Mohon tunggu...
Arum Sato
Arum Sato Mohon Tunggu... content writer -

pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Merekam Peradaban Lewat Buku Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa

29 Mei 2017   18:40 Diperbarui: 29 Mei 2017   18:48 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serah terima buku Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa dari Budi Mulyasan (kanan), sang penulis buku kepada Jahja Setiaatmadja (tengah) selaku Presiden Direktur BCA, serta Inge Setiawati (kiri) selaku Executive Vise President Corporate Social Responsibility (CSR) BCA. Foto: Arum Sato

Batik adalah sebuah proses. Batik tak hanya sehelai kain tradisional. Batik adalah kain peradaban. Ada curahan rasa, doa, jiwa, kelembutan, harmoni serta cinta dalam setiap goresannya. Banyak proses yang dilalui dari sehelai kain batik. Sebagai kain peradaban, batik memiliki makna filosofis yang terkandung dalam setiap motif, desain dan teknik pewarnaan yang melambangkan kearifan lokal bangsa Indonesia. Tak salah bila The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) mengakui keberadaan batik dengan mengukuhkan batik sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia dari Indonesia.

Sejak 2 Oktober 2009, Unesco telah resmi mengakui keberadaan batik indonesia sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia dari Indonesia. Seiring dengan itu, pemerintah juga telah menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Publik menyambut dengan antusias. Perkantoran swasta, institusi pemerintah, maupun sekolah, ramai-ramai menggunakan baju batik setiap tanggal 2 Oktober maupun di hari-hari tertentu. Masyarakat umum pun seakan tak mau ketinggalan. Selanjutnya, berbaju batik adalah merupakan keseharian masyarakat kita. Makin banyak orang yang mengoleksi batik untuk dipakai dalam keseharian.

Seperti juga halnya yang dilakukan oleh Bank BCA. Baru-baru ini BCA menyeragamkan seluruh karyawan dari Sabang hingga Merauke, dengan Batik Hoko BCA. Batik Hoko BCA ini khusus dipesan dari Pekalongan. Tepatnya dari salah satu Desa Wisata Binaan BCA yang ada di Pekalongan, yaitu Kampung Batik Gemah Sumilir, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.

“Sebagai salah satu lembaga perbankan terkemuka di Indonesia, yang lahir dan besar di Indonesia, BCA melakukan berbagai cara untuk mendukung Pekalongan mempertahankan eksistensinya sebagai kota Batik. Produksi Batik Hoko BCA dan juga terbitnya buku Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa ini diharapkan dapat berkontribusi membantu masyarakat luas mengenal lebih dalam tentang Batik Pekalongan dan teknik membatik di Indonesia,” jelas Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA pada Selasa 23 Mei 2017 di Menara BCA, Jakarta Pusat.

Bukan omong kosong saat Presiden Direktur BCA berbicara seperti itu. BCA secara nyata telah ikut berkontribusi untuk mempertahankan eksistensi Pekalongan sebagai kota Batik. Melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR), BCA telah meresmikan Desa Wisata Kampung Batik Gemah Sumilir di Kabupaten Pekalongan 18 April 2017.

Berfokus pada pertumbuhan ekonomi kreatif – inovatif dengan menggali potensi daerah dan membangun pariwisata daerah yang berbasis kearifan lokal dan budaya, Kampung Batik Gemah Sumilir berdiri. Ini merupakan salah satu wujud kepedulian BCA untuk Memberi Lebih Baik kepada masyarakat, memberi binaan serta pendampingan terhadap Kampung Batik Gemah Sumilir.

Kampung Batik Gemah Sumilir sendiri merupakan salah satu penghasil Batik di Pekalongan. Saat ini Pekalongan memiliki Industri Kecil Menengah (IKM) Batik sebanyak 12.475 unit yang menyerap sekitar 88.670 tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2015 di Pekalongan sebagian besar pekerja bekerja di sektor industri batik dengan realisasi ekspor untuk Sarung Batik sekitar US$407 ribu dan Kain Batik mendekati US$20 ribu.

Pekalongan juga dikenal sebagai Kota Batik Dunia dengan Museum Batik menjadi salah satu destinasi wisata. Jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Pekalongan mendekati 190 ribu jiwa dengan pendapatan yang dihasilkan dari kunjungan wisatawan mencapai Rp821 juta. Dalam hal ini, BCA ingin menjadi bagian dari upaya untuk terus mendorong dan mendampingi Kampung Batik Gemah Sumilir sehingga semakin memaksimalkan potensinya untuk memproduksi batik Pekalongan yang berkualitas.

Sebelum acara talkshow dimulai, ada suguhan fashion show dari Galeri Batik Jawa Indigo asuhan dari Nita Kenzo. Foto: Arum Sato
Sebelum acara talkshow dimulai, ada suguhan fashion show dari Galeri Batik Jawa Indigo asuhan dari Nita Kenzo. Foto: Arum Sato
Belajar Lebih Baik

Dalam rangka mengenal Batik lebih dekat sebagai salah satu warisan budaya bangsa, BCA melalui Forum Kafe BCA VI, juga menggelar talkshow bertajuk Khasanah Batik Pesona Budaya. Talkshow diselenggaran pada Selasa, 23 Mei 2017 di Menara BCA, Jl. M.H. Thamrin No.1, Menteng, Jakarta Pusat. Talkshow ini juga merupakan salah satu wujud kepedulian BCA untuk Belajar Lebih Baik, tentang Batik sebagai warisan budaya Indonesia yang luar biasa.

Selain dihadiri oleh Jahja Setiaatmadja selaku Presiden Direktur BCA, serta Inge Setiawati selaku Executive Vise President Corporate Social Responsibility (CSR) BCA, Talkshow Kafe BCA VI juga dihadiri oleh narasumber ahli terkait. Diantaranya, Poppy Savitri selaku Direktur Edukasi & Ekonomi Kreatif Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Suryani selaku Rektor Universitas Pekalongan (Unikal) serta Nita Kenzo, Ketua Yayasan Batik Indonesia sekaligus Founder Galeri Batik Jawa Indigo.

Selain para narasumber, rekan media dan blogger, hadir pula beberapa mahasiswa dari program pendidikan teknologi informasi, program pendidikan akuntansi dan penerima bea siswa Bakti BCA dari Universitas Indonesia dan Bina Nusantara University.

Talkshow Kafe BCA VI ini mengupas nilai-nilai budaya, kedalaman rasa, makna, jiwa, cinta, dan harmoni yang “tertulis” pada kain Batik sebagai karya seni yang orisinal kebanggaan bangsa Indonesia. Sesuai dengan yang diamanatkan oleh Unesco untuk terus menjaga keaslian, makna dan filosofi Batik sebagai warisan takbenda.

Selain talkshow, BCA sekaligus meluncurkan buku Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa. Buku ini ditulis secara apik oleh Budi Mulyawan dan didukung sepenuhnya oleh BCA. Kehadiran buku ini sangat penting. Demikian yang dikatakan oleh Jahja Setiaatmadja, saat membuka talkshow. “Penting sekali karena buku nggak akan hilang begitu saja. Tidak seperti cerita yang dalam sekian tahun bisa saja kita lupa detail dan kronologinya. Tapi dengan buku, kita bisa membuka dan membaca kapan saja apabila kita butuh atapun lupa. Buku adalah sejarah yang tertulis,” jelas Jahja.

Budi Mulyawan, penulis buku Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa sedang menandatangi sebuah bukunya sebelum diserahterimakan kepada Jahja Setiaatmadja. Foto: Arum Sato
Budi Mulyawan, penulis buku Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa sedang menandatangi sebuah bukunya sebelum diserahterimakan kepada Jahja Setiaatmadja. Foto: Arum Sato
Serah terima buku Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa dari Budi Mulyasan (kanan), sang penulis buku kepada Jahja Setiaatmadja (tengah) selaku Presiden Direktur BCA, serta Inge Setiawati (kiri) selaku Executive Vise President Corporate Social Responsibility (CSR) BCA. Foto: Arum Sato
Serah terima buku Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa dari Budi Mulyasan (kanan), sang penulis buku kepada Jahja Setiaatmadja (tengah) selaku Presiden Direktur BCA, serta Inge Setiawati (kiri) selaku Executive Vise President Corporate Social Responsibility (CSR) BCA. Foto: Arum Sato
Narasumber diapit oleh para model dari Galeri Batik Jawa Indigo asuhan dari Nita Kenzo. Para pemegang buku (kiri-kanan): Nita Kenzo, Inge Setiawati, Poppy Savitri, Jahja Setiaatmadja, Budi Mulyawan, dan Suryani. Foto: Arum Sato
Narasumber diapit oleh para model dari Galeri Batik Jawa Indigo asuhan dari Nita Kenzo. Para pemegang buku (kiri-kanan): Nita Kenzo, Inge Setiawati, Poppy Savitri, Jahja Setiaatmadja, Budi Mulyawan, dan Suryani. Foto: Arum Sato
Jahja pun sangat berterima kasih kepada Budi Mulyawan selaku penulis buku Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa. “Kita bangga punya penulis batik orang kita sendiri. Biasanya kan yang nulis batik banyak dari luar,” ungkap Jahja yang langsung disambut geer hadirin yang hadir.

Dengan hadirnya buku tentang Batik Pekalongan, diharapkan mampu meningkatkan kepedulian masyarakat luas terhadap Batik Pekalongan sekaligus juga mampu menjadi inspirasi bagi kemajuan teknik membatik di Indonesia. Sekaligus upaya BCA menggaungkan Pekalongan sebagai Kota Batik Dunia kepada wisatawan domestik dan mancanegara.

Jakarta, 29 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun