“Punya fotonya, tapi di laptop pribadi dan tidak saya bawa waktu pelatihan kemarin. Di hape pun saya juga tidak menyimpan,” terang Mohamad R. Qohar kepada juri dan kompasianer.
Menulis adalah hal baru bagi Mohamad R. Qohar. Dengan pelatihan singkat, efektif hanya 4 hari, maka output nya pun belum bisa maksimal. Terbukti dengan hanya 3 artikel yang dihasilkan dalam rentang waktu 4 hari (20-23 April 2016)
Dua tulisan lainnya adalah Ada Apa di Pasar Palmerah? dan Listrik Token, Cara PLN Disiplinkan Pelanggan untuk Penggunaan Listrik yang Lebih Teratur. Dari membaca hasil tulisan tersebut dan presentasi saat penjurian, saya bisa merasakan effort yang dilakukan Mohamad R. Qohar. Kurang pendalaman, iya, cara penulisan masih kurang bagus dan saat dibaca belum enak.
Tapi saya yakin dan berharap nantinya Mohamad R. Qohar dapat terus berlatih membuat konten yang bagus dan menarik. Karena dari berlatih itulah akan nampak hasil nyata sesungguhnya. Apalagi ilmu mengetik 10 jari sudah dipunyai. Tinggal belajar mencari ide dan menumpahkannya ke atas keybord. Semangat terus Pak Qohar! Lupakan sejenak kecemburuan istri untuk bisa menjadi humas yang lebih baik.
Peserta kedua adalah Sumber Arustie Utami. Beliau saat ini adalah Humas PT PLN Transmisi Jawa Bagian Barat yang berkantor di Gandul, Kota Depok, Jawa Barat. Tulis menulis sudah menjadi bagian dari kesehariannya sebagai seorang humas perusahaan. Itu sebabnya ia pun mengalir dengan memosting 5 tulisan dalam rentang waktu 5 hari (19-23 April 2016).
Artikel pertamanya tentang reportase Tim Elite PLN: Bekerja Tanpa Padam. Artikel opini beliau Listrik Aman, Masyarakat Nyaman. Di artikel-artikel tersebut, beliau menulis hal-hal teknis yang terlalu teknis. Membacanya seperti kita membaca berita. Sudah bagus sih hanya mungkin penggunaan bahasa yang masih terlalu formal.
Tapi di artikel feature Pantang Pulang Sebelum Nyala, beliau lebih luwes menuliskannya. Enak dan menarik saat dibaca. Saat presentasi penjurian, kelihatan banget bahwa beliau akrab dan terbiasa dengan audience. Sangat lancar menjawab dan menerangkan kepada juri dan kompasianer yang hadir.
Pertanyaan serius terhadap beliau datang dari Pak Okto Rinaldi, Kepala Divisi Talenta PT. PLN. Sejauh mana program Akademi Menulis Kompasiana-PLN bisa menaikkan positioning PLN? Dengan baik dan lancar, beliau menjawab pertanyaan tersebut meski jawaban tak sepenuhnya sesuai dengan harapan dari Pak Okto Rinaldi.
Seperti kita tahu bahwa selama ini masyarakat selalu memandang bahwa PLN itu identik dengan pemadaman, bukan penerangan. Ketika listrik padam, sudah pasti publik menghujat dan mencaci PLN. Jatuhlah citranya sebagai perusahaan penyedia jasa penerangan.
Salah satu kegiatan yang dilakukan PLN dalam hal Hubungan Masyarakat adalah memberdayakan para humas untuk berkomunikasi dan mengomunikasikan dengan baik kepada masyarakat luas. Untuk mengubah opini masyarakat kalau PLN diingat ketika gelap, ketika terang PLN terlupakan. Setidaknya ingatlah PLN selalu sebagai perusahaan jasa penerangan, baik pada saat gelap maupun terang.