Mohon tunggu...
Arum Sato
Arum Sato Mohon Tunggu... content writer -

pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Di Jakarta, Air Sungai Menjadi Air Minum Berkat Teknologi Biofiltrasi

18 November 2016   23:24 Diperbarui: 25 November 2016   14:53 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini adalah dua diantara tiga bak pengolahan air di Instalasi Pengolahan Air Taman Kota. Di sinilah air sungai dari Cengkareng Drain diolah menjadi air bersih siap konsumsi. Instalasi ini berkapasitas 150 liter per detik. Foto: Arum sato

Air adalah salah satu komponen penting bagi kehidupan. Hampir 80 persen tubuh kita terdiri atas air. Kita bisa menahan rasa lapar, namun kita tidak bisa menghindar dari rasa haus. Itulah sebabnya, air adalah bagian penting dari kehidupan.

Pada minggu lalu, 03 November 2016 tepatnya, saya bersama beberapa kompasianer berkunjung ke salah satu pengolahan air bersih di Jakarta dalam rangka Kompasiana Visit bersama Palyja: Optimasi Instalasi sebagai Solusi Defisit Air Bersih Jakarta. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Taman Kota menjadi tujuannya. Namun sebelum kesana, kami berkumpul terlebih dulu di IPA Pejompongan I. Di IPA Pejompongan I, kami di beri pencerahan tentang apa Palyja beserta peran dan tugasnya. Hadir di IPA Pejompongan I kala itu Budi Susilo, Direktur Customer Service Palyja, Meyritha Maryani, Kepala Divisi Corporate Communications dan Social Responsibility Palyja serta Emma Nedi, Kepala Department Produksi Palyja.

Meyritha Maryani, Kepala Divisi Corporate Communications dan Social Responsibility Palyja saat mempresentasikan teknologi Palyja kepada kompasianer di Instalasi Pengolahan Air Pejompongan I, Jalan Penjernihan II, Pejompongan, Jakarta. Foto: Arum sato.
Meyritha Maryani, Kepala Divisi Corporate Communications dan Social Responsibility Palyja saat mempresentasikan teknologi Palyja kepada kompasianer di Instalasi Pengolahan Air Pejompongan I, Jalan Penjernihan II, Pejompongan, Jakarta. Foto: Arum sato.
Sekilas Mengenai Palyja

PT PAM Lyonnaise Jaya atau PALYJA merupakan operator penyedia air bersih di Jakarta bagian barat Sungai Ciliwung. PALYJA adalah bagian dari SUEZ Environment (Perancis) dan PT Astratel Nusantara (divisi infrastruktur dari Astra). Dibentuk pada tahun 1997 dengan tujuan untuk mengolah dan menyediakan air bersih untuk masyarakat Jakarta bagian barat. Untuk masyarakat Jakarta bagian timur dilayani oleh Aetra.

Palyja memiliki 4 instalasi pengolahan air, yaitu: IPA Pejompongan I & II, IPA Cilandak dan IPA Taman Kota. IPA Taman Kota adalah yang terkecil dari IPA lainnya dari jumlah kapasitas air bersih yang dihasilkan, yaitu 150 liter per detik. Sedangkan IPA Cilandak mampu memproduksi sekitar 400 liter per detik. Yang paling besar adalah IPA Pejompongan II dengan kapasitas produksi 3.600 liter per detik. Sedangkan di IPA Pejompongan I dengan kapasitas produksi 2.000 liter per detik.

Selain memiliki 4 instalasi pengolahan air baku menjadi air bersih, Palyja juga memiliki 2 tempat penampungan air bersih sementara atau disebutnya Distribution Central Reservoir (DCR). Ada 2 DCR yaitu: DCR 4 Kebun Jeruk dengan kapasitas 2.000 liter per detik dan DCR 5 Lebak Bulus dengan kapasitas 1.000 liter per detik.

Selain itu, juga terdapat sebuah instalasi pengolahan air sungai menjadi air baku di Kanal Banjir Barat, dengan kapasitas 550 liter per detik.

Jakarta dan Air Bersihnya

Jakarta adalah kota yang memiliki banyak air.  Ada 13 sungai yang mengaliri Jakarta. Bayangkan, betapa melimpahnya air yang tersedia, yang bisa digunakan sebagai sumber air bersih. Saat ini sekitar 10 juta orang tinggal di Jakarta. Ironinya, semakin bertambah jumlah penduduk Jakarta, tak membuat sungai di Jakarta semakin terjaga. Penduduk semakin banyak, sungai pun semakin tak layak. Miris!

Dari 13 sungai yang melewati Jakarta, hanya dua sungai yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Itu pun kondisi ke-dua sungai tersebut dari tahun ke tahun semakin menurun. Dua sungai tersebut yaitu Sungai Krukut dan Sungai Cengkareng drain. Sungai Cengkareng Drain merupakan anak sungai dari Kali Pesanggrahan. Dua sungai ini hanya mampu menyumbang 5,7 persen saja dalam operasional pengolahan air bersih Jakarta.

Ini adalah potret air selokan di sekitar Stasiun Taman Kota, dan selokan di Jakarta pada umumnya. Limbah dari rumah tangga umumnya langsung menuju selokan. Bisa dilihat limbah detergent/sabun dari buih dalam selokan tersebut. Dalam sehari, berapa kali pipa limbah tersebut mengalirkan air sabun? Dan itulah fakta yang terjadi hampir pada setiap selokan yang ada di Jakarta, yang semua bermuara ke sungai. Foto: Arum Sato
Ini adalah potret air selokan di sekitar Stasiun Taman Kota, dan selokan di Jakarta pada umumnya. Limbah dari rumah tangga umumnya langsung menuju selokan. Bisa dilihat limbah detergent/sabun dari buih dalam selokan tersebut. Dalam sehari, berapa kali pipa limbah tersebut mengalirkan air sabun? Dan itulah fakta yang terjadi hampir pada setiap selokan yang ada di Jakarta, yang semua bermuara ke sungai. Foto: Arum Sato
Untuk bisa memenuhi kebutuhan air bersih warga Jakarta, selanjutnya Palyja mengimpor atau membeli air baku dari Waduk Jatiluhur, di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur ke Jakarta saat ini mencapai 62,5 persen atau 19.000 liter per detik. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Serpong “menyumbang” 31 persen, dan IPA Cikokol 0,8 persen.

Dengan kondisi air baku seperti itu, saat ini Palyja dan Aetra hanya mampu memproduksi 17.000 liter per detik. Sedangkan Jakarta, dengan 10-an juta penduduk, membutuhkan pasokan air bersih sekitar 26.100 liter per detik. Angka tersebut dengan ukuran per hari per orang dengan konsumsi air bersih 100 liter per detik. Angka tersebut berdasarkan studi yang pernah dilakukan oleh Palyja. Jadi, kekurangan 9.100 liter per detik yang menjadi tantangan Palyja untuk bisa mengairi Jakarta dengan air bersih, dengan kendala minim air baku.

Untuk itulah, Palyja terus berupaya mengembangkan teknologi untuk bisa memanfaatkan air sungai di Jakarta yang masih layak olah. Demi kebutuhan khalayak banyak.

Mengenal Lebih Dekat IPA Taman Kota

IPA Taman Kota berada di Jl. Komplek Taman Kota, Jakarta Barat. Kompasianer melakukan kunjungan pada 03 November 2016, guna melihat dari dekat proses pengolahan air bersih. Foto: Arum Sato
IPA Taman Kota berada di Jl. Komplek Taman Kota, Jakarta Barat. Kompasianer melakukan kunjungan pada 03 November 2016, guna melihat dari dekat proses pengolahan air bersih. Foto: Arum Sato
Dengan segala kendala tentang air baku, Palyja tetap berusaha meningkatkan produksinya. Salah satunya dengan menciptakan teknologi baru untuk membantu pengolahan air baku.

Dan dengan inovasinya, Palyja berhasil memberdayakan kembali IPA Taman Kota dari mati surinya. Ya, tahun 2007 IPA Taman Kota pernah ditutup karena masalah air baku. Air baku dari Sungai Cengkareng Drain mengandung amonium dengan kadar yang sangat tinggi yaitu 8 ppm, jauh dari jumlah normal 1 ppm yang menjadi standar pengolahan air bersih. Instalasi pengolahan air yang berdiri dan beroperasi sejak 1982 itu beroperasi kembali pada Juli 2012, berkat teknologi.

Instalasi Pengolahan Air Taman Kota berada di kawasan perumahan padat penduduk. Beralamat di Jl. Komplek Taman Kota A1 No. 1, Jakarta Barat. Nah, IPA Taman Kota beroperasi kembali dengan teknologi Biofiltrasi, memanfaatkan mikroorganisme alami yang hidup di dalam air tawar. Teknologi ini dikembangkan oleh Palyja bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di bawah pengawasan supervisi SUEZ Environment sebagai pemegang saham terbesar Palyja.

Menurut Vita, Kepala IPA Taman Kota, air baku IPA Taman Kota sangat tinggi akan amonium. Amonium ini banyak berasal dari limbah domestik yang didominasi oleh limbah rumah tangga. Hal tersebut juga diamini oleh Meyritha Maryani. Dengan teknologi Biofiltrasi ini, kadar amonium dalam air baku bisa dikurangi hingga 87 persen.

“Teknologi Biofiltrasi dengan mikroorganisme alami yang hidup di dalam air, dengan bantuan media tumbuh. Bentuknya kayak plastik yang di crosspack gitu,” terang Vita di meja kerjanya.

Teknologi yang sama juga digunakan di Instalasi Pengambilan Air Baku Kanal Banjir Barat dengan dengan bantuan media yang disebut meteor. Kalau di IPA Taman Kota disebut teknologi Biofiltrasi, di Kanal Banjir Barat disebut dengan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). Dan teknologi MBBR ini merupakan teknologi pertama di Indonesia dan Asia Tenggara di bidang pengolahan air.

Ini adalah pintu air/intake IPA Taman Kota. Berada di kawasan Kembangan Utara, Jakarta Barat. Dari sungai ini, air diolah dengan teknologi Biofiltrasi dan bisa langsung dikonsumsi. Foto: Riap Windu.
Ini adalah pintu air/intake IPA Taman Kota. Berada di kawasan Kembangan Utara, Jakarta Barat. Dari sungai ini, air diolah dengan teknologi Biofiltrasi dan bisa langsung dikonsumsi. Foto: Riap Windu.
Kompasianer juga melakukan blusukan ke Stasiun Pompa, tempat pengambilan air baku IPA Taman Kota. Foto: Arum Sato
Kompasianer juga melakukan blusukan ke Stasiun Pompa, tempat pengambilan air baku IPA Taman Kota. Foto: Arum Sato
Namun kelemahaan dari teknologi Biofiltrasi adalah, ketika ada air laut teknologi ini tidak berfungsi maksimal. Untuk info, IPA Taman Kota berjarak hanya 5 km dari laut. Itu sebabnya, kenaikan (intrusi) air laut adalah masalah kedua bagi instalasi ini. Meski sudah dikembangkan teknologi pendeteksi air air laut, namun itu belum maksimal. Mengingat, pasokan air baku berkurang yang berakibat pada berkurangnya kapasitas produksi air bersi. Bahkan bisa berhenti beroperasi.

“Karena teknologi Biofiltrasi dirancang khusus untuk mengolah air tawar. Jadi, ketika air laut masuk ke sini, kita stop produksi karena mikroorganismenya mati. Tapi sekarang sudah ada teknologi baru untuk mendeteksi masuknya air laut,” terang Vita lebih lanjut.

Pada tahun 2015 lalu, Palyja telah mengembangkan teknologi yang bernama Total Dissolve Solid (TDS) Online Analyzer. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi masuknya air laut. Dengan keberadaan TDS Online Analyzer ini, ketika air laut menyentuh intake maka dapat segera diambil tindakan pencegahan. Yaitu, dengan menutup pintu masuk air/intake. Di saat seperti ini, maka produksi IPA Taman Kota menurun bahkan mati suri, karena tidak mendapatkan air baku untuk berproduksi.

Menurut Vita, ada satu cara yang bisa dilakukan agar IPA Taman Kota tetap berproduksi meski intrusi air laut sedang terjadi. Yaitu dengan menutup pintu air Sungai Cengkareng Drain. Dulu, hal ini yang dilakukan ketika air laut pasang sedang terjadi. Namun kini masalahnya, apabila dilakukan penutupan pintu air Sungai Cengkareng Drain, akan mengakibatkan banjir di area Pantai Indak Kapuk. Dilema yang harus segera dicarikan solusi bersama oleh Palyja maupun Pemda DKI.

Meski diakui Vita, bahwa dengan pengerukan kali yang terus dilakukan oleh Dinas Kebersihan DKI saat ini, sedikit banyak telah membantu kondisi air baku lebih baik, terutama di Cengkareng Drain.

Solusi untuk mencegah air masuk ke intake adalah dengan menutup pintu air Cengkareng Drain. Masalah timbul ketika ada daerah yang kebanjiran akibat ditutupnya pintu air ini. Dilema yang harus segera dicarikan solusinya, demi kebutuhan bersama. Foto: @KebersihanDKI
Solusi untuk mencegah air masuk ke intake adalah dengan menutup pintu air Cengkareng Drain. Masalah timbul ketika ada daerah yang kebanjiran akibat ditutupnya pintu air ini. Dilema yang harus segera dicarikan solusinya, demi kebutuhan bersama. Foto: @KebersihanDKI
Kompasianer Blusukan di IPA Taman Kota

Di IPA Taman Kota, dengan area kurang lebih seluas 5.000 meter persegi, terjadi pemrosesan air baku menjadi air bersih. Dengan dikembangkannya teknologi Biofiltrasi, pemrosesan air baku menjadi air bersih di IPA Taman Kota bisa kembali dilakukan.

“Pipa coklat ini adalah jalur pertama air baku yang berasal dari intake di Cengkareng Drain,” terang Febri, staff IPA Taman Kota saat mengawal kompasianer blusukan.

Intake adalah pintu pengambilan air IPA Taman Kota yang berlokasi di Sungai Cengkareng Drain. Sungai Cengkareng Drain merupakan anak sungai dari Kali Pesanggrahan. Jaraknya 1,5 km dari IPA Taman Kota. Terdapat 4 pompa air dipasang di Sungai Cengkareng Drain yang memompa air untuk dialirkan menuju IPA Taman Kota ini.

Di pipa besar inilah proses Koagulasi terjadi. Pada proses ini penambahan zat kimia dilakukan. Foto: Arum Sato
Di pipa besar inilah proses Koagulasi terjadi. Pada proses ini penambahan zat kimia dilakukan. Foto: Arum Sato
Pipa coklat berisi air baku dari Cengkareng Drain. Di pipa besar inilah proses Koagulasi terjadi. Pada proses ini penambahan zat kimia dilakukan. Diantara pipa dan Febri adalah TDS Oline Analyzer. Alat ini berguna untuk mendeteksi tingkat kekeruhan air, keasaman air serta kelembaban air. TDS Online Analyzer juga dipasang di intake, guna mendeteksi masuknya air laut. Foto: Arum Sato
Pipa coklat berisi air baku dari Cengkareng Drain. Di pipa besar inilah proses Koagulasi terjadi. Pada proses ini penambahan zat kimia dilakukan. Diantara pipa dan Febri adalah TDS Oline Analyzer. Alat ini berguna untuk mendeteksi tingkat kekeruhan air, keasaman air serta kelembaban air. TDS Online Analyzer juga dipasang di intake, guna mendeteksi masuknya air laut. Foto: Arum Sato
Bentuk depan TDS Oline Analyzer yang terpasang di IPA Taman Kota. Alat ini berguna untuk mendeteksi tingkat kekeruhan air, keasaman air serta kelembaban air. Online Analyzer juga dipasang di intake, guna mendeteksi masuknya air laut. Foto: Arum Sato
Bentuk depan TDS Oline Analyzer yang terpasang di IPA Taman Kota. Alat ini berguna untuk mendeteksi tingkat kekeruhan air, keasaman air serta kelembaban air. Online Analyzer juga dipasang di intake, guna mendeteksi masuknya air laut. Foto: Arum Sato
Pada pengolahan air, beberapa zat kimia ditambahkan. Penambahan zat kimia ini untuk membuang polutan yang ada di dalam air. Foto: Arum Sato
Pada pengolahan air, beberapa zat kimia ditambahkan. Penambahan zat kimia ini untuk membuang polutan yang ada di dalam air. Foto: Arum Sato
Pengolahan air baku menjadi air bersih di IPA Taman Kota harus melalui beberapa tahapan. Dimulai dengan proses Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, Biofiltrasi, Filtrasi, dan Desinfeksi.

