Mohon tunggu...
Arum Sato
Arum Sato Mohon Tunggu... content writer -

pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kuliah Online, Solusi Pendidikan untuk Anak Bangsa

3 Juni 2016   20:13 Diperbarui: 3 Juni 2016   22:14 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi, harus bergelar sarjana. Badan Pusat Statistik tahun 2013 mencatat, 111 juta orang Indonesia yang bekerja, hanya 8 juta yang bergelar sarjana, 31 juta adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Diploma 3 (D3). Hadirnya kuliah online (e-learning), merupakan salah satu solusi untuk pendidikan Indonesia berkualitas tanpa batas.

Indonesia tidak sedang kekurangan perguruan tinggi, sehingga tidak banyak menghasilkan sarjana. Ada 4000 lebih perguruan tinggi tersebar di wilayah Indonesia. Baik itu perguruan tinggi negeri (akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, universitas) maupun perguruan tinggi swasta. Namun, perguruan tinggi yang berkualitas di Indonesia, masih terbatas. Demikian yang diungkapkan oleh Novistiar Rustandi, Chief Executive Officer (CEO) HarukaEdu saat acara Kompasiana Nangkring di Pomelotel, 30 April 2016.

Lebih lanjut, Novistiar mengatakan bahwa, dari 4000 lebih perguruan tinggi yang ada, selain yang berkualitas terbatas, jumlah dosen pengajar pun masih minim. Saat ini, perguruan tinggi yang ada di Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa. Tidak mustahil sih bila pemerintah atau swasta ingin mendirikan perguruan tinggi lagi di luar Pulau Jawa, namun akan terkendala masalah yang sama, yaitu kekurangan dosen pengajar.

Dengan banyaknya perguruan tinggi di Indonesia, mengapa hanya sedikit sekali lulusan yang dihasilkan? Seperti kita tahu bahwa untuk sampai ke tingkat perguruan tinggi tidaklah mudah. Persaingan yang ketat serta jauhnya lokasi sumber ilmu tersebut adalah beberapa alasannya. Mahalnya biaya pendidikan merupakan alasan yang paling sering muncul ke permukaan.

Di Indonesia, tidak banyak keluarga yang punya kemampuan untuk menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Banyak anak-anak yang harus puas hanya sampai bangku SMA, bahkan cukup di tingkat SMP karena keterbatasan materi. Mereka sudah harus memulai memikirkan keberlangsungan keluarga.

Ya, mereka harus bekerja untuk membantu menopang ekonomi keluarga. Alhasil, dengan ijazah seadanya, mereka mencari pekerjaan dan berpenghasilan seadanya pula. Ketika sudah bekerja, kebutuhan memperbaiki ekonomi keluarga memang sudah terlaksana. Namun kebutuhan untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi terabaikan.

Selama ini, sudah ada alternative lain yakni mengikuti kuliah kelas karyawan, di perguruan tinggi. Itupun masih terbatas pada beberapa perguruan tinggi saja. Perkuliahan biasanya dilakukan malam hari, seusai jam kerja selesai. Setiap hari atau tiap akhir minggu, karyawan yang nyambi kuliah harus datang ke kampus di mana ia mengambil perkuliahan. Bisa dibayangkan kesibukan wira-wirinya. Belum lagi kalau si karyawan bekerja dengan sistem shift.

Dengan infrastruktur transportasi yang baik, mungkin tidak membutuhkan waktu lama untuk berpindah, dari tempat kerja menuju kampus. Namun di Jakarta, yang masih amburadul sistem transportasinya, tentu menjadi masalah tersendiri, yang tidak bisa dianggap sepele. Beban dan tingkat kecapekan bertambah yang ujungnya akan menurunkan performa karyawan, baik di tempat kerja maupun di kampus.

Melihat beberapa masalah tersebut di atas, Novistiar Rustandi beserta kawan-kawan memutar otak mencari alternative untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Ketemulah solusinya yaitu dengan mendirikan HarukaEdu, startup pendidikan yang menyelenggarakan program kuliah online (e-learning). Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk meraih pendidikan tinggi berkualitas tanpa terbatas pada jarak dan waktu.

HarukaEdu hadir menjembatani antara keterbatasan perguruan tinggi berkualitas dan kebutuhan pendidikan tinggi berkualitas di Indonesia. Dengan menyediakan konten materi perkuliahan dalam bentuk digital yang bisa diakses lebih banyak siswa. HarukaEdu hanya berkolaborasi dengan perguruan tinggi berkualitas, yang sudah terakriditasi A dan B oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Dengan bernaung di bawah bendera PT. Haruka Edukasi Utama, hingga saat ini sudah ada tiga perguruan tinggi yang menjalin kerjasama dengan HarukaEdu, London School of Public Relations (LSPR, akreditasi A), Universitas Wiraswasta Indonesia (UWIN, akreditasi B) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE).

Untuk jenjang Sarjana (S1) bisa mengikuti kuliah online di Universitas Wiraswasta Indonesia (UWIN) dengan program Manajemen, atau di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) dengan program Akuntansi. Untuk jenjang S2 bisa ke London School of Public Relations (LSPR) dengan program Online Master of Art in Communication Studies, Magister Ilmu Komunikasi (M.Si)

“Ke depan kami akan menambah kerjasama dengan lebih banyak perguruan tinggi serta memperbanyak jurusan,” ungkap Novistiar dalam sambutannya.

Kuliah Online = Kuliah Tatap Muka

Riset menyatakan bahwa kualitas sarjana yang dihasilkan oleh kuliah tatap muka dengan kuliah online adalah sama, bahkan bisa lebih baik. Kedisiplinan dan kemandirian dalam belajar pada kuliah online sangat menentukan hasil akhir. Foto: harukaedu
Riset menyatakan bahwa kualitas sarjana yang dihasilkan oleh kuliah tatap muka dengan kuliah online adalah sama, bahkan bisa lebih baik. Kedisiplinan dan kemandirian dalam belajar pada kuliah online sangat menentukan hasil akhir. Foto: harukaedu
Dunia pendidikan tidak bisa mengelak dari kemajuan teknologi. Dengan memanfaatkan teknologi, dunia pendidikan bisa berkembang lebih cepat dan merata. Salah satunya dengan kuliah online ini. HarukaEdu merupakan produk hasil dari kemajuan teknologi, dalam lingkup pendidikan. HarukaEdu adalah salah satu startup pencipta sistem pendidikan online.

Harukaedu bukan universitas, juga bukan perguruan tinggi. Yang ada adalah, HarukaEdu berkolaborasi dengan perguruan tinggi yang telah memiliki izin untuk mengadakan kuliah online. Perguruan tinggi yang bisa menyelenggarakan kuliah online adalah perguruan tinggi yang berakriditasi A dan B.

HarukaEdu membuatkan teknologi informasi, sistem, metode dan materi untuk perguruan tinggi rekanan. Untuk izin kuliah online, pendaftaran, dosen maupun kurikulum adalah tanggungjawab perguruan tinggi sepenuhnya. Nah, yang mengeluarkan ijazah nantinya adalah perguruan tinggi yang bersangkutan, tempat di mana siswa mendaftar kuliah online.

Jadi, mahasiswa yang mengikuti kuliah online akan mendapatkan ijazah yang sama dengan mahasiswa yang mengikuti kuliah tatap muka. Dengan demikian, ijazah dengan sistem kuliah online memiliki legitimasi yang sama dengan ijazah sistem kuliah tatap muka.

Dengan adanya teknologi, proses perkuliahan online ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-masing siswa. Siswa tidak harus datang ke kampus setiap untuk belajar. Tapi siswa bisa mempelajari materi secara online sampai benar-benar paham, bahkan bisa mengulang materi yang sudah diberikan. Di sini, kemandirian dan kedisiplinan siswa sangat menentukan.

Materi diberikan melalui sebuah sistem Learning Management System (LMS) dalam bentuk video, audio, materi presentasi, forum diskusi, serta live chat. Yang perlu diingat bahwa kuliah online tidak menggantikan posisi dosen. Dosen tetap ada dan dibutuhkan dalam perkuliahan online ini. Karena meskipun materi kuliah bisa diakses online, tetapi ada kebutuhan tatap muka dengan dosen di kampus. Hanya, dosen yang mengusai teknologi akan menggantikan dosen yang tidak menguasai teknologi. Dalam forum diskusi dan live chat inilah secara online dosen berperan. Pada kuliah online tetap ada sidang dan skripsi, sama halnya dengan kuliah tatap muka.

“Sistem pendidikan e-learning di HarukaEdu tidak 100% online, tetapi hybrid atau blended learning antara offline dan online. Siswa masih diharuskan untuk datang ke kampus beberapa kali dalam satu semester, untuk mengikuti ujian yang dilakukan offline yang diawasi oleh dosen penguji, seperti halnya yang terjadi di kuliah tatap muka ,” rinci Novistiar lebih jelas.

Dengan kuliah online, siswa di mana saja bisa mengikutinya, dan tidak harus datang ke kampus setiap hari. Dengan begitu biaya kuliah bisa ditekan karena tidak adanya biaya transportasi maupun biaya tempat tinggal (bagi siswa indekost). Maka secara otomatis pula akan bisa dijangkau oleh kalangan mana saja.

Menurut Novistiar Rustandi, CEO HarukaEdu, saat ini biaya kuliah online berkisar Rp. 500.000,- hingga Rp. 750.000,- per bulan. Dengan biaya yang bisa dijangkau, harapannya orang-orang yang selama ini terbentur biaya kuliah bisa melanjutkan pendidikannya tanpa meninggalkan pekerjaan dan keluarganya. Sembari bekerja sembari membekali diri dengan pendidikan tinggi berkualitas.

Jadi, kemajuan teknologi yang kalau kita terapkan secara benar akan bisa membantu dan membuat hasil belajar lebih efektif dan fleksible sehingga menghasilkan kualitas sarjana yang baik pula.

“Jangan takut dengan teknologi, karena teknologi tidak bisa dihindari. Teknologi juga tidak akan menggantikan kita. Tapi kita harus menguasai teknologi supaya teknologi tidak menguasai kita,” pungkas Novistiar Rustandi.

Jakarta, 03 Juni 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun