[caption caption="Foto kiri: theresonanz.com. Foto kanan: IMAGES DYNAMICS (Heny Janawati dan Harland Hutabarat sebagai Carmen dan Escamillo)."][/caption]Carmen merupakan salah satu kisah opera yang sangat populer dan paling sering diangkat ke atas panggung opera dunia. Di Covent Garden, Inggris, sudah dipentaskan lebih dari 500 kali.
Opera ini tentang kisah tragis perebutan hati wanita, Carmen. Dipentaskan pertama kali di Opéra-Comique, Paris tahun 1875. Pada tanggal 16-17 April 2016, untuk pertama kali Carmen tampil di Jakarta. Masyarakat Indonesia bisa menyaksikan pertunjukan kelas dunia tanpa harus berkunjung ke luar negeri.
"Opera menjadi literatur musik klasik yang paling lengkap karena menyuguhkan overture, solo, duet, aria, paduan suara, dan sebagainya. Ini adalah paduan karya seni tingkat tinggi yang menggabungkan musik dan sastra," kata Avip Priatna, Direktur The Resonanz Music Studio, dalam konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya pada Senin, 4 April 2016.
Buah karya Georges Bizet ini akan dipentaskan di Ciputra Artpreneur Theater, Ciputra World 1, Kuningan, Jakarta Selatan pada Sabtu-Minggu, 16-17 April 2016. Pertunjukan Carmen ini didukung pula oleh Bakti Budaya Djarum Foundation.
“Sebagai lembaga pendidikan musik, The Resonanz Music Studio konsisten mendekatkan musik klasik kepada masyarakat melalui beragam pertunjukan orkestra yang spektakuler. Karya indah ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki posisi penting dalam pergerakan musik klasik di kancah internasional,” ujar Billy Gamaliel, Program Associate Bakti Budaya Djarum Foundation
Carmen akan dipentaskan sesuai dengan naskah aslinya. Spanyol abad ke-19 menjadi latar belakangnya. Seluruh pertunjukan akan dibawakan dalam bahasa Prancis, yang diarahkan oleh sutradara asal Belanda, Jos Gronier serta pelatih vokal berdarah Jepang-Hawai, Brian Masuda.
“Bekerja sama dengan musisi Indonesia seperti Avip Priatna dan The Resonanz Music Studio merupakan hal baru bagi saya namun saya kagum akan disiplin dan kemampuan mereka dalam musik klasik sehingga tidak heran banyak penghargaan internasional yang mereka peroleh. Indonesia harus bangga akan kemampuan mereka,” tutur Jos Groenier di Galeri Indonesia Kaya.
Pertunjukan berdurasi dua jam ini akan melibatkan 42 musisi, 42 penyanyi, 35 anak-anak, dan 12 solis. Antara lain: Heny Janawati, Farman Purnama, Harland Hutabarat, Birgitta Sisca, Rainier Revireino, Hari Santosa, Fitri Muliati, Valentina Aman, Alvin Tobing dan Renno Krisna. Juga melibatkan Taba Sanchabakhtiar sebagai penata multimedia, Sadat Effendy sebagai penata suara dan Iwan Hutapea sebagai penata suara.
[caption caption="Dari kanan-kiri: Jos Groenier (Sutradara), Avip Priatna (Direktur The Resonanz Music Studio), Heny Janawati (pemeran Carmen), Ninok Leksono (pengamat opera), Billy Gamaliel (Program Associate Bakti Budaya Djarum Foundation). Foto: IMAGES DYNAMICS"]
"Saya benar-benar sangat terkesan dengan kemampuan Happy waktu menonton monolog Inggit. Saya ingin menampilkan kisah klasik kelas dunia ini dengan apa yang Indonesia punya," tutur Avip Priatna di Galeri Indonesia Kaya.
Pertunjukan Carmen ini kolaborasi antara The Resonanz Children's Choir, Batavia Madrigal Singers, dan Jakarta Concert Orchestra. Ketiganya di bawah asuhan Avip Priatna, sang konduktor pertunjukan. Pertunjukan itu merupakan bagian dari perayaan 20 tahun Batavia Madrigal Singers. Di tahun 2006, pada ulang tahunnya yang ke 10, Batavia Madrigal Singers sukses menampilkan Opera Samson et Dalila karya Camille Saint-Saëns.