Selain itu juga ada beberapa jenis zat kimia yang ditambahkan ketika air diolah. Zat kimia tersebut antara lain: karbon aktiv, koagulan, soda ash dan chlorine.

Proses yang pertama adalah pengambilan air dari intake di Sungai Cengkareng Drain. Dari sana, air dipompa dan dialirkan ke IPA Taman Kota. Selanjutnya, air akan mengalami proses pertama yaitu proses Koagulasi.

Yang dimaksud dengan Koagulasi adalah proses pengadukan cepat antara air baku dan zat kimia yang dibutuhkan untuk membersihkan air. Zat karbon aktiv, koagulan, maupun soda ash, dengan tugas dan fungsinya masing-masing dicampurkan ke dalam air. Zat karbon aktiv berguna untuk menghilangkan detergent dan bau. Sedangkan Koagulan yang dipakai disini adalah jenis ach, atau Aluminium chlorohydrate.

“Koagulan ini bersifat seperti lem. Dia akan mengikat atau merekatkan partikel-partikel padat yang ada di dalam air supaya lebih besar dan membentuk flok, agar lebih mudah mengendap. Sedangkan soda ash, dimanfaatkan untuk menetralisir keasaman air (ph air),” tutur Febri menjelaskan.

Setelah proses Koagulasi, air akan dialirkan ke bak-bak penampungan. Tahapan selanjutnya adalah Flokulasi. Dalam proses Flokulasi, pengadukan air dilakukan secara lambat. Supaya apa? Supaya gumpalan partikel-partikel atau flok-flok yang terbentuk dari proses Koagulasi tadi lebih besar lagi dan bisa dengan mudah mengendap.

Tahapan selanjutnya adalah proses Sedimentasi atau pengendapan. Air dari bak Flokulasi dialirkan menuju bak Sedimentasi. Flok-flok yang menggumpal membentuk lumpur dan akhirnya mengendap. Di dalam bak Sedimentasi, terjadi proses pemisahan lumpur dan air bersih. Proses ini dibantu dengan bantuan plate settler untuk mempermudah pengendapan. Pada bak Sedimentasi ini, pada bagian permukaan bak, air sudah kelihatan lebih jernih. Sedangkan lumpur kelihatan menghitam di bagian bawah bak.

Ini adalah bak Flokulasi, dimana air diaduk secara lambat. Air ini sudah mengalami proses Koagulasi dan tambahan zat kimia. Namun polutan masih terlihat di permukaan air. Foto: Arum Sato
Ini adalah bak Flokulasi, dimana air diaduk secara lambat. Air ini sudah mengalami proses Koagulasi dan tambahan zat kimia. Namun polutan masih terlihat di permukaan air. Foto: Arum Sato
Ini adalah bak Sedimentasi. dari bak Flokulasi, air dialirkan ke sini. Permukaan sudah nampak jernih. Dari bak ini, air akan mengalir menuju bak Biofiltrasi. Foto: Arum Sato
Ini adalah bak Sedimentasi. dari bak Flokulasi, air dialirkan ke sini. Permukaan sudah nampak jernih. Dari bak ini, air akan mengalir menuju bak Biofiltrasi. Foto: Arum Sato
Selanjutnya air dialirkan menuju bak Biofiltrasi. Pada bak inilah terjadi apa yang disebut Biofiltrasi. Yaitu proses removal polutan amonium, detergent, mangan dan lainnya dengan menggunakan mikroorganisme alami. Migroorganisme ini memang hidup di dalam air. Dengan bantuan media crosspack, mikroorganisme alami dalam teknologi Biofiltrasi ini hidup pada lapisan Biofilm yang ada pada media crosspack tersebut.

Untuk menjaga mikroorganisme tetap hidup dan bekerja efektif, digunakan blower dan diffuser. Ini untuk menjaga aliran air terus mengalir dan mengembuskan udara ke dalam air.

Ini adalah bak Biofiltrasi, dimana proses removal polutan amonium, detergent, mangan dan lainnya dengan menggunakan mikroorganisme alami terjadi. di bak ini, air terus menerus dialirkan guna menghidupi mikroorganisme di dalamnya. Pada bak ini dipasang semacam teralis penutup, guna menahan busa yang kadang sangat banyak, supaya tidak melimpah. Foto: Arum Sato
Ini adalah bak Biofiltrasi, dimana proses removal polutan amonium, detergent, mangan dan lainnya dengan menggunakan mikroorganisme alami terjadi. di bak ini, air terus menerus dialirkan guna menghidupi mikroorganisme di dalamnya. Pada bak ini dipasang semacam teralis penutup, guna menahan busa yang kadang sangat banyak, supaya tidak melimpah. Foto: Arum Sato
etelah tahapan Biofiltrasi, air ditampung pada bak pengumpul pertama yang lebih besar, Bak Biofilter/Kelder Biofilter, untuk diendapkan. IPA Taman Kota memiliki 2 bak pengumpul sementara: Bak Biofilter/Kelder Biofilter dan Bak Air Bersih.

Dari  Bak Biofilter/Kelder Biofilter, air dipompa untuk selanjutnya melalui tahapan Filtrasi atau penyaringan. Proses penyaringan ini di lakukan di tempat terpisah dari ke-tiga tahapan sebelumnya.

Pada tahapan Filtrasi ini, dilakukan penyaringan sisa partikel padat yang kemungkinan masih terbawa dalam air bersih keluaran dari proses Biofiltrasi. Proses penyaringan ini menggunakan media pasir silika dan pasir gravel. Supaya pasir tetap berfungsi maksimal sebagai media penyaring, dilakukan proses pencucian pasir atau backwash per 24 jam sekali.

“Proses Filtrasi atau penyaringan ini adalah proses untuk menjernihkan air ke tahap maksimalnya,” jelas Febri, staff IPA Taman Kota yang menjadi komandan saat kompasianer blusukan ke bak-bak pengolahan air.

Selanjutnya, air hasil penyaringan ini akan ditampung di bak pengumpul ke-dua, Bak Air Bersih. Nah, tahapan proses pengolahan air yang terakhir adalah Desinfektan, yang dilakukan di dalam Bak Air Bersih tersebut. Yaitu proses removal bakteri dengan menggunakan zat kimia chlorine, atau bahasa umumnya kaporit.

Sebelum didistribusikan, air mengalami pengecekan terlebih dahulu, termasuk kadar chlorine yang perbolehkan. Ketika belum memenuhi angka standar yang ditetapkan, air akan diproses ulang hingga benar-benar sesuai standar. Foto: Arum Sato
Sebelum didistribusikan, air mengalami pengecekan terlebih dahulu, termasuk kadar chlorine yang perbolehkan. Ketika belum memenuhi angka standar yang ditetapkan, air akan diproses ulang hingga benar-benar sesuai standar. Foto: Arum Sato
Setelah bersih dan sesuai standar yang ditetapkan, air dipompa untuk didistribusikan ke pelanggan. Ini pompa yang ada di IPA Taman Kota. Foto: Aum Sato
Setelah bersih dan sesuai standar yang ditetapkan, air dipompa untuk didistribusikan ke pelanggan. Ini pompa yang ada di IPA Taman Kota. Foto: Aum Sato
Dalam proses Desinfektan, tidak semua chlorine hilang. Dalam persentase tertentu (sesuai peraturan yang ditetapkan Kemenkes) disisakan agar dalam proses distribusi air bersih ke pelanggan, proses removal bakteri terus berjalan. Sehingga air yang diterima oleh pelanggan aman untuk dikonsumsi. Dari Bak Air Bersih, dicek terlebih dulu untuk memenuhi standar air bersih sesuai peraturan yang berlaku. Baru setelahnya dipompa dan siap didistribusikan.

“Air dari sini dipompain ke pipa Daan Mogot (pipa 800) dan bercampur air bersih di Distribution Central Reservoir (DCR) 4. Dari Daan Mogot barulah air itu di sebar ke pelanggan. Kawasan Kembangan Utara, Rawa Buaya, Kedaung Kali Angke, Kapuk, Cengkareng Timur, Cengkareng Barat, Tegal Alur, Kamal, Kamal Muara, Pegadungan, Kalideres adalah kawasan yang menjadi pelanggan,” jelas Vita disela obrolan menunggu kompasianer lain selesai blusukan.

Jakarta, 18 November 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun