Mohon tunggu...
Setyani Alfinuha
Setyani Alfinuha Mohon Tunggu... -

Alumni ISHS 3 Kediri | Psikologi UIN Maliki Malang '13\r\n13410056

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Praktik Kerja Lapangan, Kamu Bisa Apa?

24 Desember 2016   08:22 Diperbarui: 24 Desember 2016   08:34 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak jarang aku dan teman kelompokku harus menginap di PPT Jatim bersama korban. Mulai dari korban kekerasan seksual, korban kekerasan fisik, hingga korban yang mengalami skizokrefina pernah kami dampingi. Pendampingan yang dilakukan haruslah totalitas, mulai dari bagaimana membangun raport pada korban yang akan didampingi, mengajak makan bersama, tidur bersama, hingga mengajak bermain bersama guna meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. Keterampilan-keterampilan dan inisiatif-inisiatif sangat diperlukan dalam mendampingi korban. 

Hal ini sangat diperlukan karena keadaan korban yang berbeda-beda tentu memerlukan pendekatan yang berbeda pula. Apalagi, tidak semua korban mau langsung terbuka pada mahasiswa PKL, ada beberapa korban yang memerlukan pendekatan ekstra agar mau didampingi oleh mahasiswa PKL. Korban pelecehan seksual yang berinisial B misalnya, ia masih berusia 14 tahun namun sudah menjadi korban kekerasan seksual bahkan ia menjadi ketagihan melakukan hubungan seksual.

Pendekatan pada B sangat sulit dilakukan karena sebenarnya B tidak menginginkan tinggal di shelter dan merasa dirinya tersiksa dengan kondisi pelaku yang dipenjara karena B mencintai pelaku. Tipe kasus-kasus seperti kasus B ini tentu menyulitkan kepolisian untuk mendapatkan keterangan dari korban sehingga perlu adanya pendampingan dari psikolog melalui PPT Jatim untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya dari korban. Oleh sebab itu, B tinggal di shelter PPT Jatim untuk sementara waktu dan didampingi oleh mahasiswa PKL. Membangun hubungan yang baik mulai dari pertama bertemu dan reaski penolakan dari B hingga B mau sedikit terbuka dan menyampaikan beberapa informasi pada mahasiswa PKL tentu bukan hal mudah. Beberapa inisiatif yang dilakukan oleh mahasiswa PKL sangat diperlukan guna menggali data. 

Hal-hal yang dilakukan oleh mahasiswa PKL guna mendapatkan informasi dari B yaitu melalui pemberikan soal di buku diary B, mengajak B mengobrol, dan lain sebagainya. Tidak hanya teori-teori perkuliahan yang diperlukan, melainkan tindakan-tindakan inisiatif serta kreativitas mahasiswa PKL sangat dituntut dalam hal ini. Pertanyaan yang sering muncul dalam diriku adalah, “Aku bisa apa?”. Ya, apa yang bisa aku lakukan untuk menggali data dari korban yang berinisial B tanpa membuat B merasa tidak nyaman.

Tidak hanya pada kasus B, pendampingan-pendampingan yang dilakukan pada beberapa korban yang lain pun juga tidak kalah seru. Tentu bukan hanya perlu penguasaan teori saja melainkan juga inisatif dan kreativitas yang tinggi. Lagi-lagi membuatku berpikir tentang, “Aku bisa apa?” dan “Apa yang bisa aku lakukan?”. Ketika menangani korban Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mengalami skizofrenia misalnya, juga memerlukan pemikiran yang tidak hanya sebatas teori. Jika di bangku kuliah aku hanya bisa membaca referensi tentang apa itu skizofrenia dan bagaimana penanganannya, kali ini aku benar-benar dihadapkan dengan orang yang mengalami skizofrenia. 

Jujur saja, pertama kali aku berkenalan dengan korban yag skizofrenia aku berasa goblok ndadak(bodoh mendadak) karena aku bingung apa yang harus aku lakukan. Lagi-lagi kreativitas dan inisatif dituntut di sana. Jika dalam buku-buku di bangku perkuliahan hanya diajarkan secara deskriptif dan teoritik tentang bagaimana menangani orang yang skizofrenia, kali ini sangat diperlukan kreativitas dan inisiatif untuk membujuk korban untuk minum obat, membujuk agar mau mandi, hingga mengajak berinteraksi yang menyenangkan agar korban tidak mengamuk.

Tidak hanya menangani korban, tuntutan di bagian Psikologi Polda Jatim pun terus menghantui. Beberapa kegiatan yang harus dieksekusi oleh mahasiswa PKL bersama dengan Pamong adalah kegiatan yang bertajuk psychology police goes to schooldan psychology police goes to campus.Aku dan teman kelompok bersama Pamong membuat materi untuk kegiatan psychology police goes to school.Kegiatan ini berupa penyuluhan tentang bahaya kekerasan seksual lengkap dengan pelatihan self defendyang dilakukan oleh bagian psikologi Biro SDM Polda Jatim di sekolah-sekolah SMP dan SMA di sekitar Surabaya. Mahasiswa PKL juga dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Sekolah yang dikunjungi dan diberi penyuluhan serta pelatihan yaitu SMP Wahid Hasyim Surabaya, SMPN 14 Surabaya, SMPN 21 Surabaya, dan SMK Kemala Bhayangkara Surabaya. Sementara kampus yang dikunjungi dan diberi penyuluhan serta pelatihan yaitu Universitas Sutomo Surabaya.

Kemampuan bekerja cepat dan teliti sangat diperlukan dalam menjalani serangkaian kegiatan PKL. Tuntutan dari Pamong di Polda Jatim juga tuntutan dari PPT Jatim juga membuat aku dan teman kelompok untuk bisa bekerja dalam tekanan. Kelihaian mengatur waktu, ketahanan bekerja dalam tekanan, hingga kreativitas serta inovasi mutlak diperlukan agar semua kegiatan baik di Polda Jatim maupun di PPT Jatim perjalan dengan optimal. 

Tidak kalah penting pula kemampuan untuk menganalisis diri serta membagi tugas juga sangat diperlukan. Bagaimana tidak, tugas dan kegiatan yang padat menuntutku dan teman kelompok untuk mampu menganalisis diri sendiri tentang apa kekurangan dan kelebihan yang dimiliki diri dan memutuskan kelebihan apa yang bisa dikontribusikan untuk melaksanakan program kelompok dan kekurangan apa yang mengharuskan untuk mempersilahkan teman lain melakukan kegiatan yang tidak mampu dilakukan. Keterampilan membagi tugas juga sangat diperlukan mengingat setiap orang dari kelompokku memiliki kapasitas berbeda dan tentunya berbeda pula kapasitas kemampuan dalam mengerjakan tugas.

Selain tuntutan dari bagian psikologi Biro SDM Polda Jatim dan PPT Jatim, tuntutan kampus pun tidak kalah pentingnya. Beberapa hari terakhir menjelang penarikan pun kami harus meluangkan waktu disela-sela padatnya kegiatan untuk menyusun laporan kegiatan dan laporan penelitian. Kedua laporan ini yang nantinya akan diberikan di lokasi PKL dan dipresentasikan di fakultas tercinta, Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Tidak lupa pula kami mempersiapkan materi yang harus dipresentasikan ketika penarikan di hadapan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) bersama Pamong tentang hasil PKL yang telah kami laksanakan. 

Hingga pada akhirnya, laporan kegiatan dan laporan penelitian tersusun dan terbendel rapi, materi presentasi di hadapan Pamong dan DPL pun siap. Hari itu tiba, aku mewakili kelompokku maju dan mempresentasikan hasil PKL selama 45 hari. Grogi? Pasti. Takut salah? Jangan tanya lagi. Tapi akhirnya semua terlewati. Tapi harus dijalani, presentasi hasil PKL kuanggap sebagai media katarsis atas semua beban tugas yang berat dan nyatanya sanggup dijalani. Sungguh bangga hati ini mempresentasikan hasil kerja selama PKL dihadapan DPL serta pamongku dan pamong kelompok lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun