Tari Bedhaya Diradameta disajikan oleh 7 orang penari putra dengan garap gerak tari alus gaya Mangkunegaran. Tarian ini dilengkapi dengan tombak dan gendhewa (panah), dengan kostum penarinya dengan desain dodot ageng.
![Penampilan 7 penari pria dalam membawakan Tarian Bedhaya Diradameta di Gedung Kesenian Jakarta, 11 Mei 2016. Foto: arum sato](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/22/bedhaya-diradameta-57417d36707a61ba079b5813.jpg?t=o&v=555)
Pagelaran seni tari Langen Beksa Adiluhing Kraton Nusantara merupakan salah satu cara yang dilakukan keluarga keraton untuk menumbuhkan rasa cinta dan memiliki (handarbeni) terhadap potensi budaya leluhur. Juga sebagai ajang silaturahmi yang kiranya dapat mempererat jalinan kekerabatan dalam upaya menyatukan trah kekerabatan (ngumpulake balung pisah).
“Keraton sebagai pusat kebudayaan, nyata-nyata menjadi sebuah wujud sumber kekayaan budaya yang merupakan Saka Guru dari kepribadian bangsa, menjadi sebuah jatidiri kebangsaan dalam sebuah negara,” tutur Raden Mas Danang Purbaningrat, Ketua Penyelenggara Pagelaran Langen Beksa Adiluhing Keraton Nusantara.
Sejarah budaya juga dapat kita jadikan sebagai cermin untuk mengambil nilai dan hikmah positifnya serta sarana untuk belajar. Jangan sampai generasi berikutnya kehilangan jejak (kepaten obor) dari warisan budaya leluhurnya sendiri. [Arum Sato]
Jakarta, 22 Mei 2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI