Mohon tunggu...
Arum Sato
Arum Sato Mohon Tunggu... content writer -

pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pegawai PLN Nulis Listrik di Akademi Menulis Kompasiana-PLN

2 Mei 2016   18:47 Diperbarui: 3 Mei 2016   02:02 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Gedung Udiklat Jakarta, Jln. Letjend S. Parman, No. 27, Slipi, Jakarta Barat. Di gedung inilah Penjurian Akademi Menulis Kompasiana - PLN di selenggarakan pada Senin, 25 April 2016. foto: setyaningrum.

Mereka bekerja di Perusahaan Listrik Negara (PLN). Mereka paham tentang listrik. Kemudian, mereka mengikuti Akademi Menulis Kompasiana agar leluasa mengomunikasikan tentang listrik kepada publik. Mari kita sambut mereka sebagai bagian dari keluarga besar Kompasiana.

Saya dan beberapa kompasianer beruntung bisa mengikuti proses Penjurian Akademi Menulis Kompasiana - PLN pada Senin, 25 April 2016 lalu. Acara ini sekaligus bertajuk Kompasiana Coverage, yang di selenggarakan di kantor PLN, di Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat) Jakarta, Jln. Letjend S. Parman, No. 27, Slipi, Jakarta Barat.

Proses penjurian ini adalah bagian akhir dari Akademi Menulis Kompasiana – PLN. Sebelumnya, telah diawali dengan blog competition dengan tema Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik periode 8-21 April 2016. Dilanjutkan dengan pelatihan dan praktek magang di kantor Kompasiana, Gedung Kompas Gramedia, Unit II Lt. 6, Jl. Palmerah Barat No. 29 – 37, Jakarta.

Sebelum penjurian di mulai, acara pembukaan dan sambutan di berikan oleh Wisnu Satrijono selaku General Manager Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Perusahaan Listrik Negara (GM Pusdiklat PLN). Dalam sambutannya, Wisnu Satrijono menyampaikan bahwa beliau mewakili Direktur Human Capital Management (HCM) PLN, Mochamad Ali.

“Seharusnya Pak Mochamad Ali hadir bersama kita pagi ini. Beliau adalah inisiator kegiatan Akademi Menulis Kompasiana-PLN ini,” tutur Wisnu Satrijono lebih lanjut.

Menurut Wisnu Satrijono, PLN baru merasakan bahwa selama ini terlalu banyak mengurusi hal-hal yang teknis, tapi melupakan hal lain yang sama pentingnya, yaitu komunikasi. Selama ini, PLN belum mengomunikasikan apa-apa yang telah mereka capai, yang telah mereka lakukan kepada masyarakat luas. Kelupaan yang berimbas pada buruknya citra PLN. Di mana buruknya?

Banyaknya berita-berita negatif tentang PLN bertebaran di internet. Tentang pemadaman listrik, pelayanan yang kurang prima, ribetnya penyambungan baru adalah beberapa diantaranya. Dulu, masyarakat komplain hanya dengan menelpon langsung kantor PLN. Tapi di era modern ini, masyarakat tidak cukup hanya menelpon, dengan respon yang tidak atau kurang memuaskan. Masyarakat lebih memilih “curhat” di media sosial mereka tentang keluhan yang mereka alami. Di Facebook, Twitter, bahkan menyalurkan keluhan mereka ke stasiun radio dan surat kabar. Untuk apa? Supaya keluhan mereka didengar dan ditindaklanjuti.

Dari hal-hal sepele seperti ini seharusnya PLN bisa mendapatkan pelajaran bahwa, mereka harus belajar mendengar. Tidak saja menampung keluhan pelanggan, tapi juga mendengar dan memperbaiki komunikasi dengan pelanggan. Karena di mana-mana yang namanya pelanggan itu pasti menginginkan keluhannya segera ditindaklanjuti dengan cepat. Serta ada hasil nyata.

Dengan diadakannya Akademi Menulis Kompasiana-PLN ini, para pemagang dituntut tidak hanya menjadi staff humas saja. Diharapkan, mereka bisa bisa menjadi duta PLN yang bisa memberi informasi yang sesuai dan benar kepada masyarakat.

Dengan menjadi duta PLN, pemagang diharapkan untuk bisa mengomunikasikan kepada masyarakat bahwa, PLN tidak tinggal diam. Banyak hal yang sudah dilakukan untuk memberi yang terbaik kepada masyarakat luas.

sambutan-peserta-572739178e7e610f0aa353ea.jpg
sambutan-peserta-572739178e7e610f0aa353ea.jpg
Duduk di depan dari kanan-kiri: Pepih Nugraha (COO Kompasiana), Wisnu Satrijono (GM Pusdiklat PT. PLN),  I Made Suprateka (Kepala Satuan Komunikasi Korporat PT. PLN). Serta para pemagang dan kompasianer. Foto: setyaningrum.

***

Selama pelatihan, Kang Pepih, panggilan akrab untuk Pepih Nugraha, selalu memberi semangat kepada peserta magang bahwa, tidak ada istilah terlalu tua untuk belajar berinternet atau bermedia sosial. Salah satu media sosial tersebut adalah Kompasiana. Saya pun ikutan tersemangati nih dengan statement Kang Pepih tersebut. Mengingat usia saya yang sudah seperempat abad ini juga harus terus belajar supaya tak tertinggal jauh dengan generasi muda saat ini. Hehehe

Nah, selama seminggu magang tersebut, menurut Kang Pepih, peserta magang diajarkan bagaimana cara mengisi media sosial dengan konten yang dibuat sendiri. Pemagang bukan diajari untuk menjadi seorang penulis. Tapi diajari tentang kebaikan-kebaikan dalam membuat sebuah konten yang bermanfaat untuk orang lain, yang berkaitan dengan perusahaan tempat mereka mengabdi.

Pelatihan tidak hanya cara menulis, tapi juga cara memfoto, juga membuat video dan audio, bila diperlukan dalam sebuah konten. Karena konten sendiri memang tidak terbatas dalam bentuk tulisan atau teks, tapi bisa berupa visual dan audio visual.

Dengan begitu nantinya mereka bisa berkomunikasi dengan masyarakat di media sosial dengan baik. Bisa mencerahkan masyarakat dengan informasi maupun solusi terkait kelistrikan. Sehingga setiap insan PLN adalah humas, baik humas bagi perusahaan maupun humas bagi dirinya sendiri. Diharapkan pula nantinya masyarakat bisa mengerti dan menerima informasi yang benar dari pihak yang tepat. Supaya tak ada lagi penghakiman bahwa PLN itu harus begini tidak boleh begitu. Karena bagaimanapun juga, PLN adalah milik kita bersama, bukan milik perseorangan. Perlu kiranya kita dukung, ataupun kita kritik demi kemajuan yang lebih baik.

peserta-dan-dewan-juri-5727393e2f97738b096cd0a8.jpg
peserta-dan-dewan-juri-5727393e2f97738b096cd0a8.jpg
Foto bersama seluruh peserta magang dari PT. PLN dan Tim Kompasiana beserta para dewan juri sebelum penjurian dimulai. Foto: setyaningrum.

Mekanisme Teknis Uji Peserta

Kegiatan Akademi Menulis Kompasiana-PLN ini merupakan kegiatan pertama yang dilakukan oleh PLN. Ini sesuai dengan yang dikatakan Ridho Hutomo dalam sambutannya. “Seperti pesan Pak Ali bahwa PLN ingin menjadi pioneer, makanya harus menjadi yang pertama pula dalam program-progam seperti ini,” tutur Ridho Hutomo, Manager Udiklat Palembang.

Mekanisme teknis uji atau check point peserta magang adalah sebagai berikut:

- Dari 20 peserta awal, efektif terpilih 14 peserta magang

- 14 peserta magang dibagi menjadi tiga kelompok dengan tiga juri dan beberapa kompasianer sebagai komentator atau penanya. Tiga kelompok tersebut di tempatkan di tiga ruangan berbeda.

- Per peserta magang diberi kesempatan 10 menit untuk mempresentasikan hasil karyanya

- Para juri dan kompasianer diberi kesempatan membahas hasil karya peserta magang selama 40 menit

Tiga ruangan yang dimaksud adalah ruang Imam Bonjol, ruang Diponegoro dan ruang Teuku Umar. Dari nama-nama ruangan saja sudah kelihatan keinginan PLN menjadi pioneer, menggunakan nama pahlawan nasional. Dua ruangan terakhir berada d lantai dua, sedangkan ruang Imam Bonjol berada di lantai tiga.

Kebetulan saya berada dalam ruangan Imam Bonjol. Juri yang ditunjuk di ruang Imam Bonjol adalah: Content and Comunity Editor Kompasiana, Nurulloh, Fofografer Kompas.com, Roderick Adrian Mozes dan Manager Udiklat Palempang, Ridho Hutomo. Sejatinya Pak Ridho hanya menggantikan posisi dari Kepala Divisi Talenta PT. PLN, Okto Rinaldi, yang baru bisa bergabung di pertengahan diskusi. Namun malah menjadi juri hingga akhir diskusi.

Teknis uji atau check point yang dimaksud di sini adalah peserta melaporkan kegiatan selama magang di Kompasiana. Mekanisme pembagian per ruangan ini seperti diskusi panel. Baik peserta, juri maupun komentator berbaur menjadi satu dalam satu topik. Dan ini sangat bagus sekali karena peserta tidak merasa diinterogasi, tapi berdiskusi. Dan itu memang yang terjadi di dalam ruangan-ruangan tersebut.

Hasil Karya Peserta di Ruang Imam Bonjol

Ruang Imam Bonjol mendapat 4 peserta magang. Mereka adalah Mohamad R. Qohar, Sumber Arustie Utami, Agus Yuswanta, dan Moh Arief Fatchiudin. Peserta mempresentasikan hasil karyanya di depan juri dan kompasianer secara bergiliran.

qohar-57273975959373a414efe87d.jpg
qohar-57273975959373a414efe87d.jpg
Mohamad R. Qohar saat menyampaikan presentasinya di depan para juri dan kompasianer di ruangan Imam Bonjol, di gedung Udiklat Jakarta. Foto: setyaningrum.

Peserta pertama adalah Mohamad R. Qohar. Beliau adalah Analyst Komunikasi dari Distribusi Jakarta Raya (Disjaya). Kehumasan adalah hal baru yang jalani olehnya. Menulis adalah merupakan hal yang benar-benar baru baginya. Sebelumnya ia adalah seorang akuntan. Itu sebabnya, artikel pertamanya sama sekali tidak ada kaitannya dengan tempat ia bekerja. Artikel pertama dan sangat berkesan baginya adalah tentang liburan: Menikmati Sensasi Grand Canyon di Green Canyon. Sayangnya, di artikel tersebut ia memakai ilustrasi dari internet.

“Punya fotonya, tapi di laptop pribadi dan tidak saya bawa waktu pelatihan kemarin. Di hape pun saya juga tidak menyimpan,” terang Mohamad R. Qohar kepada juri dan kompasianer.

Menulis adalah hal baru bagi Mohamad R. Qohar. Dengan pelatihan singkat, efektif hanya 4 hari, maka output nya pun belum bisa maksimal. Terbukti dengan hanya 3 artikel yang dihasilkan dalam rentang waktu 4 hari (20-23 April 2016)

Dua tulisan lainnya adalah Ada Apa di Pasar Palmerah? dan Listrik Token, Cara PLN Disiplinkan Pelanggan untuk Penggunaan Listrik yang Lebih Teratur. Dari membaca hasil tulisan tersebut dan presentasi saat penjurian, saya bisa merasakan effort yang dilakukan Mohamad R. Qohar. Kurang pendalaman, iya, cara penulisan masih kurang bagus dan saat dibaca belum enak.

Tapi saya yakin dan berharap nantinya Mohamad R. Qohar dapat terus berlatih membuat konten yang bagus dan menarik. Karena dari berlatih itulah akan nampak hasil nyata sesungguhnya. Apalagi ilmu mengetik 10 jari sudah dipunyai. Tinggal belajar mencari ide dan menumpahkannya ke atas keybord. Semangat terus Pak Qohar! Lupakan sejenak kecemburuan istri untuk bisa menjadi humas yang lebih baik.

dhini-5727399c999373390767b7ec.jpg
dhini-5727399c999373390767b7ec.jpg
Sumber Arustie Utami atau akrab dipanggil Dhini Utami, saat menyampaikan presentasinya di depan para juri dan kompasianer di ruangan Imam Bonjol, di gedung Udiklat Jakarta. Foto: setyaningrum.

Peserta kedua adalah Sumber Arustie Utami. Beliau saat ini adalah Humas PT PLN Transmisi Jawa Bagian Barat yang berkantor di Gandul, Kota Depok, Jawa Barat. Tulis menulis sudah menjadi bagian dari kesehariannya sebagai seorang humas perusahaan. Itu sebabnya ia pun mengalir dengan memosting 5 tulisan dalam rentang waktu 5 hari (19-23 April 2016).

Artikel pertamanya tentang reportase Tim Elite PLN: Bekerja Tanpa Padam. Artikel opini beliau Listrik Aman, Masyarakat Nyaman. Di artikel-artikel tersebut, beliau menulis hal-hal teknis yang terlalu teknis. Membacanya seperti kita membaca berita. Sudah bagus sih hanya mungkin penggunaan bahasa yang masih terlalu formal.

Tapi di artikel feature Pantang Pulang Sebelum Nyala, beliau lebih luwes menuliskannya. Enak dan menarik saat dibaca. Saat presentasi penjurian, kelihatan banget bahwa beliau akrab dan terbiasa dengan audience. Sangat lancar menjawab dan menerangkan kepada juri dan kompasianer yang hadir.

Pertanyaan serius terhadap beliau datang dari Pak Okto Rinaldi, Kepala Divisi Talenta PT. PLN. Sejauh mana program Akademi Menulis Kompasiana-PLN bisa menaikkan positioning PLN? Dengan baik dan lancar, beliau menjawab pertanyaan tersebut meski jawaban tak sepenuhnya sesuai dengan harapan dari Pak Okto Rinaldi.

Seperti kita tahu bahwa selama ini masyarakat selalu memandang bahwa PLN itu identik dengan pemadaman, bukan penerangan. Ketika listrik padam, sudah pasti publik menghujat dan mencaci PLN. Jatuhlah citranya sebagai perusahaan penyedia jasa penerangan.

Salah satu kegiatan yang dilakukan PLN dalam hal Hubungan Masyarakat adalah memberdayakan para humas untuk berkomunikasi dan mengomunikasikan dengan baik kepada masyarakat luas. Untuk mengubah opini masyarakat kalau PLN diingat ketika gelap, ketika terang PLN terlupakan. Setidaknya ingatlah PLN selalu sebagai perusahaan jasa penerangan, baik pada saat gelap maupun terang.

agus-yuswanta-572739b8b37a616d083a5587.jpg
agus-yuswanta-572739b8b37a616d083a5587.jpg
Agus Yuswanta saat menyampaikan presentasinya di depan para juri dan kompasianer di ruangan Imam Bonjol, di gedung Udiklat Jakarta. Foto: setyaningrum.

Peserta ketiga adalah sosok Agus Yuswanta. Beliau adalah Deputy Manager Hukum dan Humas dari PLN wilayah Bangka Belitung. Menulis adalah sesuatu yang tak asing baginya, karena memang selama ini ia seorang humas. Selama mengikuti kegiatan magang di Kompasiana, praktis ia sangatlah aktif dengan menghasilkan 6 artikel dalam rentang waktu seminggu (18-24 April 2016).

Tiga artikel sempat di presentasikan di ruang Imam Bonjol waktu itu. Kisah Pulihkan Listrik Saat Banjir : Dani, Empat Jam di Atas Pohon, Transmisi 150 kV Selesaikan Pemadaman di Bangka, dan Enda, di Balik Bersihnya Pasar Palmerah. Ketiganya mewakili artikel feature, opini dan foto essay.

Dari ketiganya tersebut, artikel opini Transmisi 150 kV Selesaikan Pemadaman di Bangka yang saya kira cukup inspiratif dan sangat relevan tentang kelistrikan. Dari artikel ini saya bisa mengerti dan paham tentang mangapa ada pemadaman secara bergilir. Ternyata, dalam pemadaman bergilir ada upaya penghematan listrik dan efektifitas penggunaan listrik yang dilakukan. Di artikel tersebut juga ada harapan Agus Yuswanta terhadap dukungan dan peran pemerintah daerah Bangka Belitung serta masyarakat sekitar dalam pembangunan infrastruktur kelistrikan di sana. Demi ketersediaan pasokan listrik di wilayah Bangka Belitung.

Bagi saya, presentasi dari Agus Yuswanta secara keseluruhan cukup komprehensif. Cukup menarik dan mewakili tentang apa saja teori yang dipelajari dan pengaplikasian dalam bentuk artikel atau tulisan yang disesuaikan dengan fakta kondisi di lapangan. Semoga ke depannya, PLN bisa mempunyai Agus-Agus lain yang menginspirasi dalam menyampaikan informasi kelistrikan.

arief-572739d32f977320086cd0ed.jpg
arief-572739d32f977320086cd0ed.jpg
Moh Arief Fatchiudin saat menyampaikan presentasinya di depan para juri dan kompasianer di ruangan Imam Bonjol, gedung Udiklat Jakarta. Foto: setyaningrum.

Peserta ke-empat atau terakhir adalah sosok Moh Arief Fatchiudin. Beliau dari PLN Pusat Sertifikasi (PLN Pusertif) Jakarta dari bagian pengembangan usaha sebagai Supervisor Pemasaran. Sama halnya dengan peserta pertama, beliau ini baru dalam hal kehumasan. Beliau sama sekali belum pernah menulis di media sosial.

Tapi dengan mengikuti Akademi Menulis Kompasiana-PLN, 4 artikel berhasil dibuat oleh sosok Moh Arief Fatchiudin, dalam rentang waktu 4 hari (20-23 April 2016). Sebuah kemajuan yang signifikan, mengingat untuk ber-chat ria melalui wa saja beliau ini mengaku sangat malas.

Dualisme Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan, Haruskah Ada pada Kementerian ESDM?, Dua Tahun Jelang Pensiun, Joko Santoso Tetap Berdedikasi, Kemandirian Ibu Murti, Penjual Nasi di Palmerah,dan Pepih Nugraha Berbagi Tips Menulis adalah tulisan yang dihasikan Moh Arief Fatchiudin.

Dalam tulisan opini beliau menulis Dualisme Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan, Haruskah Ada pada Kementerian ESDM? Dalam artikel tersebut, saya melihat keluhan yang sangat terkait dan relevan dengan pekerjaannya sebagai Supervisor Pemasaran di PLN. Juga himbauan kepada pemerintah pusat untuk tidak membuat dua aturan pada kegiatan yang sama, sehingga membingungkan penyelenggara di lapangan. Kebingungan untuk mengikuti aturan mana yang harus dipegang dalam menjalankan regulasi.

Dengan penuh semangat, beliau juga mempresentasikan ilmu yang di dapat selama mengikuti Akademi Menulis Kompasiana-PLN. Dan ketika ada perintah untuk membuat video, beliau dengan kreatif berhasil menggabungkan foto-foto hasil bidikan hape ke dalam bentuk video. 

Bagi saya ini adalah sebuah gerak refleks yang bagus dan perlu di kembangkan. Bisa dengan topik seputar pekerjaan di kantor atau seputar PLN secara keselurahan. Saya mengapresiasi video beliau. Meski ada kekurangannya yaitu sangat minim informasi dalam video-gambar tersebut. Artinya tidak terlalu banyak bicara. Next time mungkin bisa ditaruh teks berjalan atau audio di dalamnya supaya lebih hidup.

juri-57273a0f927a61cb0781f0c6.jpg
juri-57273a0f927a61cb0781f0c6.jpg
Dari kanan-kiri: Okto Rinaldi (Kepala Divisi Talenta PT. PLN), Nurulloh (Content and Comunity Editor Kompasiana), Roderick Adrian Mozes (Fofografer Kompas.com), serta Ridho Hutomo (Manager Udiklat Palempang). Fot: setyaningrum.

Saya pun tersemangati oleh para peserta pemagang dalam mengikuti Akademi Menulis Kompasiana-PLN ini. Untuk itu, saya pun belajar membuat video. Selama ini saya hanya belajar menulis, serta memfoto dengan baik, meski hasilnya belum seberapa. Ketika mengikuti penjurian dan diskusi panel, saya sempat memvideokan dua kegiatan presentasi dari Agus Yuswanta dan Moh Arief Fatchiudin. 

Hasil video saya bisa di lihat di bawah ini. Saya membuat video secara spontan dan pertama kalinya saya mengunggah di youtube. Mohon maaf bila kurang memuaskan, hehehe.



Bagi saya pribadi, hasil video tersebut belum memuaskan. Saya baru belajar saat itu juga. Mudah-mudahan nantinya saya bisa membuat video dengan lebih baik.

Kira-kira itulah pengalaman yang saya peroleh dalam mengikuti penjurian dan diskusi panel dengan teman-teman pemagang PLN. Dan acara hari itu di tutup dengan pengumuman pemenang blog competition serta pemenang aktivitas pada saat acara berlangsung, livetweet competition dan penanya terbaik.

Oh, ya. Dari hasil penjurian tersebut, terpilih peserta magang Akademi Menulis Kompasiana-PLN terbaik dari Sumatera Barat, Emmeilia Tobing. Teman-teman peserta magang, kalian luar biasa menginspirasi. Selamat datang di Kompasiana, salam inspiratif dari saya.

kompasianer-welfi-57273a31ec9673f91370498e.jpg
kompasianer-welfi-57273a31ec9673f91370498e.jpg
Teman-teman kompasianer foto bersama di saat penjurian telah selesai. Foto: setyaningrum.

Oleh Setyaningrum

Jakarta, 2 Mei 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun