Mohon tunggu...
Dwi Sardjuningsih Setya Wardhani
Dwi Sardjuningsih Setya Wardhani Mohon Tunggu... -

tamat universitas Indonesia jurusan arkeologi tahun 1980 1982 beaswiswa di Leiden, Belanda 1983 menikah. sampai sekarang tinggal di Hamburg, Jerman

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Misionar Ke Desa

6 Juni 2011   12:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:48 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Bagi pemerintah Amerika Serikat, tanah adalah milik pemerintah yang bisa dijual belikan. Kalau ada Indian yang tinggal di atasnya biasanya mereka membelinya dengan harga murah sekali (sering hanya dengan beberapa botol alkohol). Kalau sekarang orang Indian mempertahankan tradisinya, berarti tidak ada orang Indian yang bisa menjual tanahnya, karena memang itu bukan miliknya. Akibatnya tidak ada tanah lagi untuk emigran Eropa yang membanjir ke Amerika. Di samping tidak dapat uang penjualan tanah, pemerintah juga tidak mendapat uang dari exploitasi sumber dalam tanah.


            -----------

Di dalam film-film cowboy, terutama dari tahun 1960-70an, kita melihat betapa orang Indian digambarkan sebagai yang jahat, pembunuh kejam, tidak berbudaya. Hanya film-film cowboy Jerman yang berdasar buku-buku karangan Karl May yang jelas membela Indian.


Tapi kalau kita membaca buku-buku Karl May sendiri, kelihatan sekali betapa pengarang sebenarnya tidak kenal orang Indian, baik tradisi maupun kepercayaannya. Bagi Karl May, yang penting dalam bukunya itu , dia merupakan orang yang paling hebat, benar, baik, saleh. Tidak heran bila dia menulis tokoh-tokoh pentingnya kemudian masuk ke agamanya, Kristen.

                ------------


Banyak orang menyangka orang Indian mempunyai kepercayaan animisme karena mereka berdoa pagi-pagi menghadap matahari, pohon, di dalam air dsb. Benarkah anggapan ini?


Orang Indian percaya akan adanya Penguasa Tertinggi segala makhluk dan pencipta seluruh alam. Penuh rasa cinta sejati. Mungkin namanya berbeda-beda dalam bahasa yangh berbeda-beda tapi artinya satu, "Roh Agung"  atau "Roh Maha Besar".


Mereka berdoa menghadap matahari seperti juga orang kristen berdoa di depan salib, atau seperti orang Islam yang sembahyang menghadap kiblatnya.


Tidak pernah mereka menggambar Tuhan. Tidak ada orang yang lebih tinggi dari yang lain dalam keagamaannya. Tidak ada pastor, pendeta atau ulama. Secara perorangan mereka berdoa di tempat yang berlainan, sesuai dengan panggilan hati mereka. Mungkin ada tempat yang dipakai oleh banyak orang berdoa, tapi tempat itu tidak pernah dipilih bersama, ditentukan bersama. Hanya kebetulan orang banyak merasa tempat itu yang pantas untuk doa pribadi mereka.


Sitting Bull (1831-1890), seorang kepala suku Sioux yang terkenal, pernah berkata pada Stanley Vestal, pegawai khusus urusan Indian, sebagai berikut:  "Semua Indian berdoa ke Tuhan yang satu, yang menciptakan kita semua, untuk Hidup dan Jalan yang baik dan benar. Dan semoga dalam hidup ini tidak berbuat jahat."


Meskipun demikan banyak cerita-cerita tentang pertemuan misionaris yang dengan gigih ingin memasukkan orang Indian ke dalam agama Kristen. Di sini saya ambil satu cerita yang ditulis oleh Chief Buffalo Child Long Lance (1928).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun