Tak ketinggalan adalah fasilitas kekinian dan selalu prioritas adalah fasilitas internet. The Bellevue menyediakan high-speed internet access lengkap dengan computer hook-up access di setiap kamarnya. Di area lobby pun keleluasaan mengakses internet tetap tersedia melalui Internet Corner.
Kembali ke topik bahasan mengenai batik. Program We Love Indonesia oleh The Bellevue tidak hanya sebatas program on paper, namun juga nyata adanya. Selain bertebarannya motif batik dan interior design di seluruh area hotel, The Bellevue pun berupaya mengangkat keberadaan batik asli Jakarta melalui Pameran Batik Betawi Terogong.
Berpakaian batik kini tak lagi harus di acara formal. Masyarakat mulai menempatkan batik sebagai fashion keseharian, seiring dengan di tetapkannya batik sebagai warisan dunia oleh Unesco.
Batik asli Jakarta mungkin sudah mulai hilang dengan masuknya batik-batik dari wilayah lain yang lebih disukai masyarakat. Sebut saja batik Cirebon, batik Solo, batik Pekalongan, maupun batik Madura adalah batik-batik yang banyak dicari dan dipakai oleh masyarakat kini.
Jakarta juga mempunyai batik khas Betawi sejak zaman Jakarta masih bernama Batavia. Namun seiring peralihan zaman, batik asli Jakarta mendekati punah. Salah satu putra daerah yang tak menginginkan warisan leluhurnya hilang tertelan zaman adalah Siti Laela.
Berawal dari keprihatinan terhadap semakin sedikit dan hilangnya tempat dan benda-benda bersejarah sekitar tempat tinggalnya. Bagaimana trauma dan sedihnya Siti Laela kehilangan Kampung Gebrug yang sekarang menjelma menjadi Pondok Indah.
Untuk itu, dengan tekad dan semangat untuk mempertahankan dan melestarikan warisan leluhurnya, serta untuk memberdayakan lingkungan sekitar dan mempertahankan tanah kelahirannya, terbentuklah Sanggar Batik Betawi Terogong.
Didirikan pada 05 September 2012, Siti Laela dengan telaten dan sabar menghidupkan kembali batik asli kampungnya, dengan batik andalan motif tebar mengkudu. Sambil bergurau Siti Laela mengartikan tebar mengkudu dengan tekun sabar emang kudu.
Dengan dibantu suaminya, Trisulo, Siti Laela selama tiga tahun ini terus berjuang untuk membesarkan sanggarnya. Dengan mengajak tetangga untuk ikut belajar membatik, terkumpul lah hingga saat ini 15 orang di sanggarnya sebagai pembatik.