Setiap harinya, banyak pengguna kereta yang keluar masuk di stasiun-stasiun tersebut, terutama jam-jam sibuk seperti di pagi hari saat jam berangkat ke kantor ataupun sore hari saat jam pulang kantor. Di Stasiun Tanjung Barat, pengguna kereta sudah lebih tertib, sudah menggunakan JPO untuk masuk ataupun keluar stasiun. Karena, pihak KAI (Kereta Api Indonesia) telah menghubungkan JPO dengan pintu masuk stasiun, di kedua sisi stasiun. Tidak ada celah bagi pengguna kereta untuk menyeberang melalui jalan raya. Mau atau tidak, mereka harus masuk atau keluar stasiun melalui JPO tersebut.
Kondisi tersebut tidak terjadi di Stasiun Lenteng Agung. Pintu masuk Stasiun Lenteng Agung, dikedua sisi, masih terbuka sehingga untuk masuk atau keluar stasiun pengguna kereta masih bebas menyeberang lewat jalan raya. Para pengguna kereta di Stasiun Lenteng Agung masih enggan memanfaatkan JPO. Selain lebih jauh, JPO disana dirasa terlalu sempit dan tinggi. Hanya sedikit yang memanfaatkan JPO untuk menyeberang. Mereka memilih menyeberang lewat jalan raya. Di jam-jam sepi mungkin masih bisa ditoleransi, tapi saat jam sibuk hal itu sangat mengganggu arus lalu-lintas, juga membahayakan pengendara dan penyeberang itu sendiri.
Penyeberang tidak hanya pengguna kereta saja, sih. Orang yang mau menuju Pasar Lenteng Agung maupun Pasar Minggu juga melewati jalan di belakang spanduk tersebut. Demikian pula sebaliknya, orang yang mau berbelanja di minimarket area sisi timur depan stasiun atau yang akan meneruskan perjalanan menuju Kelapa Dua atau Depok, juga menyeberang di area tersebut.
Lalu apa guna dan fungsi JPO di sana, bila masyarakatnya masih nekat menyeberang melalui jalan raya? Demi tak mau kehilangan beberapa menit, haruskah kita pertaruhkan nyawa menembus deru laju kendaraan? Berpikir duakali saya untuk melakukannya, meskipun kadang penuh beban di tangan.
Peduli Nyawa Sendiri Cerminan Peduli Nyawa Sesama
Akibat masih banyaknya penyeberang sembarangan, di sore hari menuju malam, Jalan Raya Lenteng Agung arah Pasar Minggu-Depok tak pernah absen dari kemacetan. Pada jam pulang kerja, antrian kendaraan menuju Depok sudah mulai mengular mulai dari Gang Seratus, tak jauh setelah melewati Stasiun Tanjung Barat. Terus mengular sepanjang kurang lebih satu kilometer hingga Stasiun Lenteng Agung. Arus lalu-lintas mulai lancar kembali setelah melewati Stasiun Lenteng Agung.
Akibat masih banyaknya penyeberang sembarangan, di pagi dan sore hari, Jalan Raya Lenteng Agung arah Depok-Pasar Minggu selalu digilir macet. Antrian kendaraan sepanjang dua kilometer mengular mulai dari Stasiun Universitas Pancasila hingga Stasiun Lenteng Agung. Di pagi atau siang hari, tak jarang kemacetan berlanjut hingga flyover T.B. Simatupang.
Seandainya para penyeberang tersebut menggunakan JPO, pastinya tak akan ada antrian panjang kendaraan sepanjang itu. Seandainya penyeberang punya sedikit empati, banyak menit dari sekian pengendara terselamatkan. Seandainya para sopir angkot juga tidak ngetem sembarangan, alangkah itu sebuah harapan.
Dan semoga pula, terkait dengan JPO, pihak KAI akan memperlakukan Stasiun Lenteng Agung sama dengan Stasiun Tanjung Barat, sehingga kemacetan maupun kecelakaan bisa diminimalkan. Supaya tercipta keamanan dan kenyamanan berlalu-lintas antar sesama.
Sekali waktu, mungkin ada yang berminat atau tertarik untuk melihat langsung kemacetan di sekitar Stasiun Lenteng Agung, bagaimana klakson-klakson kendaraan saling bersahutan, menjelang pagi pun menjelang malam. Meskipun dari sana jualah geliat ekonomi warga dimulai.
Inti dari tulisan ini adalah, mari kita sayangi diri dan nyawa kita. Paling tidak demi keluarga kita, demi orang yang menyayangi kita. Tidak ada lho toko yang menjual nyawa di dunia ini. Sekali kita kehilangan nyawa, paripurnalah peran kita di dunia. Mumpung masih di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini, mari merubah sikap dengan menyeberang di tempat penyeberangan yang benar. Dan berlanjut terus untuk bulan-bulan berikutnya. Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga barokah.