusan arkeologi tahun 1980 1982 beaswiswa di Leiden, Belanda 1983 menikah. sampai sekarang tinggal di Hamburg, Jerman

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Misionar Ke Desa

6 Juni 2011   12:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:48 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Seorang misionar datang ke satu desa orang Indian. Sebagai Indian yang baik mereka tidak mengeluarkan satu katapun ketika misionaris berkotbah. Setelah kotbah selesai kepala suku bertanya: "Kenapa kamu menuntut kami untuk jadi orang baik? Kami bukan orang orang yang jelek. Kami tidak pernah mencuri kecuali bila orang mengambil kuda kami. Kami tidak pernah berbohong. Kami menjaga dan memelihara orang-orang tua, orang-orang miskin serta orang-orang yang butuh bantuan".


"Tapi" jawab misionar itu, " hanya ada satu Tuhan yang harus kalian sembah"


"Kalau begitu," jawab kepala suku "kita menyembah Tuhan yang sama, hanya dengan cara yang lain. Ketika Tuhan, Roh Agung, menciptakan dunia, dia memberi orang Indian satu jalan dan kepada orang kulit putih jalan yang lain  karena kita berasal dari dua bangsa yang lain dan cara hidup berlainan. Orang Indian sebaiknya tetap hidup dalam jalannya, dan kalian orang kulit putih hidup dalam jalan kalian sendiri. Tetapi kita seharusnya bekerja sama untuk Tuhan, tidak saling berlawanan. Kami senang melihat kalian memuja Tuhan dengan cara kalian karena kami tahu cara seperti itu yang kalian mengerti."


"Tapi Roh Agung yang kalian bicarakan itu tidak sama dengan Tuhan kami!"


"Kalau begitu itu berarti ada dua Tuhan. Tuhan kalian menciptakan tanah disebrang lautan. Dia memberi kalian rumah,makan dan kendaraan untuk berjalan cepat. Sedang Tuhan Indian memberi tipi (tenda) sebagai tempat tinggal dan bison untuk makan. Tapi kalian orang kulit putih tidak suka tanah yang diberi Tuhan pada kalian hingga kalian pergi ke mari mengambil tanah Indian. Karena itu kami ragu untuk menerima Tuhan kalian. Jangan-jangan Dia mengambil semua milik kami kalau kami meninggal dan masuk ke alam fana kalian".


"Tapi Indian harus belajar berdoa!"


"Kami berdoa", jawab kepala suku, "Ini adalah doa kami ketika panen.


"Roh Agung, Bapak kami. Bantulah kami dan ajarkanlah kami jalan kebenaran. Jagalah saya, keluarga saya dan suku saya untuk berjalan di jalan Bapak yang benar hingga kami sehat lahir batin. Ajarkanlah anak-anak kami ke jalanMu. Ciptakan kedamaian di seluruh dunia. Kami berterima kasih padaMu untuk matahari dan cuaca musim panas yang indah, rumput yang baik untuk binatang-binatang dan makanan untuk seluruh manusia".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun