[caption caption="Tiga gelas “kopi sianida” hasil percobaan di lakukan di laboratorium Universitas Indonesia oleh Budiawan, Ahli Toksikologi Universitas Indonesia beserta tim. Foto: setyaningrum"][/caption]
Wilayah Indonesia itu luas, sangat luas. Luas daratan Indonesia adalah 1.919.440 kilometer persegi (km²) memanjang dari Sabang sampai Merauke. Luas lautan indonesia hampir dua kali luas daratan yaitu 3.257.483 kilometer persegi (km²). Memiliki 17.508 pulau dengan total penduduk 255 juta jiwa. Sekiranya itu yang saya tahu. Luas dan kaya sumber daya manusia, itulah Indonesia.
Namun, luasnya wilayah Republik Indonesia dan banyaknya sumber daya manusia yang dimiliki ternyata berbanding lurus dengan permasalah yang ditimbulkannya. Ketimpangan sosial yang semakin besar, tidak meratanya taraf pendidikan masyarakat, kriminalitas yang tidak kecil adalah beberapa masalah yang muncul ke permukaan. Belum lagi kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang kadang menimbulkan ketimpangan tersebut semakin nampak.
Permasalahan yang timbul di masyarakat kadang tak membuat pemerintahan tanggap untuk beraksi. Maklum, tak mudah mengawasi republik yang begitu luas ini. Sehingga waktu yang dibutuhkan pemerintah untuk memahami sekaligus menyelesaikan persoalan–persoalan yang muncul di tengah masyarakat tidak sebentar. Seperti kasus “kopi sianida” yang masih menjadi perbincangan hangat publik sejak awal tahun ini.
Namun media tidak menunggu instruksi pemerintah untuk bekerja. Media akan terus bekerja tanpa surat perintah pemerintah, namun bekerja menjalankan kodratnya as a gate keeper and agen of change, watchdog.
[caption caption="Acara Bincang Sapa di Bentara Budaya Jakarta pada 20 Februari 2016 dengan nara sumber (dari kiri ke kanan): Mercy Tirayoh (Reporter Berkas Kompas), Veronica Hervy (Produser Berkas Kompas), Dr. Rer. Nat. Budiawan (Ahli Toksikologi Universitas Indonesia), dan Glory Oyong (Host Sapa Indonesia). Foto: setyaningrum "]
Dan untuk kasus “kopi sianida” yang menghangat sejak awal tahun 2016, Kompas TV sebagai media visual dari Kompas Gramedia Group menelisik mengupas tuntas “kopi sianida” dalam program talkshow Bincang Sapa: Melacak Jejak Sianida. Ini gebrakan baru Kompas TV dalam perannya sebagai televisi berita atau berita televisi, yang pengukuhannya di lakukan di Jakarta Convention Center (JCC) pada 28 Januari 2016 lalu bertajuk Suara Indonesia.
Program talkshow Bincang Sapa: Melacak Jejak Sianida edisi perdana dilakukan secara off air di Bentara Budaya Jakarta, pada 20 Februari 2016 lalu dengan menghadirkan Veronica Hervy (Produser Berkas Kompas), Mercy Tirayoh (Reporter Berkas Kompas) dan Dr. Rer. Nat. Budiawan (Ahli Toksikologi Universitas Indonesia). Talkshow tersebut dipandu oleh Glory Oyong, yang juga menjadi salah satu host Sapa Indonesia.
Berkas Kompas sendiri merupakan salah satu program investigasi dari Kompas TV, di tayangkan empat kali sebulan setiap hari Rabu pukul 22:00 WIB. Berkas Kompas membedah isu permasalah-permasalahan yang muncul pada masyarakat indonesia. Edisi yang bertajuk “Melacak Jejak Sianida” membahas seputar perburuan bahan kimia sianida sebagai pembuktian bahwa bahan kimia berbahaya tersebut mudah di dapat di toko bahan kimia di Indonesia, khususnya area Jabodetabek.
Untuk selanjutnya, Kompas TV bekerjasama dan memercayakan investigasi dan penyelidikan sianida kepada ahli kimia Universitas Indonesia. Selesai penyelidikan, sisa sianida yang didapatpun diserahkan kepada Universitas Indonesia untuk digunakan dalam keperluan studi penelitian universitas tersebut.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa, kasus “kopi mirna” menghangat karena terbukti bahwa ada kandungan bahan kimia beracun di dalam kopi tersebut yaitu sianida. Sianidalah yang telah membunuh Mirna. Pihak kepolisian sudah dan masih terus mengusut kasus ini.