Mohon tunggu...
Arum Sato
Arum Sato Mohon Tunggu... content writer -

pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Selamatkan Orangutan Sekaligus Lestarikan Hutan

29 Juni 2016   18:50 Diperbarui: 1 Juli 2016   17:00 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangutan dan hutan di Kalimantan Timur. Foto: kompas.com dan BOS Foundation.

Indonesia merupakan negara kepulauan. Sekitar 60% luas wilayahnya adalah hutan, tersebar hampir di seluruh pulau. Kawasan hutan terluas di Indonesia ada Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara, Jawa dan sebagian kecil berada di Bali dan Nusa Tenggara. Namun sungguh ironis. Kenapa?

Ketua Perkumpulan Forest Watch Indonesia (FWI), EG. Togu Manurung, mengatakan bahwa setiap menit hutan seluas tiga lapangan bola hilang. Tercatat dalam kurun waktu 2009-2013, Indonesia kehilangan hutan seluas 4,6 juta hektar. Itu setara dengan luas Provinsi Sumatera Barat, lima kali luas Singapura, atau tujuh kali luas Provinsi DKI Jakarta.

Bahkan Indonesia pernah masuk Guinness Books of Record pada tahun 2008, sebagai negara dengan laju kerusakan hutan paling cepat di antara 44 negara yang masih memilki hutan. Kerusakan terjadi akibat pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian maupun industri kayu. Juga penambangan yang dilakukan untuk mengeruk sumber daya alam mineral dan gas dari perut bumi. Penggundulan juga terjadi untuk pembangunan transportasi dan pemukiman sebagai akibat dari pemekaran wilayah.

Kini, kondisi hutan Indonesia apakah lebih baik? Seperti kita tahu bahwa, beberapa tahun ini bencana kebakaran hutan di beberapa wilayah di Indonesia tak pernah berhenti. Di tahun 2015 berita mengenai asap akibat kebakaran hutan tak pernah absen menghiasi laman depan koran nasional. Segala daya dan upaya telah dilakukan untuk menghentikannya. Salah satunya dengan membuat hujan buatan. Menyiram langsung dengan air melalui pesawat helikopter pun dilakukan. Namun api tak pernah menyerah. Negara tetangga pun ikut gerah, mendapat asap kiriman. Pemerintah kewalahan.

Saat kebakaran, sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, manusia bisa berupaya untuk menyelamatkan diri. Bisa bertahan dengan segala usaha dan prediksi. Lalu, bagaimana dengan makhluk lain, yang mendiami hutan? Kemana mereka berlindung dari amukan api yang merampas habitatnya?

Kita tak bisa berpangku tangan melihat kerusakan hutan dan nasib para penghuninya. Kita harus bergerak menyelamatkan mereka. Foto: arum sato
Kita tak bisa berpangku tangan melihat kerusakan hutan dan nasib para penghuninya. Kita harus bergerak menyelamatkan mereka. Foto: arum sato
Salah satu makhluk tersebut adalah orangutan. Padahal orangutan berperan sangat besar terhadap kelestarian hutan. Orangutan bisa dibilang sebagai pelaku alami penanaman hutan. Orangutan makan buah-buahan yang ada di hutan yang secara tak langsung ia juga menyebar biji-biji buah yang dimakannya. Dai biji-biji tersebut tumbuhlah tanaman baru. Sehingga regenerasi pohon di hutan selalu terjaga.

Ketika hutan sebagai habitat aslinya dirusak, satu-satunya jalan adalah melarikan diri, keluar hutan. Ada juga yang masuk ke perkampungan penduduk yang dekat hutan. Namun apakah mereka sudah aman? Tidak. Ketika masuk ke perkampungan penduduk, mereka ditangkap. Setelahnya, ada yang dipelihara, ada pula yang dibunuh karena dianggap hewan berbahaya. Bila itu anak orangutan maka diambil keuntungan dengan diperjualbelikan. Sungguhkah kita tidak kejam?

Salah satu organisasi yang peduli terhadap nasib orangutan tersebut adalah Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo, Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation. Pada Jumat, 24 Juni 2016 lalu, BOS Foundation bersama Bakti BCA berbagi tentang berbagai upaya penyelamatan orangutan di Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur.

Didirikan pada tahun 1991, Bos Foundation adalah sebuah organisasi non-profit Indonesia yang didedikasikan sebagai pusat rehabilitasi orangutan Borneo dan habitatnya. Salah satu area penyelamatan BOS Foundation adalah Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur.

Lesan dan anaknya. Lesan melahirkan di hutan. Lesan merupakan salah satu orangutan hasil pelepasliaran kembali ke alam oleh BOS Foundation. Foto: BOS Foundation
Lesan dan anaknya. Lesan melahirkan di hutan. Lesan merupakan salah satu orangutan hasil pelepasliaran kembali ke alam oleh BOS Foundation. Foto: BOS Foundation
Dalam upaya penyelamatan orangutan, BOS Foundation bekerjasama dengan masyarakat setempat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia serta organisasi mitra internasional. Saat ini BOS Foundation merawat 700 orangutan dangan 400 karyawan berdedikasi tinggi. Serta para ahli di bidang primata, keanekaragaman hayati, ekologi, rehabilitasi hutan, agroforesti, pemberdayaan masyarakat, komunikasi, edukasi, dan kesehatan orangutan.

BOS Foundation mengambil orangutan yang dipelihara oleh masyarakat lalu merawat dan meliarkan meraka. Setelah dirasa cukup mereka akan dilepasliarkan kembali ke hutan, ke habitat aslinya. Setelah dilepasliarkan mereka dipantau hingga kurang lebih sampai dua tahun. Saat ini, sudah ada lima bayi orangutan di hutan, hasil pelepasliaran BOS Foundation.

Salah satu institusi yang juga peduli terhadap pelestarian habitat satwa yang dilindungi adalah Bank Central Asia (BCA) melalui Bakti BCA. Kali ini Bakti BCA memberi bantuan dana kepada BOS Foundation untuk pelepasliaran orangutan di Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur. Kegiatan pelestarian alam ini merupakan salah satu bentuk dukungan nyata dari salah satu pilar Bakti BCA, yakni Solusi Sinergi. Pemberian donasi ini bukan pertama kalinya. Sejak 2012 Bakti BCA secara teratur memberi donasi kepada BOS Foundation.

Penyerahan donasi secara simbolis dilakukan di Menara BCA, Jl. MH. Thamrin No. 1, Jakarta Pusat pada 24 Juni 2016. Bakti BCA menyerahkan donasi senilai Rp 200 juta. Hadir untuk menyerahkan donasi Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja dan (CEO) BOS Foundation, Jamartin Sihite. Didampingi oleh Corporate Secretary BCA, Inge Setiawati serta Pembina BOS Foundation, Bungaran Saragih.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja (kedua kanan) menyerahkan secara simbolis donasi senilai Rp 200 juta untuk Pelepasliaran Orangutan di Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur, kepada CEO BOS Foundation Jamartin Sihite (kedua kiri), disaksikan oleh Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati (kiri) dan Pembina BOS Foundation Bungaran Saragih (kanan) di Jakarta, Jumat 24 Juni 2016. Foto: arum sato
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja (kedua kanan) menyerahkan secara simbolis donasi senilai Rp 200 juta untuk Pelepasliaran Orangutan di Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur, kepada CEO BOS Foundation Jamartin Sihite (kedua kiri), disaksikan oleh Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati (kiri) dan Pembina BOS Foundation Bungaran Saragih (kanan) di Jakarta, Jumat 24 Juni 2016. Foto: arum sato
“Kami berterima kasih kepada BOS Foundation yang telah berupaya keras untuk melestarikan habitat dan populasi orangutan di Kalimantan Timur. Kami mendukung penuh upaya ini. Jika orangutan bisa diselamatkan, beragam spesies lain juga dapat terselamatkan. Kontribusi ini secara tidak langsung akan menjaga kekayaan ekosistem hutan dan keberlangsungan hidup anak cucu kita di masa depan,” ujar Jahja dalam sambutannya.

BCA sebagai lembaga perbankan terkemuka di Indonesia telah menunjukkan komitmen terhadap pelestarian lingkungan hidup, dalam hal ini konservasi urangutan dan habitatnya. tidak hanya itu saja. BCA juga mendukung pelestarian kawasan penyu yang dilakukan bersama organisasi lingkungan World Wide Funds for Nature (WWF) di kawasan rehabilitasi penyu di Pangumbahan, Jawa Barat.

“Upaya ini juga sekaligus menjadi bentuk dukungan BCA terhadap amanat pemerintah dalam Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017,” jelas Jahja.

Kerjasama BCA dengan BOS Foundation selama ini diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kerjasama-kerjasama lainnya serta dapat menggerakkan kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat. Untuk dapat menciptakan habitat yang lestari bagi satwa-satwa dilindungi.

“Kepedulian dan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap alam, juga sangat diperlukan untuk mengubah perilaku menjadi lebih ramah lingkungan,” tutup Jahja Setiaatmadja.

“Selamatkan orangutan, maka hutan akan selamat. Ketika hutan selamat, kita selamat” (BOS Foundation)

Jakarta, 29 Juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun