Mohon tunggu...
Arum Sato
Arum Sato Mohon Tunggu... content writer -

pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inspirasi Silaturahmi dari 6 Kompasianer

12 Desember 2016   22:53 Diperbarui: 13 Desember 2016   01:12 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, setahun yang lalu: Sabtu, 12 Desember 2015. Pertemuan 6 Kompasianer ini tentulah bukan pertemuan biasa. Ini terkait dengan event Kompasianival 2015 di Gandaria City, Kebayoran, Jakarta Selatan. Empat Kompasianier yang berbaju batik, dari kiri ke kanan yaitu Iskandar Zulkarnain, Thamrin Sonata, Thamrin Dahlan, dan Isson Khairul memang sengaja berbatik-ria, karena diundang makan siang di Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo.

Dua Kompasianer yang non-batik dari kanan ke kiri adalah Edy Priyatna dan Saiful W. Harahap juga sengaja tidak berbatik-ria, karena acara santap siang mereka di Gandaria City tidak ada mekanisme dress code batik. Bebas sesuai kenyamanan masing-masing saja. Artinya, pakaian disesuaikan dengan event yang hendak dihadiri. Biar tidak saltum, salah kostum. Biar adaptif, dalam konteks berinteraksi dengan sesama netizen.

Setelah setahun berlalu, ke-enam Kompasianer ini masih intens menjalin silaturahmi. Pada Kamis, 06 Oktober 2016, Thamrin Sonata dan Isson Khairul jadi pembicara bersama untuk peluncuran buku Terdampar (flash fiction) karya Ikhwanul Halim di kantor Kompasiana di Palmerah Barat. Bersamaan dengan dua buku berjudul Hanya Orang Gila: Yang Masih Menulis Puisi (puisi) dan Perempuan yang di Keningnya Kutanam Mawar dan Kamboja (puisi). Masing-masing merupakan karya dari Kompasianer Sugiyanto Hadi dan Edrida Pulungan. Diacara tersebut, Iskandar Zulkarnain dan Edy Priyatna pun turut hadir.

Yang masih hangat, Thamrin Sonata baru saja menerbitkan buku Bukan Hoax karya Thamrin Dahlan. Oh, ya, buku kumpulan cerpen Mandeh Aku Pulang karya Iskandar Zulkarnain telah lebih dulu lahir dari tangan dingin Thamrin Sonata, 12 Desember 2015, setahun yang lalu. Buku tersebut dilaunching bareng dengan dua buku lain: Mengembara ke Masjid-masjid di Pelosok Dunia karya Taufik Uieks serta Sehangat Matahari Pagi karya Tjiptadinata Effendi. Ke-dua buku tersebut juga lahir dari sentuhan Thamrin Sonata.

Launching 3 buku karya kompasianer di Kompasianival 2015 di Gandaria City, Kebayoran, Jakarta Selatan, dihadiri oleh sastrawan Seno Gumira Ajidarma. Kiri ke kanan: Isson Khairul, Seno Gumira Ajidarma, Iskandar Zulkarnain, Tufik Uieks dan Tjiptadinata Effendi. Foto: Isson Khairul
Launching 3 buku karya kompasianer di Kompasianival 2015 di Gandaria City, Kebayoran, Jakarta Selatan, dihadiri oleh sastrawan Seno Gumira Ajidarma. Kiri ke kanan: Isson Khairul, Seno Gumira Ajidarma, Iskandar Zulkarnain, Tufik Uieks dan Tjiptadinata Effendi. Foto: Isson Khairul
Aktivitas terbaru, pada Kamis, 03 November 2016, Isson Khairul, Thamrin Sonata, dan Saiful W. Harahap dan saya, sama-sama ikut nangkring plus visit bareng Kompasiana ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) Taman Kota, Cengkareng, Jakarta Barat. Dari sana, pulangnya rame-rame naik commuter line. Meski berbeda tujuan, kami tetap sepakat. Sepakat untuk berbeda tujuan.. hehehe. Intinya, interaksi yang dibangun dari para Kompasianer ini, setidaknya bisa menginspirasi kita: akrab-aktif-kreatif.

Saya mengenal mereka belum lama. Juga nggak baru-baru amat, sih. Seingat saya, pertama kali bertemu dengan Thamrin Dahlan (TD) maupun Thamrin Sonata (TS) dan Syaiful W. Harahap ketika ikut nangkring SKK Migas di Pisa Kafe Mahakam, di bilangan Blok M. Waktu itu saya diajak, tanpa mendaftar terlebih dulu ke admin. Dan parahnya saya juga nggak nulis reportasenya. *maafkan dosa-dosa saya, admin yang baik J

Ngoplah di Palmerah, Kamis 06 Oktober 2016. Tiga judul buku karya tiga Kompasianer dibedah bersama di kantor Kompasiana ini, dua hari sebelum Kompasianival 2016 berlangsung. Kiri ke kanan: Sugiyanto Hadi, Edy Supriyatna, Ikhwanul Halim, Isson Khairul, Iskandar Zulkarnain dan Thamrin Sonata. Foto: Arum Sato
Ngoplah di Palmerah, Kamis 06 Oktober 2016. Tiga judul buku karya tiga Kompasianer dibedah bersama di kantor Kompasiana ini, dua hari sebelum Kompasianival 2016 berlangsung. Kiri ke kanan: Sugiyanto Hadi, Edy Supriyatna, Ikhwanul Halim, Isson Khairul, Iskandar Zulkarnain dan Thamrin Sonata. Foto: Arum Sato
Sedangkan pertemuan dengan Iskandar Zulkarnain (Bang IZ) dan Edy Supriyatna terjadi ketika acara bedah buku bersama Komunitas Kutubuku di kantor Kompasiana di Palmerah Barat. Selanjutnya, nangkring demi nangkring ataupun ketika ada seminar yang diadakan oleh Kompasiana, saya bertemu kembali dengan mereka. Sekadar salaman dan saling sapa bertukar kabar selalu menjadi moment yang menyenangkan. Meski nggak ngobrol panjang lebar, ada rindu yang menyelinap ketika lama nggak bertemu dengan para senior ini. Dibandingkan dari kesemuanya itu, pertemuan dengan Thamrin Sonata dan Isson Khairul lebih intens, mengingat kami sama-sama terlibat dalam beberapa komunitas di bawah naungan Kompasiana.

Kadang, meski tidak berkaitan langsung dengan acara Kompasiana, kami kompasianer kerap ngumpul bareng. Seperti September bulan lalu ketika kedatangan Kompasianer Bandung, Ikhwanul Halim dan Kompasianer Bengkalis, MJK Riau. Bersama Thamrin Sonata, Isson Khairul, Ikhwanul Halim, MJK Riau, dan saya, berlima bertemu dan ngobrol ngalor-ngidul di area Stasiun Gambir. Memanfaatkan area terbuka di sekitar minimarket yang ada area stasiun. Obrolan pun dilanjutkan ke seberang stasiun di sebuah warung makan. Ah, perut pun minta diisi rupanya. Sebagaimana pertemanan ini, harus diisi dengan interaksi komunikasi yang positif, untuk menghasilkan karya yang kreatif.

Empat kompasianer berbeda planet melebur menyatu di sebuah warung makan. Kiri ke kanan: Thamrin Sonata dari Bekasi, Ikhwanul Halim dari Bandung, Isson Khairul dari Jakarta, serta MJK Riau dari Bengkalis. Foto: Arum Sato
Empat kompasianer berbeda planet melebur menyatu di sebuah warung makan. Kiri ke kanan: Thamrin Sonata dari Bekasi, Ikhwanul Halim dari Bandung, Isson Khairul dari Jakarta, serta MJK Riau dari Bengkalis. Foto: Arum Sato
Tetap berkomunikasi merupakan kunci terjaganya tali silaturahmi. Inilah yang saya peroleh dari mereka, para senior saya ini (kalo boleh dibilang kompasianer senior). Senior dalam hal usia pun senior kepenulisannya, baik di Kompasiana maupun di dunia nyata (dibandingkan dengan saya yang baru ikut-ikutan meramaikan dunia tulis-menulis, di Kompasiana).

Meski fisik bisa saja berjauhan entah di mana. Tak harus selalu runtang-runtung bersama. Interaksi komunikasi bisa dilakukan melalui media sosial seperti Facebook. Atau bisa langsung melalui sambungan telepon. Dan tersebab aktif berkomunikasi ini pulalah MJK Riau mendapuk Thamrin Sonata bersama Isson menjadi narasumber penyebar literasi di Bengkalis. Tulisan mengenai kegiatan itu bisa disimak di sini dan di sini.

Interaksi komunikasi terus jalan, keaktifan berinteraksi terus ditingkatkan, maka karya sudah pasti bisa dihasilkan. Seperti yang dialami Thamrin Sonata dengan Thamrin Dahlan, Iskandar Zulkarnain, Ikhwanul Halim serta MJK Riau, ada karya terbentuk dari sebuah kolaborasi. Juga tentang belajar menjaga kerukunan di planet Kompasiana, saya dapati dari para kompasianer di atas. Salut untuk para kompasianer-kompasianer di atas. Teruslah berkarya untuk memperkaya literasi Nusantara ini. Setelah tiga tahun bersama Kompasiana, saya akan terus belajar meraih inspirasi dari Kompasianer di atas. Juga dari Kompasianer lain di Planet Kompasiana. Karena sesungguhnya saya seorang pembelajar.

Seusai nangkring Palyja di IPA Taman Kota, beberapa kompasianer rame-rame menuju stasiun untuk pulang menuju rumah masing-masing. Kiri ke kanan: Syaiful W. Harahap, Thamrin Sonata, Dennise, Isson Khairul dan Unggul Sagena. Foto: Arum Sato
Seusai nangkring Palyja di IPA Taman Kota, beberapa kompasianer rame-rame menuju stasiun untuk pulang menuju rumah masing-masing. Kiri ke kanan: Syaiful W. Harahap, Thamrin Sonata, Dennise, Isson Khairul dan Unggul Sagena. Foto: Arum Sato
Jakarta, 12 Desember 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun